Jumat, 19 Februari 2010

Aksi Tipu-tipu Muslim

http://www.thereligionofpeace.com/Pages/Games-Muslims-Play.htm

Melihat sejarah kekerasan islam dan perbedaan yang kontras dari praktek-praktek kekerasannya jaman sekarang dibanding dengan nilai2 kemanusiaan saat ini, muslim berjungkir balik membungkus kembali iman mereka di jaman modern ini. Beberapa pembela islam terkemuka bergantungan pada trik-trik yang melibatkan ‘kalimat bersayap’ dan ‘menyatakan setengahnya saja’ yang lalu diulang-ulang terus menerus oleh muslim-muslim pemula lain bahkan oleh mereka yang berada diluar iman mereka (non muslim) sekalipun.

Ini adalah dokumentasi (yang kami harap bisa memperbaiki dan diperluas seiring waktu) yang menelanjangi beberapa ‘trik/tipuan’ dan membantu para pencari kebenaran agar bisa melihat ‘kebenaran yang hakiki’ menembus jaringan laba-laba simpang siur palsu karangan muslim tentang klaim mereka akan islam serta sejarahnya.

- Jika islam itu agama jahat, maka semua muslim haruslah jahat

- Agama lain juga melakukan pembunuhan

- Muhammad mengajarkan ‘tidak ada paksaan dalam agama’ (QS2.256)

- Perang Salib

- Muhammad tidak pernah membunuh satu orangpun

- Islam mengajarkan “Dilarang Membunuh” (QS5.32)

- Muslim membunuh karena membela diri

- Taruhan US$1 Juta: kata ‘Jihad’ tidak ada dalam Quran.

- Ayat-ayat kekerasan diartikan keluar dari konteksnya

- Islam pasti benar karena agama yang paling pesat perkembangannya sedunia

Jika islam itu agama jahat, maka semua muslim harusnya jahat

Tipu-tipu Muslim:

Kebanyakan muslim hidup damai, tanpa melukai orang lain, jadi gimana bisa islam itu agama yang jahat? Jika islam itu agama teroris, kenapa tidak semua muslim jadi teroris?


Kenyataannya:

Sederhana saja, karena bunuh orang itu salah, ngga peduli apa islam mengajarkan itu atau tidak.

Semua agama selaras dalam bentuk atau prinsip2 kemanusiaan. Banyak muslim di barat sering mentafsirkan islam yang mirip dengan Kekristenan dibandingkan ajaran sebenarnya dari Muhammad, karnea begitulah agama itu disajikan pada mereka sejak awalnya. Mereka Cuma tahu detil2 tertentu sejarah nabinya belaka yang selaras dengan moral masa kini, dan bukannya yang menerangkan tentang hedonisme, penipuan, kekuasaan dan kekerasan.

Muslim kebanyakan demikian karena mereka lebih setia pada hukum moral yang tertulis dalam hati mereka dibanding dengan ajaran rinci yang sungguh2 diajarkan Muhammad, tak peduli mereka tahu itu atau tidak. Mereka menyaring bukti2 yang bertentangan dengan moral mereka – ketika mereka mendapatkannya – dan sungguh2 percaya bahwa agama mereka itu ikut serta dalam banyak kebebasan dan nilai2 yang sekarang dianut di barat (mungkin malah tidak pernah mempertanyakan kenapa kebebasan dan toleransi secara aneh tidak ada ditanah2 dan negara2 muslim).

(Muslim kebanyakan jika mendapat satu persoalan, lalu mereka mencari hati mereka akan moral bagaimana yang sebaiknya dilakukan atas persoalan tersebut, lalu setelah mereka mendapatkan ‘jawaban moral’ atas persoalan tersebut, mereka mencari ‘kesamaan’ jawaban tersebut dalam Quran. Meski misalnya Quran telah menjawab persoalan tersebut secara langsung, tapi karena jawaban quran langsung tsb bertentangan dengan moral mereka, mereka lebih memilih ayat yang ‘bersayap’ yang bisa ‘menyamai’ jawaban pilihan mereka. Tambahan penerjemah)

Meski islam adalah agama yang besar, bukan kebetulan bahwa muslim murni – mereka yang mengartikan perkataan Muhammad secara literal – adalah yang paling berbahaya. Mereka disebut “Ekstremis” atau “Fundamentalis”, tapi, pada akhirnya, mereka juga lah yang paling berdedikasi pada Quran dan mengikuti jalan Jihad seperti yang diperintahkan oleh Muhammad.

Tentu saja pertanyaan yang sama bisa diarahkan sebaliknya. Jika islam adalam agama damai, lalu kenapa islam adalah satu-satunya agama yang secara konsisten menghasilkan teroris bermotifkan agama? Kenapa ribuan orang memenggal kepala orang tak bersalah atau menabrakan pesawat kegedung bertinggkat sambil berteriak “ALLAHUAKBAR”? Mana kemarahan para muslim ketika hal ini terjadi? Dan kenapa mereka malah lebih marah atas masalah kartun Muhammad semata?

Agama lain juga melakukan pembunuhan

Tipu-tipu Muslim:

Menyeret agama lain selevel dengan islam adalah salah satu strategi paling populer dari para pembela muslim jika didesak dengan kekerasan islam. Ingat Timothy McVeigh, PembomOklahoma City? Kenapa mengincar islam kalau agama lain juga ternyata punya masalah yang sama?

Kenyataannya: Karena memang tidak sama.

Apapun agama yang dicantumkan dalam KTP si Timothy ini, dia bukanlah orang yang religius. Tak pernah satu kalipun dia menyebutkan pembomannya karena perintah agama, atau mengutip ayat2 alkitab, atau mengklaim dia membunuh karena membela Tuhannya.

Yang disebut “pemeluk agama lain” oleh muslim hampir selalu pemeluk minoritas yang tidak aktif terlibat dalam agamanya. Mereka juga tidak terinspirasi dari agamanya ataupun mereka mengaku melakukan itu karena mereka penganut agama tertentu seperti yang dilakukan para teroris muslim dengan bangganya. Dan inilah yang membuat masalah ini menjadi sangat berbeda.

Islam dihubungkan dengan terorisme islam karena para teroris itu sendiri yang menyatakan hubungan demikian.

Muslim yang membandingkan ini sama saja dengan membandingkan apel dengan jeruk.

Ya, ada beberapa pembom yang benar2 religius (seperti yang dengan sukacita ditunjukan para muslim), tapi lihatlah lingkup masalahnya. Ada lima serangan dalam jangka waktu 35 tahun di Amerika. Tujuah orang meninggal. Ini sama dengan rata-rata satu kematian dalam setiap limatahun.

Sebaliknya, teroris islam melakukan hampir sepuluh ribu (10.000) serangan mematikan dalam enam tahun setelah 11 September 2001 saja. Jika mundur hingga tahun 1971, ketika tentara muslim di Bangladesh mulai membantai orang2 hindu, lalu tahun2 dimana jihad dilakukan di Sudan, Kashmir dan Aljazair, dan jangan lupa kekerasan Sunni vs Shia di Irak, jumlah orang tak bersalah yang terbunuh DALAM NAMA ISLAM mungkin melebihi LIMA JUTA ORANG DALAM PERIODE WAKTU YANG SAMA.

Enam tahun belakangan ini saja, mungkin ada selusin lebih pembunuhan religius oleh orang2 agama non islam, total. Tidak ada agama lain yang menghasilkan WISATA PEMBUNUHAN seperti yang islam lakukan hampir setiap hari setiap tahun. Tidak ada ayat2 dalam kitab2 agama non islam yang mendukung pembunuhan2 itu. Tidak ada juga kelompok2 besar diseluruh dunia yang mendedikasikan diri utk membantai orang2 yang menyembah tuhan yang berbeda, ketika komunitas besar orang percaya berjuang dengan perbedaan dan ulama2 radikal yang mendukung teror.

Muslim mungkin berpura-pura bahwa agama2 lain sama-sama ‘salah tafsir’nya seperti agama mereka yang ‘sempurna’, tapi kenyataan berbicara hal yang jauh lebih mengerikan.

Muhammad mengajarkan ‘tidak ada paksaan dalam agama’ (QS2.256)

Tipu-tipu Muslim:

Muslim mengutip ayat 2.256 dari Quran utk membuktikan betapa tolerannya agama islam itu. Ayat ini: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat…”

Kenyataannya:

Muslim yang mengutip ayat ini mungkin mengerti mungkin juga tidak bahwa ini adalah ayat awal dari periode Medinah. Ayat yang ‘diturunkan’ disaat para muslim baru saja tiba di Medina setelah terbirit-birit diusir dari Mekah. Mereka perlu tempat tinggal diantara suku2 kuat disekeliling mereka, yang kebanyakan adalah orang yahudi. Disaat inilah, contohnya, Muhammad memutuskan utk mengubah arah kiblat sholat mereka dari Mekah ke Yerusalem demi menarik hati suku2 tsb.

Tapi muslim sekarang sholat kearah Mekah. Alasannya adalah karena Muhammad mengeluarkan perintah lain yang menasakhkan (mengganti) perintah pertama. Malah, Nasakh (penggantian/pembatalan) ayat ini menjadi prinsip paling penting yang harus diingat jika menafsirkan Quran – dan ayat 2.256 khususnya – karena ayat2 yang ‘turun’ belakangan (secara kronologis waktu) dikatakan menggantikan ayat2 yang bertentangan sebelumnya.

Pesan2 Muhammad lebih dekat pada kedamaian dan toleran selama tahun2 pertamanya di Mekah, ketika dia belum punya tentara. Ini berubah secara dramatis ketika dia punya kuasa utk menaklukan, yang dia pakai utk memaksa suku2 lain agar masuk muslim tanpa syarat. Bandingkan ayat 2.256 dengan 9.5, yang ‘diturunkan’ belakangan, maka lebih mudah utk melihat kenapa islam bukanlah agama damai sejak Jaman Muhammad sampai detik ini.

Ada bukti bahwa ayat 2.256 mungkin bukan dimaksudkan utk para muslim sama sekali, tapi ditujukan sebagai pesan bagi agama mereka agar mereka memperlakukan para muslim dengan baik. Ayat 193 dari surat yang sama menginstruksikan muslim utk “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” (Fitnah yang dimaksud disini adalah Syirik, menyembah yang bukan Allahnya islam). Ini memperkuat sifat narsisis dari Islam, yang menempatkan para muslim diatas semua non muslim, dan menerapkan standar yang sangat berbeda bagi kedua kelompok tsb.

Meski banyak muslim sekarang menolak praktek memaksa orang lain masuk agama mereka, pemaksaan ini telah menjadi bagian sejarah islam sejak jaman Muhammad bisa mengangkat pedang. Seperti tercatat dalam banyak hadis dimana dia berkata “Aku diperintahkan utk memerangi orang2 hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah…”

Hebatnya, utk yang ini Muhammad mempraktekan perkataannya kedalam perbuatan. Ketika dia berbaris menuju Mekah dengan pasukan, salah satu tugas awalnya adalah menghancurkan patung2 yang ada didalam Kabah, yang disembah oleh orang2 arab selama berabad-abad. Dengan menghancurkan objek sembahan ini, dia sama dengan menghancurkan agama orang2 tersebut dan memaksakan agamanya sendiri.

Menariknya, bahkan para muslim yang mengutip 2.256 biasanya percaya bahwa ajaran islam yang lebih berbau pemaksaan agama. Yaitu adalah hukuman mati bagi orang yang murtad dari islam, dan diskriminasi terhadap agama lain (terutama jika minoritas) dibawah kekuasaan islam yang kadang disebut sebagai “dhimmitude (aturan bagi para Dhimmi”. (Dhimmi adalah non muslim yang tinggal dibawah kekuasaan islam).

Aturan Dhimmi melarang non muslim menyebarkan agama mereka bahkan dhimmi harus membayar pajak jizyah, pajak yang diwajibkan bagi mereka yang tidak mau masuk islam. Mereka yang tidak mau bayar harus dihukum mati. Jika ini bukan pemaksaan, LALU APA NAMANYA?

Perang Salib

Tipu-tipu Muslim:

Muslim senang sekali membicarakan perang salib.. dan kristen senang sekali minta maaf utk masalah perang itu. Mendengar dari kedua belah pihak itu, orang akan percaya bahwa para muslim Cuma membela diri dari serangan orang2 yang ingin mengambil tanah milik sah mereka, ketika pasukan kristen memutuskan utk melakukan perang suci dan membunuh ‘jutaan orang’.

Kenyataannya:

Setiap bagian dari mitos ini semua adalah kebohongan dari para muslim. Dengan aturan standar yang dibuat oleh muslim itu sendiri, perang salib malah bisa sangat dibenarkan, dan akibat2nya (meski jika dipakai standar orang kristen) sangatlah kontras dibandingkan dengan sejarah perlakuan keji yang dilakukan tangan2 muslim pada tanah2 yang mereka jajah.

Ini fakta2nya secara ringkas..

Perang Salib pertama dimulai tahun 1095. 460 tahun setelah kota kristen pertama dijajah oleh tentara muslim, 47 tahun setelah yerusalem dijajah oleh muslim, 453 tahun setelah mesir dijajah oleh muslim, 443 tahun setelah muslim menjarah itali, 427 tahun setelah tentara muslim mengepung Kota Kristen Konstantinopel, 380 tahun setelah Spanyol dijajah oleh muslim, 363 tahun setelah Perancis diserang oleh tentara muslim, 249 tahun setelah Roma dijarah oleh tentara muslim dan SATU ABAD SETELAH BERSABAR ATAS PEMBAKARAN GEREJA2, PEMBUNUHAN2, PERBUDAKAN2 DAN PEMAKSAAN MASUK AGAMA ISLAM TERHADAP ORANG2 KRISTEN YANG DITAKLUKAN.

Ketika Perang Salib benar-benar dimulai, tentara muslim telah menaklukan 2/3 dunia kristen saat itu.

Eropa diganggu oleh para muslim pada tahun2 pertama sejak kematian Muhammad. Ditahun 652 saja, para pengikut Muhammad melancarkan perampokan2 dipulau Sisilia, dan melakukan penyerangan skala besar-besaran 200 tahun kemudian yang berakhir hampir seabad kemudian dan menghasilkan pembantaian besar-besaran, seperti di kota Castrogiovanni dimana 8.000 orang kristen dihukum mati. Tahun 1084, sepuluh tahun sebelum perang salib yang pertama, para muslim melakukan perampokan yang luar biasa di Sisilia, membakar gereja2 di Reggio, memperbudak biarawan2 dan memperkosa biarawati2 sebelum semuanya dijadikan tawanan perang.

Secara teori, Perang salib timbul karena adanya gangguan kepada peziarah kristen Eropa yang menuju Tanah Suci Yerusalem, dimana mereka ditangkap, dianiaya, dipaksa masuk islam bahkan dibunuh. (Bandingkan ini dengan pembenaran Islam atas pembantaian yg mereka lakukan dengan alasan karena Muslim dilarang masuk Mekah ketika jaman Muhammad!).

Tentara salib hanya menyerang tanah2 dimana sebelumnya menjadi milik Kristen. Mereka tidak pernah menyerang masuk ke Arab Saudi atau menghancurkan Mekah seperti yang Muslim lakukan (dan terus lakukan) pada Itali dan Konstantinopel.

Periode “pendudukan” Tentara salib (atas tanah yg sebenarnya milik sah mereka) berlangsung kurang dari dua ratus tahun. Penyerangan Muslim malah berlangsung selama 1.372 tahun.

Periode “Penyerangan” Tentara Salib bisa ditotal hanya sekitar 20 tahun masa2 perang, dimana kebanyakan dari waktu itupun dihabiskan oleh organisasi dan perjalanan2. (1098-1099, 1146-1148, 1188-1192, 1201-1204, 1218-1221, 1228-1229 dan 1248-1250). Sebagai perbandingan, Jihad Muslim di pulau Sisilia berlangsung selama 75 tahun penuh.

Tidak seperti tentara jihad, tentara Salib tidak pernah membenarkan tindakan2 mereka dengan ayat2 dari Injil (perjanjian Baru). Ini sebabnya kenapa mereka disebut anomali (penyimpangan), Jihad berlangsung selama 14 abad melawan kekristenan, dimulai jauh sebelum Tentara Salib terbentuk dan masih berlangsung setelah Tentara Salib tidak ada.

Kejahatan terbesar dari Tentara Salib adalah penghancuran Yerusalem, dimana disebutkan 30.000 orang dibantai. Jumlah ini kecil sekali dibandingkan dengan jumlah korban Jihad, dari India sampai Konstantinopel dan Narbonne, tapi Muslim tidak pernah meminta maaf atas kejahatan2 tersebut dan tidak akan pernah.

Apa yang disebut dengan “dosa dan perbuatan yang keterlaluan” oleh agama2 lain, dalam islam disebut sebagai “Takdir Awlloh”.

Muhammad tidak pernah membunuh seorangpun

Tipu-tipu Muslim:

Agar memberi kesan bahwa Muhammad adalah sungguhan orang cinta damai, muslim kadang mengklaim bahwa dia tidak pernah membunuh seorangpun. Maksudnya bahwa dia tidak pernah membunuh langsung memakai tangannya sendiri (kecuali dalam peperangan, yang mungkin mereka lupa sebutkan).

Kenyataannya:

Memakai logika ini berarti Hitler juga tidak pernah membunuh seorangpun.

Jelas, jika anda memerintahkan anak buah anda utk melakukan pembunuhan tawanan atau pembunuhan orang yang mengkritik, maka setidaknya anda punya andil dalam pembunuhan tsb, malah dalam hukum jaman sekarang andalah otak pembunuhan itu, hukumannya jauh lebih berat dari sipembunuh itu sendiri. Dalam kasus si Muhammad, jumlah orang yang pernah dia ‘bunuh’ secara harafiah terlalu banyak, hingga para sejarawan sendiri tidak sepenuhnya tahu berapa jumlah tepat yang dia bunuh.

Tawanan di Badar (termasuk yang berteriak2 kepada anaknya ketika akan dipancung), Ibu dari lima anak (ditusuk ketika tidur dan menyusui anaknya atas perintah Muhammad hanya karena tidak percaya Muhammad itu nabi), puluhan warga yahudi, termasuk para penyair dan pedagang yang dituduh menghina islam, para pezina, budak (setidaknya satu budak wanita yang tercatat), 900 Pria Quraiza yang ditangkap dan dipancung atas perintah Muhammad, Kinana yang disiksa lalu dibunuh agar memberi tahu tempat harta karun sukunya (dan malam itu juga istrinya digagahi oleh Muhammad), kakek2 penyair yang syairnya menyinggung Muhammad. Belum pedagang2 yang dirampok diawal2 ‘karir’ kenabian si Muhammad.

Secara tidak langsung, Muhammad bertanggung jawab bagi berjuta-juta orang yang dibantai sepanjang abad bagi mereka yang membawa bendera Jihad. Tidak saja dia membunuh, tapi dia sungguh2 manusia yang tangannya paling berdarah sepanjang segala jaman.

Sama seperti Alkitab, Islam mengajarkan “Dilarang Membunuh” (QS5.32)

Tipu-tipu Muslim:

Banyak orang barat lebih suka utk percaya bahwa semua agama itu sama jeleknya atau sama buruknya, dan semangat sekali mencerna apa saja yang kelihatannya mendukung persepsi ini. Mitos ini menguntungkan islam semata, karena bukan saja mengangkat islam hingga seakan sejajar dengan agama lain, tapi juga menyeret turun agama lain hingga sejajar dengan islam. Utk bertarung dengan agama barat, muslim dengan bangga mengutip ayat 5.32, ini ayat yang paling mendekati perintah Perjanjian Lama “Jangan Membunuh”.

[5.32] ….barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya…..

Ini dikutip oleh Dewan Fiqih Amerika dalam dakwah mereka “Fatwa Melawan Terorisme”.

Kenyataannya:

Ampuuunnn.. kalau saja Quran stop sampai disana menurunkan ‘wahyunya’. Dunia ini akan damai sekali tanpa sejumlah besar muslim yang berlomba membunuh sebanyak-banyaknya atas nama agama islam diseluruh dunia. Berapa banyak nyawa, uang dan hati yang tidak akan hilang jika Muhammad memerintahkan muslim agar menghargai nyawa manusia non muslim seperti dalam tradisi Yudeo-Kristen.

Sialnya, ayat itu jauh dari pengertian sebenarnya. Potongan dari ayat 5.32 diatas adalah tafsir para pembela muslim YANG INGIN DIPAKSAKAN AGAR DIPERCAYA oleh non muslim, mereka tidak mengeluarkan ratusan ayat perang, pancung, siksa, bunuh dan perkosa. Bahkan yang mereka kutip diataspun sebenarnya tidak begitu tafsirnya. Lihatlah ada tanda beberapa titik sebelum dan sesudahnya? Artinya ada yang dihilangkan atau tidak dikutip, padahal itu artinya menerangkan tafsir yang berbeda.

Dibawah ini adalah ayat 5.32 sepenuhnya:

[5.32] Oleh karena itu Kami tetapkan bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.

Pertama, membunuh diijinkan jika orang yang dibunuh itu pembunuh atau membuat kerusakan (mischief) di muka bumi. Pembunuh mungkin agak masuk akal, tapi ‘membuat kerusakan?” Jika ada yang perlu dijelaskan secara jelas dan terperinci, kata ini pasti perlu diperlakukan demikian. Tapi bergenerasi-generasi muslim dibiarkan menerapkan tafsir mereka sendiri atas kata “membuat kerusakan” ini. Belum lagi kalu diingat standar para muslim itu berbeda-beda tiap negara, tiap suku, tiap orang.

Kedua, lihatlah konteks yang lebih luasnya dari ayat ini. Ini bukan perintah bagi muslim sama sekali. Tapi menceritakan sebuah aturan yang diberikan bagi orang israel. Sebuah teguran bagi pembunuhan. Sebuah dakwaan terhadap orang2 yahudi yang melanggar perintah tuhan. Barang siapa yang dimaksud disini bukanlah siapa saja diseluruh dunia, tapi orang2 yahudi.

(tambahan: Ayat ini juga diturunkan dalam konteks pembunuhan Habil oleh Kabil, Anak2 Adam. Disini disebut jika membunuh Habil maka sama saja dengan membunuh umat manusia seluruhnya, karena memang saat itu manusia yang ada baru beberapa orang saja, salah satunya Habil)

Bukannya menganjurkan toleransi seperti yang digembar-gemborkan muslim, Surah 5.32 diatas sebenarnya mengesankan kebencian dengan seusap kekerasan. Yahudi dan Kristen secara tidak langsung dikutuk sebagai orang ‘licik/jahat’ dengan ‘hati dengki’ dan penghujat sekaligus pembenci. Muhammad lalu meneruskan ayat tsb dengan mengingatkan umatnya bahwa Allah mencintai mereka yang ‘berperang’ dijalannya (dan jelas kita tahu siapa musuh yang diperangi itu).

Muslim juga seenaknya melupakan fakta bahwa ayat setelah 5.32 itu malah memandatkan pembunuhan atas orang2 yang berbuat ‘kerusakan dimuka bumi’ tsb. Malah lebih jauh lagi, menyuruh menyalib, memotong tangan dan kaki mereka, ini lengkapnya:

[5.33] Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,

Jika ini jawaban yang diberikan islam atas terorisme, ngga sulit utk menebak kenapa agama ini menyumbang jutaan pembunuhan lewat serangan2 teroris setiap tahun.

Muslim membunuh karena membela diri

Tipu-tipu Muslim:

Muslim sering mengklaim bahwa agama mereka hanya memerintahkan pembunuhan dalam pembelaan diri (jika nyawa mereka terancam).

Kenyataannya:

Bela diri hanya satu dari beberapa kondisi dimana muslim boleh mengambil nyawa orang lain. Mitos membunuh karena bela diri saja mudah sekali disanggah dari kisah2 kehidupan Muhammad yang dituliskan dalam Qurannya (yang mana sangat akrab ditangan muslim teroris).

Karir membunuh Muhammad dimulai dengna perampokan karavan2 pedagang yang bepergian antara Syria dan Mekah. Begundalnya biasa mengendap pada sais karavan dan membunuh mereka yang mempertahankan harta mereka. Tidak ada pembelaan diri disini, pembelaan perut sendiri mungkin. Ini jelas2 RAMPOK DAN BUNUH – yang diijinkan oleh Allah, menurut mulut Muhammad sendiri, dia juga menuntut seperlima bagian barang rampokan itu).

Perang pertama yang dilakukan Muhammad adalah Badar, ketika tentara Mekah sebanyak 300 orang dikirim utk melindungi karavan dari serangan perampok muslim. Orang2 Mekah tidak mengancam Muhammad, dan (sebaliknya dari yang dipercaya muslim) orang2 mekah ini hanya membela diri mereka setelah selalu dirampoki oleh para muslim. Setelah perang ini, Muhammad menetapkan kebiasaan memancung sebagian tawanan yang menyerah, kebiasaan yang akan banyak diulang ditahun2 kemudian.

Pentingnya episode ini tidak bisa dikatakan dilebih-lebihkan, karena disitulah bergantung awal mulanya rantai kekerasan yang dilakukan para muslim yang berujung pada serangan ke Jantung Ekonomi Amerika 11 September. Muslim tidaklah terancam oleh orang2 Amerika, dan pastinya tidak terancam oleh orang2 Amerika yang mereka serang saat itu. Mereka jaman dulu menyerang dan memancing peperangan, seperti yang dilakukan dan diusahakan oleh al-Qaeda dijaman sekarang ini.

Muslim mencoba membenarkan kekerasan yang dilakukan oleh Muhammad serta para pengikutnya, katanya dizolimi oleh orang2 Mekah, hingga Muhammad diusir dari kota Mekah dan mencari perlindungan di Medina. Tapi bahkan seburuk-buruknya perlakuan orang2 Mekah itupun, orang2 itu tidaklah melakukan pembunuhan, kecuali satu atau dua pertengkaran salah paham. Muhammad dan pengikutnya sama sekali tidak terancam nyawanya di Medina.


Bahkan pengikut Muhammad sendiri terbukti mempertanyakan apakah mereka harus mengejar dan membunuhi orang yang tidak menjadi ancaman bagi mereka, karena sepertinya mengkontradiksi ajaran Muhammad diawal mula. Utk meyakinkan mereka, Muhammad ‘menurunkan’ wahyu dari Allah yang menyatakan bahwa “2.191 … fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan… “ Ayat ini menetapkan prinsip diam-diam bahwa otoritas muslim jauh lebih tinggi nilainya dibandingkan nyawa orang2 golongan lain. Tidak ada konteks moral lebih luas lagi tentang tindakan barbar ini. Satu-satunya yang jadi patokan adalah bagaimana sebuah kejadian mempengaruhi
atau menguntungkan para muslim.

Dibawah Muhammad, para budak dan penyair dihukum mati, tawanan dipancung, dan pezina dirajam. Semua ini tidak dilakukan dalam peperangan atau pembelaan diri. Sampai hari ini, hukum islam memerintahkan hukuman mati utk kejahatan tertentu seperti penghujatan atau murtad.

Setelah modarnya Muhammad, para sahabatnya menyerang dunia muslim – mengambil alih Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian Eropa. Mereka menyerang dan menaklukan dunia timur juga, termasuk Iran, Afghanistan dan anak benua India. Semua ini bukanlah pembelaan diri. Ini Penyerangan. Namanya JIHAD.

Taruhan US$1 Juta: kata ‘Jihad’ tidak ada dalam Quran.

Tipu-tipu Muslim:

Awal 2005, seorang ulama muslim terkenal bernama Jamal Badawi menawarkan US$1 Juta bagi siapapun yang bisa membuktikan bahwa Quran berisi kata “Perang Suci”. Apa dia sungguhan punya uang utk itu atau tidak, kita tidak akan pernah tahu, tapi niatnya adalah utk membuat orang2 percaya bahwa Jihad tidak disarankan dalam Quran dan bahwa Teroris itu secara tragis telah salah mengartikan peperangan mereka sebagai perang suci dijalan Islam.

Begitu suksesnya mitos ini, hingga diulang-ulang dalam acara TV populer seperti “Criminal Minds”. Banyak yang percaya bahwa bukan saja perang suci tidak diperintahkan dalam Quran, tapi kata Jihad itu sendiri tidak ada didalamnya. Karena kata Jihad artinya adalah “Perang Suci” (khususnya bagi mereka yang membunuh dalam nama Allah).

Kenyataannya:

Bukan saja kata JIHAD disebut beberapa kali dalam Quran, seperti surah yg terkenal, surah At Taubah (no.9), ada lebih dari 150 seruan utk perang suci berantakan diseluruh Quran.

Jadi apa tujuannya?

Well, ketika kafir2 pandai seperti Robert Spencer yang langsung merespon pada tantangan ini dan ingin mengambil hadiahnya. Mr. Badawi dipaksa utk membayar tantangannya ini. Tapi apa lacur? Mr. Badawi bilang tantangan dia tidak minta konsep tentang Perang Suci. Dia hanya minta kata Arabnya langsung yang berarti Perang Suci.

Dan bagaimana dengan JIHAD? Well, ini ngga masuk hitungan, menurut Mr. Badawi, karena secara teknis bisa juga dipakai dalam konteks yang bukan berarti perang suci (meski ternyata begitulah tafsiran kata itu dijaman Muhammad sendiri, bukan dijaman kita). Jihad itu sama dengan kata “Perang”, yang bisa dipakai dalam arti bersayap (seperti, “saya memerangi diri saya utk tidak berkata bahwa Mr. Badawi adalah penipu ulung”).

Jika Jihad adalah suci tanpa peperangan, maka “QITAL” mestilah artinya peperangan tanpa suci. Ini istilah arab yang arti harafiahnya adalah melakukan peperangan militer. Tapi, seperti Jihad, ini sudah pasti dipakai dalam konteks perang suci, seperti dalam sura : “[2.193] Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” Mr. Badawi bahkan berkata (ini ada rekamannya) dan mengakui bahwa Qital bisa menjadi salah satu bentuk dari Jihad .. tapi meski begitu tidaklah masuk hitungan utk tantangan yang dia ajukan.

Jadi, meski Quran bilang pada pengikutnya utk “bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” dan “penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka” dan 150 perintah kekerasan lainnya utk berperang secara jelas dijalan Allah.. kata arab utk “Suci” dan “Perang” tidak secara harafiah muncul berdampingan. (Tidak juga kata jerman “concentration” dan “camp”, muncul bersamaan dalam dokumen2 Nazi).

Ampuuun, kemenangan macam apa yang diaku Mr. badawi ini? Orang jadi membayangkan apakah Mr. Badawi sungguh2 percaya bahwa dia itu bermaksud jujur atau dia akan malu sendiri jika dia mengenali permainan kata2 yang dia lakukan itu?

Akhirnya, orang harusnya tahu bahwa kata JIHAD dipakai dalam konteks perang agama lagi dan lagi, dan terdapat banyak berantakan dalam ayat2 Quran dan Hadis, dan bahwa, apapun terminologi pastinya, ayat ‘suci’ islam jelas-jelas menyuruh ‘semacam’ perang suci yang menimbulkan terorisme2 jaman modern sekarang ini.

Ayat2 kekerasan diartikan keluar dari konteksnya

Tipu-tipu Muslim:

Ayat2 seperti, “bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” diturunkan ketika keadaan perang, menurut para pembela islam. Mereka menuduh para kritikus menggunakan ayat2 Quran utk menjelekkan islam dengan cara ‘tebang pilih’ (mengambil ayat keluar dari konteksnya utk mendukung sebuah opini dan mengabaikan ayat2 lain yang menyanggahnya).

Muslim yang bergantung pada argumen ini sering membuat kesan bahwa Quran itu penuh dengan ayat2 damai, toleran dan persaudaraan universal, dengan sedikit saja ayat yang mengatakan kekerasan. Para pemirsa mereka yang mudah dibohongi juga mengasumsikan bahwa konteks utk setiap ayat kekerasan ini dikelilingi oleh larangan2 yang melindungi ayat tersebut utk tempat dan waktu tertentu (seperti pada kasus ayat2 Perjanjian Lamanya orang Kristen).

Kenyataannya:

Sialnya, kebalikan dari itu. Itu sebabnya kenapa para mualaf dan non muslim, yang baru belajar Quran dan Hadis, sering dihadapkan pada serangkaian peringatan dan aturan oleh muslim2 yang ‘mengerti’ yang mengatakan bahwa ‘butuh bertahun-tahun utk mempelajarinya”, utk mengerti sepenuhnya arti dari ayat2 tertentu. Mualaf atau yang berniat masuk Islam didorong utk mencari petunjuk pada ulama atau ustadz agar ‘menolong’ mereka menafsirkan apa yang mereka baca.

Bukanlah ayat2 kekerasan yang langka, malah ayat2 damai dan toleran lah yang langka ada dalam Quran. Konteks sejarah yang melatar belakangi ayat2 kekerasan itupun jelas tidak mendukung ‘damai’ yang mereka maksudkan.

Dalam Quran, kisah2, pemikiran2 dan topik2 sering muncul begitu saja, sepertinya muncul secara random (acak) dalam acak kadut kitab yang tidak berurutan baik secara kronologis waktu maupun kejadian. Tapi, dengan bantuan referensi luar seperti hadis dan Kisah Hidup Muhammad, biasanya bisa ditetapkan bagaimana sebuah ayat ‘diturunkan oleh Awlloh” dan apa artinya bagi orang2 muslim saat itu dan jaman sekarang. Ini yang dimaksud oleh para pembela muslim oportunis sebagai “konteks sejarah”. Mereka puas bahwa ayat2 demikian hanyalah sebagai bagian dari sejarah dan tidak dimaksudkan sebagai bentuk perintah bagi muslim jaman sekarang.

Tapi “konteks Sejarah” berlaku juga dua arah. Jika ayat itu adalah produk sebuah kejadian dalam sejarah, maka semuanya juga demikian adanya. Tentunya, tidak ada satu ayatpun dalam Quran yang tidak diberikan pada waktu istimewa tertentu utk kondisi tertentu yang dialami Muhammad, apakah itu keinginan Muhammad utk menaklukan suku tetangga atau butuh “wahyu” dari Allah agar membujuk pengikutnya berperang, atau jika perlu “wahyu” tertentu utk memuaskan nafsu seksnya atas wanita tertentu pula (utk menghindari kemarahan dari istri2nya yang lain).

Inilah ironinya sistem “tebang pilih”: Mereka yang memakai alasan “konteks sejarah” melawan penyanggahnya hampir selalu berargumen dengan ayat pilihan mereka sendiri yang mana ayat yang mereka terapkan dalam “konteks sejarah” dan yang mana yang mereka anggap tidak perlu diterapkan dalam “konteks sejarah”.

Islamis murni tidak memainkan tipu-tipu demikian. Tidak saja mereka tahu bahwa ayat2 Jihad itu banyak dan sangat otoritatif (menggantikan ayat2 lain yang lebih awal), mereka juga percaya bahwa keseluruhan ayat Quran itu abadi dan kalimat langsung dari Allah utk segala waktu dan segala keadaan.. dan inilah yang membuat mereka sangat berbahaya.

Islam pasti benar karena agama yang paling pesat perkembangannya sedunia

Tipu-tipu Muslim:

Gimana bisa islam itu jelek jika islam adalah agama yang paling pesat pertumbuhannya? Bukankah ini berarti islam adalah sungguh2 agama yang sejati, karena banyak orang yang menerimanya?

Kenyataannya:

Pertama-tama, kebenaran sejati dari sebuah doktrin atau agama tidak pernah ditetapkan semata-mata dari banyaknya orang yang percaya. seratus tahun lalu, mayoritas terbesar penghuni planet ini bahkan tidak percaya bahwa mereka berdiri diatas sebuah planet. Mereka juga tidakl percaya bahwa bumi berputar dg kecepatan 1.500 km/jam atau memutari matahari dengan kecepatan 100.500 km/jam. Apakah ini berarti bahwa bumi tidak melakukan semua ini sampai orang2 percaya akan hal ini?

Kedua, Islam bukan “tumbuh pesat” dibanding agama lain karena “orang2 menerimanya”, tapi lebih karena kecepatan beranak pinak para muslim yang jauh lebih tinggi dibanding orang2 kristen dan agama2 lain, khususnya di barat. Belum lagi jika diingat mereka boleh beristri empat. Anak2 mereka dibesarkan dalam agama apa saja sesuai orang tuanya. Jadi ini tidak bisa dijadikan satu acuan.

Dari yang mereka akui sebagai “mualaf” dari agama lain, hanya segelintir kecil saja yang menjadi muslim aktif. Sisanya hampir semua Cuma orang2 yang sebelumnya memang tidak berpegangan teguh pada agamanya semula, atau bisa dibilang non agamis. Di Barat dan Negara dunia ketiga non muslim, dimana semua agama boleh ‘berkompetisi’ dg adil, orang-orang yang mengalami pencerahan spiritual kebanyakan malah mereka yang masuk kekristenan bukannya islam.

Terakhir, alasan utama bahwa islam ‘katanya’ lebih pesat kemajuannya dibanding agama lain, sementara kehilangan umatnya keagama lain lebih sedikit. Sebenarnya adalah utk menutupi kemaluan mereka sendiri, bukannya utk berbangga diri. Pada kenyataannya, hal itu lebih berkesan utk menghilangkan rasa ketidak amanan para muslim akan agama mereka sendiri dibandingkan agama2 lain.

Misal anda main catur dg anak umur 6 tahun. Bukannya ikut aturan catur, anak itu boleh membuat aturan seenak dia sendiri. Salah satu aturan yang dia tetapkan itu adalah, anda tidak boleh masuk kedaerah papan catur dia, tapi dia bebas masuk kedaerah papan catur anda. Kemungkinan besar akan sangat mustahil mengalahkan dia.

Misal lagi, jika si anak memenangkan tanding catur itu – yang dipastikan oleh aturan2 yang dia tetapkan sendiri – apakah ini sesuatu hal yang bisa dibanggakan?

Aturan yang muslim terapkan pada “catur agama” persis seperti perumpamaan tanding catur diatas. Agama2 lain tidak boleh beroperasi didaerah islam (menyebarkan agamanya, berkhotbah, dll) sementara para muslim seenak perutnya berdakwah, berteriak2 sambil sesekali menjelek-jelekan agama lain. Malah pindah agama dari islam ke yg lain tidak diijinkan – hukumannya mati.

Melihat para muslim BERBANGGA DIRI menjadi “agama yang paling pesat pertumbuhannya” tidak berbeda dengan melihat anak ingusan membanggakan diri bahwa dia adalah GRAND MASTER CATUR karena telah mengalahkan jago2 catur dunia dalam sebuah pertandingan yang aturannya dia tetapkan sendiri. Sebuah kemenangan yang “PALSU”.

Islam telah memainkan aturannya sendiri sejak lahirnya. Bukan tidak mungkin para muslim segera mengembangkan rasa percaya diri akan agama merka (atau kebutuhan pendewasaan diri secara sosial) utk menutupi ‘aturan2 memalukan’ yang membuat mereka menjadi demikian ‘SUKSES” dan menutup kompetisi dengan agama lain dalam aturan yang sama.

Seperti telah disebutkan diatas, kebenaran sejati sebuah agama atau dalil tidaklah ditetapkan atau dibenarkan oleh berapa banyak pengikutnya. Tapi jika sebuah agama harus didukung oleh STANDAR GANDA dan ANCAMAN HUKUMAN MATI utk berkembang. Maka semakin yakinlah alasan utk meragukan kesejatian agama tersebut.

(Catatan: ini bukan berarti kita percaya bahwa islam itu agama yang paling pesat pertumbuhannya, karena memang pernyataan itu sendiri tidak benar, para muslim hanya ingin kita percaya seperti mereka percaya akan kebohongan tipu-tipu itu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar