Sangat mengherankan bahwa banyak umat muslim modern merasa bahwa mereka mempunyai hak dan kebebasan penuh untuk mengkritik Alkitab dengan mengatakan bahwa Alkitab itu korup (dicatut dan dikotori) dan isinya saling bertentangan, tetapi ketika seseorang berani mengkritik Alquran seperti halnya mereka mengkritik Alkitab, mereka akan menyebutnya sebagai orang yang biadab, ofensif dan rassialis!
Buku Bucaille
Salah satu contoh dari hal tersebut di atas adalah buku yang ditulis oleh Maurice Bucaille yang berjudul The Bible, The Quran and Science. Bucaille telah melancarkan serangan total atas pengilhaman dan teks-teks Alkitab. Dan terhadap Alquran ia meyakinkan pembacanya bahwa Alquran memiliki “keontetikan yang tidak terbantahkan”. Dia tidak membahas banyaknya masalah yang dapat ditemukan di Alquran, namun di hanya menghabiskan waktu untuk menyerang Alkitab semata. Pada kenyataannya, orang-orang malahan telah mempersoalkan Alquran sejak awalnya dan mereka masih terus mempersoalkannya sampai sekarang.
Beberapa Masalah
Ada beberapa masalah berkaitan dengan metodologi yang diungkapkan oleh Bucaille.
Pertama, baik Alquran maupun Hadis membenarkan Alkitab sebagai Firman Tuhan yang telah diilhamkan pada manusia dan seringkali mengacunya sebagai sumber kekuatan atas dasar mana Muhammad mengajar dan bertindak. Jadi sekali Alkitab direndahkan, Alquran dan Hadispun akan ikut direndahkan.
Kedua, Bucaille melanggar salah satu dari hukum logika yang paling mendasar. Dia sebaliknya mengira bahwa bila dia dapat “menyangkal kebenaran Alkitab” maka Alquran dapat ditegakkan. Namun Anda bagaimanapun juga, tidak dapat membuktikan posisi kebenaran anda dengan menyalah-nyalahkan posisi orang lain. Secara logika, Alkitab, Alquran dan Hadis mungkin saja salah semuanya. Alquran tidaklah diilhamkan hanya karena Kitab Suci lainnya tidak diilhamkan. Masing-masing Kitab akan tetap tegak atau jatuh tergantung pada kualitas dan keunggulannya sendiri.
Alasan Putar-Putar (Circular Reasoning)
Sebagian Muslim lagi-lagi menggunakan cara berpikir yang berputar-putar tak berujung pangkal ketika berurusan dengan Alquran.
Mereka telah memutlakkan kebenarannya padahal seharusnya masih memerlukan pembuktian.
Muslim : Muhammad adalah Nabi Allah
Non Muslim : Apa itu benar?
Muslim : Alquran yang menyatakan demikian.
Non Muslim : Apa Alquran benar?
Muslim : kan, muhammad itu Nabi Allah.
II. Muslim : Alquran tanpa salah
Non Muslim : Mengapa hal itu benar?
Muslim : Karena Alquran menyatakan demikian.
Non Muslim : Tetapi mengapa Alquran benar?
Muslim : Alquran tanpa salah
Kita tidak perlu putar-putar dalam satu lingkaran tanpa ujung pangkal, tetapi kita harus menyerahkan Alquran agar dapat diuji secara ilmiah dan kristis. Jika Alquran benar, ia akan bertahan dalam setiap pengujian. Tetapi jikalau Alquran salah, lebih baik mengetahuinya sekarang daripada terus mengimaninya secara buta.
Kitab Injil Barnabas
Ada usaha yang baru-baru ini dilakukan oleh beberapa orang Muslim untuk memanfaatkan suatu buku yang berisi pengajaran yang tidak benar dari suatu sekte mistik Kristen yang berjudul Injil Barnabas. Buku ini seolah-olah ditulis oleh salah satu murid yesus, dan dianggap merupakan suatu Injil yang telah lama terhilang. Injil-injilan ini sampai-sampai dianggap lebih tinggi otoritasnya daripada Kitab Perjanjian Baru.
Ilmuwan Barat telah berulang-ulang mendemostrasikan bahwa apa yang disebut sebagai Injil Barnabas itu merupakan suatu karya penipuan dalam segala aspek. Contohnya, Barnabas tidak mungkin menulis buku tersebut karena kosakata yang digunakan dalam buku itu bukanlah kosakata yang lazim digunakan pada abad pertama. Lebih penting lagi, Injil Barnabas mengandung pernyataan-pernyataan yang kontradiktif dengan pengajaran-pengajaran dalam Alquran, Hadis, dan Alkitab. Injil Barnabas bertentangan dengan ketiganya dalam tiga pola yang berbeda.
Seperti halnya orang Muslim dapat menggunakan Injil Barnabas tersebut untuk menentang Alkitab, demikian juga orang-orang Non-Muslim dapat juga menggunakannya untuk menentang Alquran dan Hadis. Contohnya, Injil Barnabas mengutuk orang mempunyai lebih dari satu istri sementara Alquran mengizinkan sampai empat istri. Injil Barnabas juga mengizinkan seseorang makan daging babi sementara Alquran mengharamkannya. Setiap Muslim yang menjagokan pewahyuan Injil Barnabas adalah sama artinya dengan menusuk lehernya sendiri!
[Lebih jauh lagi, Injil Barnabas ini baru muncul pada tahun 1709, ditulis dalam bahasa Itali dengan kertas yang lazim dipakai orang antara abad 14 dan 16. Penyelidikan menemukan bukti-bukti bahwa ia ditulis oleh seorang Arab (Mustafa Arande dengan nama samaran Fra Marino) beragama Islam yang berdomisili di Spanyol, dan ternyata tidak paham keadaan sejarah, geografi, adat-istiadat dan sosial Israel. Antara lain dikatakan bahwa Yesus dilahirkan ketika Pilatus adalah Gubernur negeri Yudea (padahal pilatus baru menjabatnya sejak tahun 26 M hingga 36 M). Kota Nazaret diterangkan sebagai kota pelabuhan, sehingga ada pasal yang menyebutkan bahwa Yesus berlayar ke Nazaret (padahal Nazaret bukan kota pesisir, melainkan kota di atas perbukitan Galilea). Total-total tercatat tidak kurang dari 30 kesalahan konyol].
Kebenaran Sederhana
Kebenaran sederhana yaitu bahwa Alquran mengandung banyak masalah, sebagian mana akan diungkapkan sekarang. Alquran menyatakan bahwa dirinya dari Allah, terjaga dari semua kesalahan, dan hal itu merupakan bukti pewahyuan (Surat 85:21,22). Konsekuensi dari klaim ini adalah satu saja kesalahan yang dapat ditemui dalam Alquran sudahlah cukup untuk menggugurkan keberadaannya sebagai wahyu Allah!
[Inilah rumus-besi!]
Prinsip Yang Masuk Akal: yang lama Mencocokkan yang baru
Prinsip yang digunakan Muhammad dalam awal pelayanannya memang valid (berlaku sah). Yaitu bahwa Wahyu yang lebih awal menjadi pengukur terhadap semua wahyu-wahyu yang datang belakangan. (Baca Surat 10:94)
Dengan demikian Alkitab harus dijadikan standar acuan dari semua wahyu-wahyu baru termasuk Alquran sendiri. Hal tersebut semata-mata hanya merupakan masalah kronologis. Muhammad datang 600 tahun setelah Yesus Kristus.
Jadi Alquran diturunkan jauh hari setelah adanya Kitab Perjanjian Baru.
Keabsahan Kitab Perjanjian Baru didasarkan pada kenyataan bahwa nubuatan-nubuatan, simbol-simbol, dan tipologi dari Kitab Perjanjian Lama itu tergenapi. Jadi dengan cara yang sama, jikalau Alquran akan diterima sebagai Firman Tuhan juga, maka Alquran harus lulus testing secara sempurna memenuhi kesesuaian terhadap Kitab-kitab Suci yang ada sebelumnya, yaitu Alkitab.
Alquran sendiri menyatakan bahwa ia merupakan kelanjutan dari Alkitab dan oleh karenanya ia tidak akan berkontradiksi dengan Alkitab (Surat 2:136).
Masalah Logika & Prioritas
Yang dimaksud di sini adalah logika dasar, yaitu kalau timbul konflik atau kontradiksi antara Alkitab dan Alquran, maka Alquranlah yang harus dikesampingkan, bukan Alkitab.
Kesimpulannya Alquran tidak akan pernah bertentangan dengan Alkitab, karena bagaimana mungkin Allah akan bertentangan dengan dirinya sendiri.
Jikalau Allah bertentangan dengan dirinya sendiri, dia merupakan Allah yang tidak sempurna. Kalau dia tidak sempurna pastilah dia bukan tuhan.
[orang-orang Muslim awam menduga bahwa Alquran yang turun belakangan itu justru yang harus dianggap paling benar bila terjadi kontradiksi antara Alkitab dan Alquran. Mereka mempersamakan hal ini dengan temuan-temuan ilmiah yang paling akhir mengkoreksi yang awal-awal. Persamaan ini jelas salah karena yang bisa dikoreksi adalah hal-hal yang belum pasti kebenarannya (sekalipun ilmiah). Namun Alkitab telah dipastikan kebenarannya oleh semua Nabi-nabi termasuk Muhammad. Alkitab-lah yang menjadi pengukur untuk semua wahyu yang datang kemudian. Prinsip kebenaran adalah “ada kebenaran, baru kemudian ada kepalsuan”. Kepalsuan tidak bisa hadir mendahului kebenaran. Tidak ada kepalsuan bila tidak ada kebenaran. Kepalsuan tidak bisa hadir sendirian dalam kehampaan kebenaran! Jadi kebenaran lama haruslah menjadi acuan bagi setiap ajaran baru yang ingin dibenarkan. Itu sebabnya keshahian setiap HADIS juga dirujukkan pada sistem periwayatan sanad-nya. Di amna para rawi (rantai pemberita hadis) ditujukkan terus ke jenjang belakang hingga bertemu kepada sumber kebenaran Hadis itu sendiri, jenjang paling awal mula yaitu Muhammad. Misalnya jenjang wari ketiga, At ba’al tabi’in, dirujukkan ke jenjang kedua, Tabi’in hingga jenjang sahabat Nabi yang mengklaim sumbernya dari Muhammad sendiri. Jadi yang awal-mula mem-verifikasi yang belakangan!
Demikian juga, Kitab Perjanjian lama adalah otoritas rujukan untuk mem-verifikasi kebenran penggenapan nubuat-nubuat oleh seorang Mesias yang datang belakang, yang bernama Yesus dalam Perjanjian baru].
Jika Alquran tidak sesuai dengan teks dan pengajaran yang ada dalam Alkitab, itu berarti bahwa Alquran berkontradiksi dengan Alkitab, yang mana berarti lebih lanjut bahwa Alquran harus menyerah kepada Alkitab, semata-mata karena Alquran harus selalu mengacu pada Alkitab dalam menguji kebenarannya (lihat perintah Allah kepada Muhammad QS 10:94). Anehnya orang-orang islam tetap bersikukuh menyalahi Alkitab (dengan menyalahi QS 10:94 secara tak langsung), sekalipun tanpa bukti.
Sebagai contoh, Alquran bertentangan dengan Alkitab mengenai masalah penyaliban Yesus yang diingkari Alquran.
Sekarang, apakah ada suatu naskah yang membuktikan bahwa ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai penyaliban Yesus itu bukan asli dari Alkitab? Apakah ada bukti-bukti tertulis dari manapun yang menyatakan bahwa Alitab aslinya tidak mengajarkan mengenai penyaliban? Tidak ada bukti satupun dan dari manapun yang menyatakan bahwa teks Alkitab salah dalam hal penyaliban Yesus Kristus.
Alkitab sejak awal mulanya, dengan jelas telah mengajarkan bahwa Yesus mati di salib. (Apalagi penyaliban ini ternubuatkan dalam Kitab-kitab sebelumnya, Mzm 22:2, 17-19; Zakaria 12:10 dan lain-lain).
Suatu Dilema logika
Umat Muslim terperangkap dalam dilema. Jikalau mereka mengakui bahwa teks Alkitab memang sejak semula menyatakan Yesus mati di atas kayu salib, itu berarti Alquran secara langsung bertentangan dengan Alkitab sebagai wahyu yang tertua. Namun Muhammad berjanji bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Mengapa?
Alquran harus sesuai dengan wahyu tertua (Alkitab) karena baik Alquran maupun Alkitab, diturunkan oleh Tuhan yang sama.
Sebaliknya, kalau umat muslim menolak Alkitab, mereka harus juga menolak Alquran karena Alquran mengacu pada Alkitab sebagai firman Tuhan.
Sebaliknya lagi, kalaupun mereka menerima Alkitab mereka masih tetap harus menolak Alquran karena Alquran nyatanya telah bertentangan dengan Alkitab.
Pilihan mana saja tetap Alquran yang kalah.
[ untuk mengurangi tekanan dilema ini, umat Muslim sampai terpaksa harus menuduh bahwa semua Alkitab yang ada adalah palsu (sesuatu yang tidak dituduhkan Alquran dan tidak dibuktikan oleh siapapun). Dituduhkan bahwa yang asli telah dihilangkan oleh tangan-tangan kotor (padahal Alquran telah mengatakan kebenaran bahwa kalimat Allah tak bisa dirubah manusia (Surat 6:34), apalagi menghilangkannya! Bila bisa dilenyapkan, tentulah itu fana, bukan firman Allah].
Suatu Keimanan Tanpa dasar
Jadi, apa yang dilakukan umat muslim?
Mereka mengimani sesuatu yang tidak berdasar dengan menempatkan diri mereka seolah-olah mengatakan: “Teks Alkitab dalam hal ini pasti salah. Alkitab aslinya tidak mengajarkan bahwa Yesus itu mati di salib. Kami tidak perlu membuktikannya. Kami mengetahuinya begitu, karena kalau tidak, kami akan terperangkap dalam dilema yang mengharuskan kami untuk mengakui kelemahan Alquran karena bagaimanapun Alquran telah mengacu pada Alkitab sebagai dasar otoritasnya sendiri”.
Argumentasi Muslim tanpa dasar seperti itu menimbulkan efek yang tidak sehat pada pola berpikir ilmiah.
Jika tidak ada serangkaian bukti yang menunjukkan bahwa suatu teks tertentu dalam Alkitab telah mengalami penaskahan yang salah, maka sungguh tidak rasional menyatakannya sebagai sesuatu yang salah hanya karena Alkitab tidak sesuai dengan Alquran.
Umat Muslim menanggapi masalah ini dengan menyatakan bahwa Alkitab itu terkorupsi – salah, setelah Alquran terwahyu-benar secara tertulis.
Tetapi bukankah kita mempunyai naskah-naskah dari Kitab Perjanjian Lama yang ditulis 200 tahun sebelum Masehi dan sebagian Kitab Perjanjian Baru yang ditulis pada abad-abad pertama? (Yang sampai kinipun tercatat sama seperti yang ada sekarang ini). Maka kita tahu persis bahwa Alkitab masih mencerminkan keadaan seperti ketika Yesus dan rasul-Rasul hidup pada zaman tersebut.
Kalau kita bandingkan Alkitab yang bersih ini dengan tulisan-tulisan yang kacau dari Alquran, termasuk nama-nama, kejadian-kejadian dan ujaran-ujaran yang acak-acakan yang terdapat dalam Alquran, maka tampaklah Alquran itu merupakan buah kesalahan.
Perlu dikemukakan bahwa umat Muslim membela diri dengan menyatakan bahwa Alquran sudah pasti sempurna, karena Tuhan pasti akan menjaga fitrmanNya bebas dari kesalahan.
Namun demikian, jikalau Tuhan telah gagal menjaga kebenaran Alkitab, sebagaimana yang mereka klaim, mengapakah kini Tuhan harus sukses melakukannya untuk Alquran?
Suatu Pengujian Ilmiah
Secara logis, Alkitab terpilih melebihi Alquran, bukan hanya karena Alkitab terlebih dahulu ada sebelum Alquran, tetapi juga karena Alquran selalu merujukkan keabsahan Alkitab yang sudah ada, yang mempunyai otoritas lebih tinggi sebagai pokok rujukan.
Terlepas dari posisi tersebut, kita sekarang ingin meneruskan pengujian Alquran secara ilmiah. Tetapi karena Alquran mengandung sangat banyak masalah, kami akan membatasi diri hanya untuk membicarakan 100 masalah yang penting-penting saja.
Berapa harikah Karya Penciptaan Terlaksana?
Masalah pertama dalam Alquran yaitu menyangkut berapa harikah karya penciptaan dilakukan oleh Tuhan.
Bila anda menjumlah semua hari yang disebutkan dalam Surat 41: 9, 10,12 anda akan mendapatkan jumlah 8 hari yang diperlukan Tuhan untuk melakukan karya penciptaanNya (4 hari + 2 hari + 2 hari = 8 hari)
Tetapi menurut Alkitab (Kitab kejadian 1:31) hanya 6 hari yang diperlukan tuhan untuk menciptakan alam semesta.
Jadi kesimpulannya Alquran sudah bertentangan dengan Alkitab sejak dimulai bab I dari Alkitab.
Seorang sahabat Muslim berkeberatan atas hal ini dengan menyatakan bahwa teks Alkitab berbahasa Ibrani tidak diragukan lagi pasti salah dalam hal ini dan bahwa yang benar adalah 8 hari.
Saya menyatakan bahwa tidak ada bukti dalam naskah-naskah Alkitab berbahasa Ibrani mengenai adanya kesalahan. Selain itu, ada ayat lain dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari (keluaran 20:11).
Kemudian saya menunjukkan bahwa di Alquran dalam Surat 7:51 dan 10:3 mengakui perhitungan Alkitab bahwa karya penciptaan tuhan dilakukan dalam 6 hari. Kalau 6 hari itu salah, itu berarti Surat 7 dan 10 dalam Alquran juga salah. Tetapi kalau 8 hari salah, Surat 41 juga salah.
Dengan menggunakan penalaran Muslim klasik, teman saya tersebut akhirnya menjawab bahwa Alquran tidak mengatakan 8 hari.
Saya menjumlah hari-hari yang disebut dalam Surat 41 yaitu 4+2+2=8.
Dia kemudian menjumlahnya dengan cara 4+2+2=6” karena 4 dapat dibagi 2 dan oleh karenanya 4 sesungguhnya 2 juga.
Ketika saya menunjukkan bahwa dalam bahasa Arab disebutkan 4, dan bukan 2, hal tersebut tidak membuatnya kecil hati. Dia tetap mempertahankan pendapatnya bahwa 4=2, karena kalau tidak demikian dia akan terjebak bahwa Alquran-lah yang salah. Jadi dia lebih baik membuat pernyataan yang tidak masuk akal, bahwa 4=2, dari pada mengakui kenyataan bahwa Muhammad membuat satu kesalahan dalam hal ini.
[Muslim modern juga membela dengan cara yang memplintir angka-angka yang tidak dimaksudkan oleh Alquran sama sekali. Mereka berdebat bahwa 4 hari yang disebutkan itu sudah mencakup salah satu dari 2 hari yang disebut, jadi terhitung 4+(2=0)+2=6 hari]
Nuh, Air Bah, dan Putera-Putera nuh
Menurut Alkitab, tiga putera Nuh semuanya masuk ke bahtera bersama dengan Nuh dan mereka semua diselamatkan dari air bah (kejadian 7:1,7,13)
Namun, Alquran dalam Surat 11:32-48 menyatakan bahwa salah satu dari putera Nuh menolak masuk bahtera dan akhirnya tenggelam dalam air bah.
[Sementara Surat 21:76,77 mengisyaratkan Nuh beserta seluruh keluarganya seelamat semua]
Surat 11:44 juga menyatakan bahwa bahtera itu bersandar di atas gunung Judi sementara Alkitab mengatakan di atas gunung Ararat. Dalam hal ini sungguh sangat jelas perbedaan antara Alkitab dan Alquran.
[rasul Petrus, salah satu murid-murid yesus yang dibenarkan Alquran (hawariyyun) juga menyaksikan kebenaran penyelamatan Tuhan atas 8 nyawa semuanya, baca 2 Petrus 5. jadi siapa yang korup, Alkitab atau Alquran? Kenapa Alkitab harus mengkorupi kejadian ini? Quran juga tidak mungkin akan mengkorupi apa-apa untuk hal-hal semacam ini, kecuali Muhammad mendengarnya dari sumber-sumber yang membuatnya keliru].
Kesalahan-Kesalahan Berkaitan Dengan Abraham
Alquran membuat banyak sekali kesalahan mengenai Abraham.
1. Alquran menyatakan bahwa nama ayah dari Abraham adalah Azar (Surat 6:740, tetapi Alkitab mengatakan namanya Terah.
[ Tetap tercatat nama Terah turun-temurun dari anak-anak Abraham, yaitu kaum yahudi dan nabi-nabi yahudi. Dan baru setelah lewat 2500 tahun tiba-tiba ada orang lain yang non-Yahudi yang memberi nama yang berbeda, bukan karena mau mengkorupi melainkan karena salah wahyu atau tidak paham saja].
2. Dia tidak tinggal dan menyembah Tuhan di lembah Mekah (Surat 14:37) tetapi di Hebron sesuai Alkitab. [Setting Palestina tiba-tiba digiring menjadi setting Arab].
3. Menurut Alkitab, anaknya yang bernama Ishak yang akan dikorbankan, bukan Ismael seperti yang dianggap dinyatakan oleh Alquran (Surat 37:100-12). [tidak ada nama Ismael disebut di sini, kecuali disebut “seorang anak”. Orang Muslim haruslah amat heran kenapa Quran ragu menyebutkan sesuatu yang harus dikoreksikannya dengan lantang? Para pakar sangat logis menduga Muhammad takut ditertawakan oleh orang yahudi/nasrani yang tahu persis siapa anak tersebut].
4. Abraham mempunyai 8 anak, bukan 2 sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran (seperti yang
“diketahui” oleh Muhammad)
5. Abraham mempunyai 3 istri dan bukan 2 sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran.
6. Dia tidak membangun Kaabah, walaupun Alquran menyatakan demikian (Surat 2:125-127) [Setting
Palestina tiba-tiba menjadi setting Arab]
7. Dia tidak dilemparkan ke dalam api oleh Nimrod sebagaimana yang dinyatakan oleh Alquran dalam Surat 21:68,69 dan 9:69.
Kesalahan terakhir ini (no 7) adalah sangat mencolok seriusnya karena menimbulkan masalah secara kasat mata dalam Alquran. Sebab Nimrod hidup beberapa abad sebelum Abraham!
Bagaimana mungkin Nimrod mendalangi pelemparan Abraham ke dalam api, karena waktu Abraham Nimrod sudah mati beberapa abad sebelumnya?
Waktu Linear
Cerita dan legenda –legenda Arab mencampuradukkan tempat-tempat, orang-orang dan peristiwa-peristiwa dalam satu penampakan yang sama solah-olah mereka semua hidup pada waktu yang sama.
Itulah sebabnya mengapa dalam Alquran, nama-nama seperti Nimrod dan Abraham, Haman dan Musa, Maria dan Harun, dan lain-lain, semuanya digambarkan seolah-olah mereka hidup dan bekerja dalam waktu yang sama.
Hal itu juga menjadi penyebab mengapa Alquran dapat mencampuradukkan air bah dan Musa, menara Babel dan Firaun, dll seolah-olah semuanya itu terjadi pada saat yang sama.
Ini merupakan suatu ancaman serius bagi integritas Alquran karena hal itu merusak kronologis sejarah Alquran, sejarah Alkitab dan sejarah sekuler semuanya.
Kesalahan Mengenai Yusuf
Alquran membuat kesalahan ketika menyatakan bahwa orang yang membeli Yusuf, anak yakub, adalah bernama Aziz (Surat 12:21 ff) padahal namanya adalah Potifar (Kejadian 37:36)
[ Nama Potifar melegenda turun-temurun sejak Taurat Musa. Sejarah mana yang pernah memperkenalkan nama Aziz? Nabi mana yang pernah menyebut nama tersebut, kecuali seorang Nabi dari Arab yang datang sangat terlambat untuk “mengoreksinya”?].
Ciri-Ciri Alkitabiah
Alquran juga membuat kesalahan yang sama ketika ia menamai Goliat sebagai Jalut, Korah sebagai Karun, saul sebagai Talut, Enock sebagai Idris, Yehezkiel sebagai Dhu’l-khifl, Yohanes Pembabtis sebagai Yahya, [ Yesus sebagai Isa] dan lain-lain.
Karena muhammad tidak mempunyai akses ke Alkitab (terjemahan Alkitab dalam bahasa Arab belum ada pada waktu itu), dia sering mendapatkan nama-nama, peristiwa-peristiwa, dan kronologi yang serba salah.
Encyclopedia Britannica menyatakan: Penyimpangan-penyimpangan dari periwayatan Alkitabiah sangatlah kentara, dan dalam banyak hal dapat ditelusuri kembali dalam anekdot dari Haggada yahudi (buku liturgi yahudi) dan Injil-injilan apokrif yang banyak disebut-sebut sebagai sumber dari mana Muhammad merujuk informasi ini. Tidak ada bukti bahwa Muhammad dapat membaca, dan ketergantungannya pada komunikasi lisan mungkin dapat memberi penjelasan mengapa terjadi miskonsepsi pada dirinya, contohnya kerancuan antara Haman (sebagai menteri dari Ahasyweros) dengan menteri dari Firaun (Surat 40:35, 37) dan antara saudara perempuan Musa. Miryam dengan maria ibu Yesus.
Kesalahan pengertian pokok Muhammad mengenai cerita dan doktrin-doktrin Alkitabiah mencerminkan bahwa dia hanya mengetahui cerita-cerita itu berdasarkan desas-desus saja.
Seperti yang dinyatakan oleh seorang ilmuwan besar dalam kajian Arab yang bernama canon Edward Sell mengenai kesalahan nama-nama:
Dia (Muhammad) pasti tidak memperoleh pengetahuan mengenai nama-nama tersebut dari sumber aslinya yaitu Alkitab Perjanjian lama. Kerancuan mengenai nama-nama itu sungguh sangat kentara.
Kesalahan Mengenai Musa
Alquran mengandung banyak kesalahan mengenai Musa:
1. Orang yang mengadopsi Musa bukanlah istri Firaun seperti yang dinyatakan oleh Alquran dalam Surat 28:8,9. Orang yang mengadopsinya adalah puteri Firaun (keluaran 2:5).
[ Siapa yang salah catat di sini? Musa atau Muhammad? Musa sebagai nabi terbesar Yahudi, sebagai
penutur/penulis riwayatnya ini sendiri, akankah mencatat salah, dan diikuti salah oleh seluruh nabi-nabi lain dan umat Israel?
2. Air bah Nuh tidak berlangsung pada zaman Musa sebagaimana yang Alquran katakan (Surat 7:136, 137, 138 bandingkan Surat 7:59ff). Kesalahan ini tidak mudah dapat disingkirkan.
3. Alquran menyatakan bahwa Haman hidup di Mesir pada zaman Musa dan dia bekerja untuk Firaun membangun Menara Babel (Surat 27:4-6; 28:39; 40:23, 24,36,37). Tetapi sesungguhnya Haman hidup di Persia dan melayani raja Ahasyweros.
Untuk lebih terperinci lihat Kitab Ester 8. [ Rupa-rupanya Muhammad mengira Ahasyweros ini salah satu Firaun di Mesir].
Kesalahan ini sungguh sangat serius karena tidak saja bertentangan dengan Alkitab tetapi juga bertentangan dengan sejarah sekuler.
4. Penyaliban tidak digunakan di Mesir pada zaman Firaun, walaupun Alquran menyatakan demikian dakam Surat 7:124.
Kesalahan Mengenai Maria
Alquran mengandung banyak kesalahan mengenai Maria, ibu Yesus:
1. Ayah Maria bukan Imran (Surat 66:12)
2. Maria tidak melahirkan Yesus di bawah pohon palem sendirian (Surat 19: 22-25), tetapi di sebuah kandang diteman oleh Yusuf (Lukas 2: 1-20).
3. Muhammad mengalami kebingungan membedakan ibu Yesus, Maria dengan saudara perempuan Musa dan Harun, Miryam (Surat 19:28). Hal ini merupakan kesalahan serius karena menunjukkan bahwa Muhammad tidak mempunyai pemahaman mengenai perbedaan periode untuk tokoh-tokoh yang tertulis dalam Alkitab.
4. Muhammad dengan jelas mengarang-ngarang cerita dan mujizat bohong-bohongan yang terjadi bagi Maria (Surat 19: 23-26).
5. Zakharia tidak dapat berbicara terus sampai anaknya lahir (Lukas 1:20), bukan hanya selama tiga malam seperti yang dinyatakan oleh Alquran (Surat 19:10).
[NB. Muhammad membuat kekeliruan fatal atas wahyu yang mengisahkan tentang Zakharia:
1). Bisunya Zakharia selama 3 malam?!
Bisu mendadak untuk 3 malam adalah “sepele”, dalam artian bahwa itu bukan berita yang menggemparkan bagi suatu tanda Allah yang ingin dikhususkan bagi penghukuman Zakharia yang menolak percaya bagi kehamilan mujizat Allah. Sebaliknya Alkitab menyebutkan 2 tanda khusus yang langsung berkaitan dengan kehamilan DAN kelahiran mujizat. Yaitu bisu sepanjang kehamilan 9 bulan, DAN mendadak hilang bisu ketika kelahiran Yahya terjadi! Maka tanda-tanda ajaib ini menjadi kegemparan dan ketakutan dan buah tutur bagi seluruh penduduk desanya ketika tiba-tiba Zakharia bisa berkata-kata kembali. Kisah Alkitab ini tidak mungkin bohong-bohongan karena para saksi atas
kejadian ini adalah orang-orang seisi desa dan sekitarnya. Juga termasuk Maria yang sempat mengunjungi keluarga ini (Lukas 1:39-66).
2) Zakharia memelihara perawan Maria?! QS 3:37:”..., dan Allah menjadikan Zakharia pemeliharanya (Maryam). Setiap Zakharia masuk menemui (Maryam) di Mihrab, dia dapati makanan di sisinya, Zakharia berkata, “Hai Marya, dari mana engkau memperolehnya?’ Maryam menjawab, ‘Itu dari Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya dengan tiada terhitung.”
Muhammad terjebak dalam ketidak-tahuan akan tradisi ritual dan kesukuan Yahudi. Zakharia tidak tinggal di Bait Allah di Yerusalem, jadi tak mungkin dia merawat Maria di sana. Dia , sebagai seorang imam, dipilih oleh rakyat untuk melayani (secara bergiliran dengan undi) di bait suci di Yerusalem tersebut hanya untuk sementara waktu! (lukas 1:5-40). Tak seorangpun dalam keadaan apapun boleh tinggal dalam ruang Maha Kudus; hanya imam agung saja yang diperbolehkan memasukinya sekali dalam setahun pada Hari Penebusan Dosa, dengan membawa korban untuk menebus dosa ( 1 raja-raja 8:6, 8, 9; Imamat 16: 2,32,33; Ibrani 9:7). Zakharia tidak memelihara Maria, karena Zakharia berasal dari suku Lewi (Ibrani 7:14) sedangkan Maria dari suku Yehuda.
Terlebih lagi, Zakharia hidup di Yudea sedangkan Maria tinggal di Nazaret dengan selisih jarak sehari penuh perjalanan!
Jadi tampaklah seluruh wahyu Muhammad sungguh tidak lulus fakta-fakta kultural!]
Istilah Dan Kisah Khayalan
Muhammad mengarang-ngarang cerita khayalan mengenai tokoh-tokoh Alkitab dengan menggunakan kata-kata seperti “Muslim” dan “Islam” yaitu istilah-istilah yang tidak dikenal oleh dan tidak muncul dari mulut nabi-nabi manapun di masanya.
Hal ini cukup menggelikan ibarat mengisahkan bahwa Muhammad berkata, “Saya suka sekali ayam goreng Kentucky”.
Sudah jelas istilah “ayam goreng Kentucky” tidak ada pada zaman Muhammad.
[ Istilah “Islam” maupun “Muslim” pada teks-teks “Alkitab” seperti yang di-klaim Muhammad, jelas merupakan usaha penboncengan dan peleburan sosok-sosok Islam ke dalam tubuh Alkitab demi meleburkan memenangkan orang Yahudi/Kristen ke dalam Islam].
Semua cerita-cerita dalam dalam Alquran mengenai Abraham, Ishak, Yakub, Nuh, Musa, Maria, Yesus, dan lain-lain mengandung kata-kata dan frasa-frasa yang dengan jelas menunjukkan kepalsuan belaka (Surat 2:60, 126-128, 132-133, 260; 3:49-52, 67; 6:74-82; 7:59-63, 120-126; 10:71,72; 18:60-70; 19:16-33; dan lain-lain).
Tes Air
[ Kembali setting periwayatan Muhammad diubah secara kasat mata]:
Testing bagaimana cara para tentara minum air dari sebuah sungai bukanlah berlangsung pada waktu Daud mengalahkan Goliat atau pada zamannya Saul (Thalud), tetapi berlangsung pada masa yang jauh sebelumnya, yaitu pada masa Gideon. (Bandingkan Surat 2: 249, 250 dengan Hakim-Hakim 7:1-8).
[Perhatikan betapa Muhammad tidak paham kisah yang sebenarnya, dan tetap mencoba mencomot kisah ini untuk dijadikan bagian “wahyu” dalam Alquran. Anda akan bertanya, apa maksud Allah SWT melakukan testing air itu di kalangan tentara Thalut? Apa kegunaan kisah itu sebagai Firman Allah untuk manusia? Dan anda tidak akan menemui jawabannya! Ini berlainan dengan motif Alkitab yang justru menggambarkan maksud dan kegunaan dari test tersebut bagi rakyat Israel].
Kesalahan Sejarah Sekuler
Alquran mengandung kesalahan historis yang kasat mata:
1. Salah satu contoh tertulis dalam Surat 105 di mana Muhammad mengklaim bahwa pasukan gajah dari Abrah dikalahkan oleh serangan batu yang dijatuhkan oleh burung-burung dari udara. Menurut catatan sejarah, pasukan Abrah membatalkan serangannya ke Mekah setelah berjangkitnya penyakit cacar air di kalangan pasukan tersebut.
2. Kaabah tidak dibangun oleh Adam, dan juga tidak dibangun kembali oleh Abraham. Kaabah dibangun oleh para para penyembah berhala untuk menyembah batu hitam (meteorit) yang jatuh dari langit. Abraham tidak pernah hidup/tinggal di Mekah.
[Buktinya? Tidak ada satupun literatur atau kisah tradisi yang bisa ditemukan sebelum Muhammad mendongengkan sejarah Ibrahim/Ismail di Mekah. Juga tak pernah ditemukan jejak arkeologi Ibrahim di sana]
3. Dalam Surat 20:87, 95 kita diberitahu bahwa orang-orang Yahudi membuat anak lembu emas di padang pasir atas saran dari “orang-orang Samaria”. Hal ini jelas merupakan kesalahan historis karena negara dan orang-orang Samaria belum exist/terbentuk pada peristiwa tersebut.
Eksistensi Samaria baru muncul ratusan tahun kemudian setelah penawanan bangsa Israel yang pertama yang dilakukan oleh orang-orang Assyria, dan berikutnya oleh orang-orang Babilonia.
(Lihat sendiri betapa Penterjemah Alquran, Yusus Ali dll, penterjemah berusaha menjauhkan kesalahan ini dengan mengaburkannya dalam terjemahannya, namun dalam bahasa Arabnya, hal ini tetap jelas).
4. Salah satu kesalahan dalam Alquran yang terbesar menyangkut Alexander yang Agung, yang disebutnya Zulqarnaen. Alquran menyatakan bahwa Alexander yang agung adalah seorang Muslim yang menyembah Allah dan yang hidup sanpai hari tuanya (Surat 18: 89-98).
Kesalahan ini sukar sekali diperbaiki karena bukti sejarah mengenai Alexander menunjukkan bahwa ia bukan seorang Muslim dan dia tidak hidup sampai usia tua.
Encyclopedia Britannica menyatakan: Laporan Muhammad mengenai Alexander, yang diperkenalkan sebagai “orang yang bertanduk dua” (Surat 18:82), diambil dari cerita Roman Alexander, yang sangat beredar di kalangan orang-orang Kristen Nestoria abad ke-7 versi Syriak.
Sehubungan dengan adanya kesalahan historis ini, beberapa orang Muslim modern telah membuat sanggahan dengan menyatakan bahwa Alquran tidak berbicara mengenai Alexander.
Namun berdasarkan pada interpretasi Muslim ortodoks mengenai hal itu, bahkan Yusuf Ali juga mengakui sebagai Berikut:
Saya tidak ragu-ragu sedikitpun bahwa Zul-qarnain yang dimaksud adalah Alexander yang Agung, Alexander historis, dan bukan Alexander khayalan/legendaries.
The Concise Dictionary of Islam juga membenarkan pandangan bahwa Alexander yang Agung adalah subyek yang dimaksud dalam konteks tersebut.
Bahkan Alquran masih juga “menantang keilmuwan” dengan menyatakan bahwa Alexander yang Agung menempuh jalan searah tenggelamnya matahari dan akhirnya sampai kepada sumber air yang berlumpur hitam (Surat 18:85,86)!.
Saling Berkontradiksi
Pertanyataan-pernyataan Alquran saling berkontradiksi dalam banyak hal.
Surat 39:23,28 mengklaim bahwa Alquran bebas dari kontradiksi apapun. Jadi kalau terdapat satu saja kontradiksi di dalamnya, berarti sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Alquran bukan Firman Tuhan.
1. Seperti yang pernah kami perlihatkan, Alquran menawarkan kepada kita laporan mengenai cara Muhammd menerima Alquran yang saling bertentangan satu sama lain. [Terjemahan Alquran mencoba menjerumuskan oknum pewahyu yang sebenarnya banyak itu menjadi seolah-olah hanya satu saja. Namun asli bahasa Arab memperlihatkan banyak oknum yang berbeda satu dengan lainnya, dengan sebutan-sebutan yang berbeda].
a. Pertama kita diberitahu bahwa sosok Allah datang pada Muhammad dalam rupa manusia dan bahwa Muhammad melihat Allah (Surat 53:2-18; 81:19-24).
b. Kemudian kita diberitahu bahwa Rohulqudus-lah yang datang kepada Muhammad (Surat 16:102;
26:192-194).
c. Selanjutnya Alquran menyatakan bahwa para malaikatlah (jamak) yang mendatangi Muhammad
(Surat 15:8).
d. Versi terakhir dan merupakan versi yang paling popular yaitu bahwa malaikat Jibril yang menyerahkan Alquran kepada Muhammad (Surat 2:97).
[Nama spesifik “Jibril” hanya muncul 3 kali di seluruh Alquran yaitu Surat 2:97,98 dan 66:4. Yang lain hanyalah Jibril yang disebut dan ditafsirkan oleh si penterjemah. Muhammad bahkan tidak mengenal nama ini ketika ia masih berada di Mekah. Tidakkah itu amat aneh bahwa sesudah belasan tahun berwahyu, Jibril baru memperkenalkan nama dirinya kepada Muhammad? Para ahli me-nonsens-kan hal ini, dan menyatakan bahwa Muhammad mengetahui nama tersebut belakangan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani].
2. Alquran mengungkapkan 2 hal yang berbeda mengenai lamanya 1 hari di mata Tuhan, yang pertama bahwa 1 hari adalah 1000 tahun di mata Tuhan, dan yang kedua bahwa 1 hari adalah 50.000 tahun (bandingkan Surat 32:5 dengan Surat 70:4).
3. Pertama-tama Muhammad mengatakan kepada para pengikutnya untuk menghadap ke Yerusalem dalam sembahyang mereka. Kemudian dia mengatakan bahwa Mereka boleh menghadap mana saja waktu mereka sembahyang karena Tuhan ada di mana-mana (Surat 2:115).
Kemudian dia berubah pikiran lagi dan mengharuskan para pengikutnya menghadap ke arah Mekah pada waktu mereka sembahyang (Surat 2:144).
Banyak ilmuwan percaya bahwa perubahan-perubahan arah sembahyang tersebut tergantung pada siapa yang akan disenangkan oleh Muhammad pada suatu waktu. Apakah untuk menyenangkan orang-orang Yahudi (dengan kiblat ke Yerusalem, atau untuk para Quraisy penyembah berhala (dengan kiblat ke Mekah).
4. Pertama Muhammad mengatakan bahwa para pengikutnya boleh membela diri kalau diserang (Surat 22:39). Kemudian dia memerintahkan mereka untuk berperang demi dirinya (Surat 2:216-218). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan harta benda dengan menjarah para kafilah.
Tetapi dengan makin meningkatnya kekuatan pasukannya, meningkat pula kehausan akan harta rampasan (Surat 5:33). Maka dia mengumumkan perang untuk menaklukkan pengikut agama lain, menganiayanya, sekaligus untuk memperoleh barang jarahan (Surat 9:5,29). Kehendak Allah kelihatannya berubah-ubah sesuai dengan keberhasilan Muhammad dalam membunuh dan menjarah.
5. Siapa yang pertama-tama beriman? Muhammad atau Musa? (bandingkan Surat 6:14 dengan Surat 7:143) Anda tidak mungkin mempunyai dua orang “pertama” di dua waktu.
6. Kenyataan bahwa agama Yahudi dan Kekristenan pecah menjadi beberapa aliran dimanfaatkan dalam Alquran untuk menjadi bukti bahwa baik agama Yahudi maupun Kekristenan bukanlah berasal dari Tuhan (Surat 30:30-32; Surat 42:13,14)
Namun bahwa Islam sendiri juga pecah menjadi berbagai mazhab/sekte yang saling bertikai tentulah telah mendustakan Alquran itu sendiri.
Wahyu-Wahyu Yang Diatur
Alquran mengandung wahyu-wahyu yang disesuaikan dengan kesenangan dan keinginan pribadi Muhammad:
1. Ketika Muhammad menginginkan istri dari anak angkatnya, dia tiba-tiba mendapatkan wahyu baru dari Allah yang mengizinkan seseorang untuk mengingini istri orang lain, lalu mengambilnya sebagai istri setelah habis masa iddahnya. (Surat 33:36-38).
2. Ketika Muhammad menginginkan lebih banyak istri atau menginginkan para istrinya berhenti bertengkar, dia segera mendapatkan wahyu baru untuk mengatasi masalah tersebut (Surat 33:28-34).
3. Ketika banyak orang mengganggu Muhammad di rumahnya, dia segera menerima wahyu yang sesuai yang menetapkan peraturan mengenai kapan mereka boleh mengunjunginya dan kapan tidak boleh mengganggunya (Surat 33:53-58; 29:62-63; 49:1-5).
[1). Istri-istri Muhammad terbagi atas dua kubu, kubu Ummu Salamah dan kubu Aisyah. Kubu Ummu Salamah sempat memprotes Muhammad agar orang-orang yang berniat memberi hadiah kepada Muhammad jangan hanya dilakukan di rumah Aisyah (istri kesayangan Muhammad) melainkan di rumah istri mana saja ketika beliau berada.Maksudnya agar Muhammad dan orang-orang lain jangan ada pilih kasih di antara para istri. Tetapi apa jawaban Muhammad? Nabi memanfaatkan wahyu Allah untuk meredam kritikan Ummu Salamah. Beliau berkata: ”Jangan saya disakiti berkenaan dengan Aisyah.
Sesungguhnya wahyu hanya datang kepada saya ketika saya dalam selimut seorang perempuan di rumah Aisyah” (HR Bukhari).
2). Aisyah sendiri juga pernah menyindir Muhammad: ”Allah cepat-cepat memenuhi keinginan nafsumu” (As Suyuti dalam Asbab al-Nuzul tentang ayat tersebut)].
Bahan-bahan Legendaris
Muhammad menggunakan banyak materi khayalan dan legendaris sebagai sumber-sumber inspirasi Alquran. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Profesor Jomier, seorang ilmuwan besar bangsa Perancis dalam bidang kajian Timur Tengah sebagai berikut: Umat Muslim menerima materi dan kisah tersebut di atas sebagai Firman Tuhan, tanpa menanyakan terlebih dahulu mengenai apa latar belakang histories dari materi tersebut.
Sesungguhnya di situ kita menemukan legenda-legenda puitis yang popular, variasi-variasi dari tema religius yang diketahui berasal dari sumber-sumber lain.
Alquran Dari Sumber-Sumber Arab
Alquran mengulang fable-fabel Arab khayalan seolah-olah hal itu benar.
. Legenda-legenda Arab mengenai jin-jin yang menakjubkan mengisi lembar-lembar Alquran.
. Cerita mengenai unta betina yang melompat keluar dari sebuah batu, lalu menjadi seorang nabi. Dongeng ini sudah dikenal jauh hari sebelum Muhammad (Surat 7:73-77,85; 91:14; 54:29).
. Kisah mengenai seluruh penduduk desa yang berubah menjadi monyet-monyet karena mereka melanggar hari Sabat (yaitu bekerja mencari ikan di hari Sabat). Kisah ini sudah sangat popular pada zaman Muhammad (Surat 2:64; 7:163-166).
. Cerita mengenai menyemburnya 12 mata air yang ditulis dalam Surat 2:60 sesungguhnya berasal dari legenda-legenda pra-Islam.
. Kisah yang dinamakan “Rip Van Winkle”, dimana 7 orang beserta hewan-hewan mereka telah tidur di sebuah gua selama 309 tahun dan kemudian bangun kembali dalam keadaan sehat walafiat (Surat 18:9-26). Dongeng tersebut dapat ditemukan dalam fabel-fabel Kristen dan Yunani maupun dongeng Arab yang disampaikan secara turun temurun.
. Fabel mengenai potongan-potongan dari 4 ekor burung yang mati yang kemudian dapat hidup kembali dan terbang atas panggilan Ibrahim. Ini merupakan cerita terkenal pada zaman Muhammad (Surat 2:260) (Lihat betapa pelbagai tafsiran dan terjemahan Alquran yang Amat berbeda satu dengan lainnya. Ada yang menterjemahkannya sebagai “jinak” dan bukan “potong” bagi ke 4 merpati tersebut)
Kesimpulannya sudah jelas bahwa Muhammad menggunakan kesusasteraan zaman pra-Islam seperti “Saba Moallaqat Imra’ul Cays” dalam menyusun ceritanya seperti yang tertulis dalam Surat 21:96; 29:31,46; 37:59; 54:1 dan 93:1.
Alquran dari Sumber-Sumber Yahudi
Banyak dari cerita-cerita dalam Alquran yang berasal dari Talmud Yahudi, Midrash, dan hasil karya apokrif.
Hal tersebut dikemukakan oleh Abraham Geiger dalam tahun 1833, dan selanjutnya didokumentasikan oleh ilmuwan Yahudi lainnya yaitu Dr. Abraham Katsh dari Universitas New York dalam tahun 1954.
1. Sumber dari Surat 3:35-37 adalah terambil dari buku cerita khayalan yang disebut “The Protevangelion’s James the Lesser”.
2. Sumber dari Surat 87:19 adalah Perjanjian Abraham.
3. Sumber dari Surat 27:17-44 adalah Targum Ester ke 2 (Targum adalah terjemahan Kitab-kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Aram).
4. Cerita fantastic mengenai Tuhan membuat orang “mati untuk ratusan tahun” tanpa menimbulkan pengaruh buruk atas makanan, minuman, atau keledainya merupakan fable Yahudi (Surat 2: 259 ff).
5. Pendapat yang menyatakan bahwa Musa dibangkitkan kembali dari kematiannya dan bahan-bahan lain, terambil dari Talmud Yahudi (Surat 2: 55, 56, 67).
6. Kisah dalam Surat 5: 30, 31 dapat juga ditemukan dalam karya pra-Islam yang ditulis oleh Pirke Rabbi Eleazar, Targum dari Jonathan ben Uzziah dan Targum Yerusalem.
7. Dongeng mengenai Abraham dilepaskan dari kobaran api Nimrod berasal dari Midrash Rabbah (lihat Surat 21: 51-71; 29: 16, 17; 37: 97,98).
Perlu diketahui bahwa Nimrod dan Abraham tidak hidup pada waktu yang bersamaan. Muhammad selalu mencampuradukkan sosok orang-orang di dalam Alquran, padahal sosok-sosok tersebut tidak hidup pada waktu yang bersamaan.
8. Perincian-perincian yang tidak bersifat Alkitabiah mengenai kunjungan Ratu Sheba (Saba) dalam surat 27: 20-44 berasal dari Targum ke-2 dari Kitab Ester.
9. Sumber dari Surat 2: 102 tidak diragukan lagi berasal dari Midrash Yalkut, Bab 44.
10. Cerita dalam Surat 7:171 mengenai Tuhan mengangkat Gunung Sinai dan mengancam untuk menempatkannya di atas kepala orang-orang yahudi adalah berasal dari buku Yahudi yang berjudul Abodah Sarah.
11. Cerita mengenai pembuatan patung anak lembu emas di padang belantara di mana patung tuangan tersebut begitu keluar dari api sudah dalam bentuk sempurna dan dapat melenguh (Surat 7: 148; 20:88), berasal dari Pirke Rabbi Eleazar.
12. Ada 7 sorga dan neraka seperti yang diungkapkan dalam Alquran berasal dari Zohar (hasil karya intepretasi Kitab Suci Yahudi yang penulisannya berdasarkan pada metode mistik) dan Hagigah.
13. Muhammad menggunakan Perjanjian Abraham untuk mengajarkan bahwa suatu skala atau timbangan akan digunakan pada hari pengadilan akhir untuk menimbang perbuatan baik dan perbuatan jahat agar dapat ditentukan apakah seseorang akan masuk ke Surga atau ke Neraka (Surat 42: 17; 101: 6-9).
Alquran Dari Sumber-Sumber Ajaran Kristen Sesat
Salah satu dari fakta-fakta merusak dan paling banyak didokumentasikan mengenai Alquran adalah bahwa Muhammad menggunakan injil-injil dari ajaran “Kristen” sesat beserta fabel-fabelnya sebagai bahan dalam Alquran.
Encyclopedia Britannica berkomentar: Injil yang dikenal Muhammad terutama berasal dari injil apokrif dan sumber-sumber sesat.
Sebagai contoh, dalam Surat 3: 49 dan 100:110, bayi Yesus berbicara dari palungan! Kemudian, Alquran menyatakan Yesus membuat burung-burung dari tanah liat menjadi hidup.
Padahal Alkitab memberitahu kita bahwa mujizat yang dilakukan Yesus yang pertamam adalah pada pesta perkawinan di Kana (Yohanes 2: 11).
Alquran dari Sumber-Sumber Sabian
Muhammad memasukkan unsur-unsur dari agama kaum Sabian ke dalam Islam.
Ia mengadopsi ritual-ritual para penyembah berhala seperti:
1. Menyembah di Kaabah
2. Sembahyang lima kali sehari berkiblat ke Mekkah (Muhammad memilih sembahyan lima kali sehari sama seperti yang dilakukan oleh masyarakat Sabian)
3. Berpuasa paruh hari sebulan penuh.
Alquran dari Sumber-Sumber Keagamaan Timur
Muhammad memperoleh ide-idenya dari agama-agama Timur seperti Zoroastrianisme (agama Persia) dan Hinduisme. Semuanya ini memang sudah ada jauh-jauh hari sebelum Muhammad lahir.
Alquran mencatat hal-hal berikut ini sebagai berasal dari Muhammad, tetapi sebetulnya kisahnya sudah lama dikenal sebagai cerita rakyat, yang sekarang dikaitkan secara spesifik kepada Muhammad untuk pertama kalinya.
. Cerita mengenai suatu perjalanan layang melintasi 7 Surga.
. Perawan-perawan cantik yang tersedia di Surga.
. Jin-jin yang jadi Setan dan roh-roh lain dari Neraka yang bergentayangan.
. “Cahaya” Muhammad
. Jembatan Sirat
. Surga dengan anggurnya, para perempuan, dan lagu-lagu (dongeng dari orang-orang Persia tentang kenikmatan surga)
. Raja kematian
. Cerita burung merak.
Kesalahan Mengenai Yesus
Alquran bertentangan dengan pengajaran Alkitab mengenai pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus. Menyalahi nubuat-nubuat para nabi sebelumnya, apalagi Injil, dikatakan dalam Surat 4: 157; 5:19, 75; 9:30 bahwa:
1. Yesus bukan Putera Tuhan (Padahal 700 tahun sebelumnya, nabi Yesaya menubuatkan Putera Tuhan ini, Sang Mesias, lihat Kitab Yesaya 9:5-6)
2. Dia tidak mati untuk menanggung dosa-dosa kita (Kembali Yesaya 53:12 menubuatkan kematian Sang Mesias untuk menanggung dosa orang banyak).
3. Dia tidak disalib (Yesus sendiri berkali-kali telah menubuatkan kepada murid-muridNya, bahwa diriNya akan disalib mati, dan dibangkitkan (Matius 20:19). Bisakah dan perlukah seorang Yesus menipu seberat itu kepada para muridNya? Bukankah akan heboh dan ketahuan juga andaikata Yesus berbohong?!)
4. Dia bukan manusia sekaligus Tuhan, melainkan hanya manusia belaka (Kembali baca Yesaya 9:5 bahwa Dia juga disebut “Allah yang Perkasa”)
5. Dia bukan Juruselamat (Bila dia tidak datang untuk menjadi Juruselamat, umat Islam tiak mempunyai jawaban terhadap pertanyaan : “Apa misi dan prestasi Yesus diutus ke dunia?” Bukankah Sang Pengutusnya lalu dipermalukan sendiri karena Yesus yang datang dengan segudang mujizat dan Injil Ilahi, tetapi justru berprestasi nol dan sia-sia, diistilahkan TIGA HILANG, karena
a. Injilnya sendiri yang asli hilang tidak terlacak (begitu yang dipercayai Islam), dan
b. Dia-nya sendiri hilang diraih Allah, ketika hendak disalib (?), dan yang paling parah
c. Seluruh pengikut-pengikutiNya hilang semua tergantikan akhirnya oleh pengikut Paulus yang mengajarkan kristianitas yang sesat yang justru menyembah DiriNya. Mungkinkah Allah dan Yesus dikalahkan Paulus?
Pandangan Alkitabiah mengenai Yesus yang sama sekali bertentangan dengan pandangan Alquran ini tidaklah mudah untuk dihilangkan. Hal ini jelas bukan karena masalah korupsi tetapi masalah pertentangan. Hal ini merupakan salah satu pokok masalah yang tidak terjembatani selamanya memisahan Kekristenan dan Islam.
Kesalahan Mengenai Trinitas
Alquran mengandung banyak kekeliruan mengenai apa yang diimani dan yang dilakukan oleh umat Kristen. Salah satu kekeliruan utama Alquran adalah salah dalam memahami doktrin Trinitas umat Kristen.
Muhammad secara keliru menganggap bahwa umat risten menyembah tiga Tuhan: Bapa, Ibu (Maria), dan Anak (Yesus), (Surat 5: 73-75, 116).
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Richard Bell sebagai berikut:
Muhammad tidak pernah mengerti mengenai doktrin Trinitas.
Encyclopedia Britannica menyatakan: Ada kesalahan konsep mengenai Trinitas di dalam Alquran.
Yusuf Ali dalam terjemahan Alquran yang dilakukannya mencoba menghindari kesalahan tersebut. Dia secara sengaja membuat terjemahan yang keliru terhadap Surat 5: 73.
Teks dalam bahasa Arab mengutuk mereka yang mengatakan bahwa: “Allah salah seorang dari yang tiga”, maksudnya adalah bahwa “Allah hanyalah satu dari tiga Tuhan”.
Baik Arberry maupun Pickthall menerjemahkan teks tersebut dengan benar.
Tetapi Ali sengaja menerjemahkan Surat 5:73 secara salah menjadi berbunyi:
Mereka menghujat barangsiapa berkata bahwa Allah adalah satu dari tiga dalam satu Trinitas. (God is one of three in a Trinity).
Kata-kata “dalam satu Trinitas” tidak pernah ada dalam teks bahasa Arab.
Ali menaruh kata tersebut dalam terjemahannya sebagai suatu usaha untuk menghindari kesalahan ayat Alquran yang merujuk umat Kristen sebagai mengimani tiga Tuhan. Dalam kenyataannya umat Kristen hanya mengimani Satu Tuhan Tri Tunggal: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Umat Kristen sama sekali tidak mengimani 3 Tuhan, dan Maria bukan salah satu oknum dalam Trinitas.
Bahkan Concise Dictionary of Islam mengakui: Dalam beberapa kasus, “materi” yang membentuk substansi narasi Alquran, (seperti pengakuan iman Kristen dan Yudaisme), tidaklah mencerminkan apa yang dipahami oleh umat Kristen atau umat Yahudi itu sendiri!
(Dengan perkataan lain, sinyalemen Alquran terhadap materi ajaran Kristen/Yahudi itu tidaklah tepat sebagaimana mestinya!)
Alquran jelas salah dalam hal ini sampai-sampai seorang Muslim seperti Yusuf Ali, harus secara sengaja membuat suatu terjemahan Alquran yang salah, demi menghindari kesalahan Alquran itu sendiri.
Kesalahan Mengenai ‘Anak’ Tuhan
Contoh Alquran membuat kesalahan dengan menyatakan bahwa umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah “Anak” Tuhan. Istilah “Anak” di sini dipahami Alquran dalam artian bahwa Tuhan “Bapa” mempunyai tubuh laki-laki dan telah melakukan persetubuhan dengan Maria. Itu sebabnya dalam pikiran Muhammad, mengatakan “Tuhan punya Anak” adalah menghujat, sebab hal itu berarti bahwa Tuhan berhubungan seks dengan seorang wanita (Surat 2: 116; 6: 100, 101; 10:68; 16:57; 19: 35; 23:91; 37:149, 157; 43:16-19).
Padahal, umat Kristen percaya bahwa Maria adalah perawan ketika Yesus dikandungkan dalam tubuhnya oleh Roh Kudus (Lukas 1:35). Jadi Yesus adalah “Anak” Tuhan, tetapi bukan dalam pengertian seksual atau fisikal dan biological seperti yang dipahami Muhammad. Tuhan “Bapa” bukanlah manusia dan oleh karenanya tidak mempunyai tubuh laki-laki dan tidak berhubungan seks dengan siapa pun. Jikalau itu yang dimaksudkan dalam Alqiran, dalam hal itu pulalah Alquran salah 100 persen!
Sembahyang Menghadap Yerusalem
Alquran sebagai wahyu lagi-lagi membuat kesalahan pengajaran dengan menyatakkan bahwa umat Kristen sembahyang menghadap Yerusalem (Surat 2: 144, 145) Umat Kristen jelas-kelas tidak berkiblat pada arah tertentu manapun di sunia ketika mereka sembahyang. [Tuhan adalah Roh, penyembahan yang benar kepadaNya tidak ditentukan oleh arah dan tempat tinggal manapun (Yoh 4:21-24). Ruang, waktu, dan bahasa tidak mungkin boleh membatasi ke-MAHA-an diriNya!]
Kesalahan Mengenai Kepercayaan Yahudi
Alquran membuat kesalahan pengajaran dengan menyatakan bahwa umat Yahudi percaya bahwa Uzair adalah Anak Tuhan, seperti halnya umat Kristen menyatakan bahwa Yesus adalah anak Tuhan (Surat 9:30). Hal tersebut sangat jauh dari kebenaran, karena orang-orang Yahudi tidak pernah mentuhan-kan Uzair secara ilahi.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Concise Dictionary of Islam sebagai berikut:
Banyak rincian-rincian mengenai Yudaisme yang ditulis dalam Alquran yang menyimpang dari apa aslinya kepercayaan Yahudi.29
[Walau sering mengenai Yudaisme berulang-ulang, namun pada dasarnya Muhammad tidak memahami dengan benar apa itu Kitab Taurat, apalagi Zabur, Injil].
Rasisme Arab
Menurut terjemahan bahasa Arab secara literal dari Surat 3:106-107, pada Hari Penghakiman, hanya orang-orang dengan wajah putih yang akan diselamatkan. Orang-orang dengan wajah hitam akan dihukum. Ini merupakan rasisme dalam bentuknya yang paling jelek.
Sebagaimana Victor dan Deborah Khalil mengungkapkannya dalam artikel mereka mengenai Islam sebagai berikut: Orang-orang Amerika berkulit hitam telah dibujuk oleh Islam secara luas, tetapi melalui informasi yang salah.
Mereka mendengar, “Kekristenan adalah agama orang kulit putih; Islam adalah agama dari segala bangsa”.
Mereka diberitahu bahwa Allah dan Muhammad adalah hitam. Padahal sesungguhnya orang Muslim di Timur Tengah masih menganggap orang-orang berkulit hitam sebagai budak-budak. Bagi mereka, adalah lebih jelek daripada menghujat kalau mempercayai bahwa Allah atau Muhammad adalah hitam.”
Perlu pula dijelaskan bahwa orang-orang Muslim Arab telah memperbudak orang-orang Afrika berkulit hitam jauh hari sebelum orang-orang barat mulai melibatkan diri di dalamnya.
[Harap dibedakan: Kalau ada praktek perbudakan di kalangan orang-orang Barat, belum tentu mereka Kristen. Dan bila pun mereka Kristen, praktek tersebut bukanlah legitimasi dari ajaran Kristen. Berlainan dengan Islam yang melegitimasikan perbudakan! Bahkan Muhammad sendiri memelihara budak, baca Hadis Shahih Bukhari col. 6 no. 435].
Suatu Surga Kedagingan
Alquran menjanjikan suatu Surga penuh anggur dan seks bebas (Surat 2: 25; 4: 57; 11: 23; 47:15)
Jika mabuk dan perbuatan tidak bermoral merupakan dosa selagi masih di dunia, bagaimana mungkin perbuatan semacam itu dibenarkan di Surga? Apakah hal ini bukan merupakan bukti nyata kesekian kali bahwa Islam sesungguhnya merefleksikan ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan dari budaya Arab abad ke-7?
Gambaran Alquran mengenai keindahan Surga sama persis dengan apa yang dipikirkan oleh para penyembah berhala bangsa Arab abad ke-7.
Konsep kedagingan dan duniawi mengenai harem dengan wanita-wanita dan segala macam anggur yang dapat diminum sungguh bertentangan langsung dengan konsep Alkitab mengenai Surga yang bersifat rohaniah, transcendental dan kudus (Wahyu 22: 12-17). Tak ada yang lebih jelas daripada pertentangan ini. [Quran dengan bahasa surgawi (Arab) mencoba menggambarkan sorga secara nyata. Namun terperosok menggambarkannya secara keduniaan (seperti dongeng Persi). Berlainan dengan penulis-penulis Alkitab yang memang menyadari bahwa bagaimana pun, pikiran dan bahasa dunia tidak akan mampu mendeskripsikan sorga.].
Masalah Riba
Di Arabia abad ke-7, praktek-praktek menetapkan bunga atas uang yang dipinjamkan pada orang lain dikutuk sebagai riba. Jadi tidaklah mengherankan kalau Muhammad juga mengutuk riba dalam Alquran (Surat 2: 275 ff; 3: 130; 4:161; 30:39).
Alasan kami menunjukkan hal ini yaitu bahwa umat Muslim modern saat ini secara terbuka mengingkari ajaran Alquran dalam kaitannya dengan hal ini. Umat Muslim sekarang akan menarik bunga pada uang yang dipinjamkannya dan mereka akan membayar bunga pada uang yang mereka pinjam.
Kalau umat Muslim harus menerapkan kutukan Alquran terhadap riba pada praktek keuangan mereka jaman sekarang, pasti tidak akan ada yang namanya bank-bank Muslim.
Bahkan pemerintah-pemerintah Muslim pun seharusnya tidak akan mengenakan bunga atau menerima bunga atas pinjaman. Itulah sebabnya mengapa beberapa pembela Muslim mencoba dengan segala cara untuk tetap bersih dari isu riba. Sebab kalau tidak, mereka harus mendefinisikan riba sebagai mengambil bunga tidak sah.
Namun sudah jelas, bukan saja dari Alquran, tetapi juga dari konteks sejarah, bahwa Muhammad melarang menarik bunga sama sekali atas semua uang yang dipinjamkan, terutama kepada sesama Muslim.
Diskusi Riba Yang Menarik
Dalam suatu percakapan dengan seorang Muslim, saya menyebutkan larangan Alquran atas penarikan riba pada uang yang dipinjamkan pada orang lain. Dia mengabaikan hal tersebut karena dia berpendapat bahwa Alquran dalam masalah ini hanya merefleksikan dari budaya Arab abad ke-7 dan oleh karena itu larangannya dapat diabaikan pada jaman kini.
Tetapi saya mengatakan bahwa jikalau prinsip seperti ini (pengabaian larangan Islam) diterapkan kepada semua unsur budaya Islam lainnya, misalnya kewajiban melaksanakan kelima rukun Islam, hukum-hukum sipil, hukum mengenai makanan, hukum berbusana, dan lain-lain, maka Islam sendiri akan ambruk seperti rumah kartu-kartuan.
Setelah merenungkan apa yang saya katakan ini, dia kemudian berubah pikiran. Ia mengatakan bahwa larangan Alquran atas riba memang bukan hukum “budaya”, tetapi hukum Allah yang abadi.
Saya terpaksa harus mengatakan bahwa larangan Alquran atas riba bisa merupakan larangan budaya dan karenanya boleh diingkari, atau larangan ini merupakan firman Allah yang abadi dan karenanya orang-orang harus tunduk dan tidak lagi mengambil bunga atas uang yang dia pinjamkan.
Atas kata-kata saya ini teman Muslim di atas tidak memberi tanggapan.
Bagi pemikiran akal sehat, sudah jelas bahwa setiap kali seorang Muslim menerima bunga dari rekening banknya, dari uang yang dipinjamkannya, atau dari hipotek barang, setiap kali itu pula dia mendemonstrasikan bahwa Alquran sungguh merupakan produk dari budaya Arab abad ke-7 dan bukan firman Tuhan yang abadi. .(Kalau dia menganggap itu firman Tuhan yang abadi pasti dia tidak boleh menerima bunga tersebut).
Kesimpulan
Sementara seorang Muslim yang saleh mengimani dengan sepenuh hatinya bahwa ritual-ritual dan doktrin-doktrin Islam seluruhnya berasal dari Surga dan oleh karenanya tidak mungkin mempunyai sumber-sumber duniawi, para ilmuwan kajian Timur Tengah sebaliknya telah menunjukkan dengan tanpa ragu-ragu bahwa setiap ritual kepercayaan dalam Islam dapat ditelusuri kembali sampai pada budaya Arab zaman pra-Islam.
Dengan kata-kata lain, Muhammad tidak mengajarkan sesuatu yang baru. Semua yang dia ajarkan telah dipercaya dan dipraktekkan di Arabia jauh sebelum Muhammad lahir. Bahwa ide dari “satu-satunya Tuhan” telah dipinjamnya dari umat Yahudi dan Kristen. Fakta yang tidak dapat dibantah ini menyirnakan pernyataan Muslim bahwa Islam diwahyukan dari Surga. Karena ritual-ritualnya, kepercayaannya, dan bahkan Alquran sendiri dapat ditelusuri dan dijelaskan dari sumber budaya Arab jaman pra-Islam. Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam bukanlah agama pewahyuan surgawi.
Tidak mengherankan, bahwa para ilmuwan Barat telah menyimpulkan bahwa Allah bukan Tuhan Elohim (YAHWEH), Muhammad bukan nabi Elohim, dan Alquran bukanlah Firman Elohim. –
Buku Bucaille
Salah satu contoh dari hal tersebut di atas adalah buku yang ditulis oleh Maurice Bucaille yang berjudul The Bible, The Quran and Science. Bucaille telah melancarkan serangan total atas pengilhaman dan teks-teks Alkitab. Dan terhadap Alquran ia meyakinkan pembacanya bahwa Alquran memiliki “keontetikan yang tidak terbantahkan”. Dia tidak membahas banyaknya masalah yang dapat ditemukan di Alquran, namun di hanya menghabiskan waktu untuk menyerang Alkitab semata. Pada kenyataannya, orang-orang malahan telah mempersoalkan Alquran sejak awalnya dan mereka masih terus mempersoalkannya sampai sekarang.
Beberapa Masalah
Ada beberapa masalah berkaitan dengan metodologi yang diungkapkan oleh Bucaille.
Pertama, baik Alquran maupun Hadis membenarkan Alkitab sebagai Firman Tuhan yang telah diilhamkan pada manusia dan seringkali mengacunya sebagai sumber kekuatan atas dasar mana Muhammad mengajar dan bertindak. Jadi sekali Alkitab direndahkan, Alquran dan Hadispun akan ikut direndahkan.
Kedua, Bucaille melanggar salah satu dari hukum logika yang paling mendasar. Dia sebaliknya mengira bahwa bila dia dapat “menyangkal kebenaran Alkitab” maka Alquran dapat ditegakkan. Namun Anda bagaimanapun juga, tidak dapat membuktikan posisi kebenaran anda dengan menyalah-nyalahkan posisi orang lain. Secara logika, Alkitab, Alquran dan Hadis mungkin saja salah semuanya. Alquran tidaklah diilhamkan hanya karena Kitab Suci lainnya tidak diilhamkan. Masing-masing Kitab akan tetap tegak atau jatuh tergantung pada kualitas dan keunggulannya sendiri.
Alasan Putar-Putar (Circular Reasoning)
Sebagian Muslim lagi-lagi menggunakan cara berpikir yang berputar-putar tak berujung pangkal ketika berurusan dengan Alquran.
Mereka telah memutlakkan kebenarannya padahal seharusnya masih memerlukan pembuktian.
Muslim : Muhammad adalah Nabi Allah
Non Muslim : Apa itu benar?
Muslim : Alquran yang menyatakan demikian.
Non Muslim : Apa Alquran benar?
Muslim : kan, muhammad itu Nabi Allah.
II. Muslim : Alquran tanpa salah
Non Muslim : Mengapa hal itu benar?
Muslim : Karena Alquran menyatakan demikian.
Non Muslim : Tetapi mengapa Alquran benar?
Muslim : Alquran tanpa salah
Kita tidak perlu putar-putar dalam satu lingkaran tanpa ujung pangkal, tetapi kita harus menyerahkan Alquran agar dapat diuji secara ilmiah dan kristis. Jika Alquran benar, ia akan bertahan dalam setiap pengujian. Tetapi jikalau Alquran salah, lebih baik mengetahuinya sekarang daripada terus mengimaninya secara buta.
Kitab Injil Barnabas
Ada usaha yang baru-baru ini dilakukan oleh beberapa orang Muslim untuk memanfaatkan suatu buku yang berisi pengajaran yang tidak benar dari suatu sekte mistik Kristen yang berjudul Injil Barnabas. Buku ini seolah-olah ditulis oleh salah satu murid yesus, dan dianggap merupakan suatu Injil yang telah lama terhilang. Injil-injilan ini sampai-sampai dianggap lebih tinggi otoritasnya daripada Kitab Perjanjian Baru.
Ilmuwan Barat telah berulang-ulang mendemostrasikan bahwa apa yang disebut sebagai Injil Barnabas itu merupakan suatu karya penipuan dalam segala aspek. Contohnya, Barnabas tidak mungkin menulis buku tersebut karena kosakata yang digunakan dalam buku itu bukanlah kosakata yang lazim digunakan pada abad pertama. Lebih penting lagi, Injil Barnabas mengandung pernyataan-pernyataan yang kontradiktif dengan pengajaran-pengajaran dalam Alquran, Hadis, dan Alkitab. Injil Barnabas bertentangan dengan ketiganya dalam tiga pola yang berbeda.
Seperti halnya orang Muslim dapat menggunakan Injil Barnabas tersebut untuk menentang Alkitab, demikian juga orang-orang Non-Muslim dapat juga menggunakannya untuk menentang Alquran dan Hadis. Contohnya, Injil Barnabas mengutuk orang mempunyai lebih dari satu istri sementara Alquran mengizinkan sampai empat istri. Injil Barnabas juga mengizinkan seseorang makan daging babi sementara Alquran mengharamkannya. Setiap Muslim yang menjagokan pewahyuan Injil Barnabas adalah sama artinya dengan menusuk lehernya sendiri!
[Lebih jauh lagi, Injil Barnabas ini baru muncul pada tahun 1709, ditulis dalam bahasa Itali dengan kertas yang lazim dipakai orang antara abad 14 dan 16. Penyelidikan menemukan bukti-bukti bahwa ia ditulis oleh seorang Arab (Mustafa Arande dengan nama samaran Fra Marino) beragama Islam yang berdomisili di Spanyol, dan ternyata tidak paham keadaan sejarah, geografi, adat-istiadat dan sosial Israel. Antara lain dikatakan bahwa Yesus dilahirkan ketika Pilatus adalah Gubernur negeri Yudea (padahal pilatus baru menjabatnya sejak tahun 26 M hingga 36 M). Kota Nazaret diterangkan sebagai kota pelabuhan, sehingga ada pasal yang menyebutkan bahwa Yesus berlayar ke Nazaret (padahal Nazaret bukan kota pesisir, melainkan kota di atas perbukitan Galilea). Total-total tercatat tidak kurang dari 30 kesalahan konyol].
Kebenaran Sederhana
Kebenaran sederhana yaitu bahwa Alquran mengandung banyak masalah, sebagian mana akan diungkapkan sekarang. Alquran menyatakan bahwa dirinya dari Allah, terjaga dari semua kesalahan, dan hal itu merupakan bukti pewahyuan (Surat 85:21,22). Konsekuensi dari klaim ini adalah satu saja kesalahan yang dapat ditemui dalam Alquran sudahlah cukup untuk menggugurkan keberadaannya sebagai wahyu Allah!
[Inilah rumus-besi!]
Prinsip Yang Masuk Akal: yang lama Mencocokkan yang baru
Prinsip yang digunakan Muhammad dalam awal pelayanannya memang valid (berlaku sah). Yaitu bahwa Wahyu yang lebih awal menjadi pengukur terhadap semua wahyu-wahyu yang datang belakangan. (Baca Surat 10:94)
Dengan demikian Alkitab harus dijadikan standar acuan dari semua wahyu-wahyu baru termasuk Alquran sendiri. Hal tersebut semata-mata hanya merupakan masalah kronologis. Muhammad datang 600 tahun setelah Yesus Kristus.
Jadi Alquran diturunkan jauh hari setelah adanya Kitab Perjanjian Baru.
Keabsahan Kitab Perjanjian Baru didasarkan pada kenyataan bahwa nubuatan-nubuatan, simbol-simbol, dan tipologi dari Kitab Perjanjian Lama itu tergenapi. Jadi dengan cara yang sama, jikalau Alquran akan diterima sebagai Firman Tuhan juga, maka Alquran harus lulus testing secara sempurna memenuhi kesesuaian terhadap Kitab-kitab Suci yang ada sebelumnya, yaitu Alkitab.
Alquran sendiri menyatakan bahwa ia merupakan kelanjutan dari Alkitab dan oleh karenanya ia tidak akan berkontradiksi dengan Alkitab (Surat 2:136).
Masalah Logika & Prioritas
Yang dimaksud di sini adalah logika dasar, yaitu kalau timbul konflik atau kontradiksi antara Alkitab dan Alquran, maka Alquranlah yang harus dikesampingkan, bukan Alkitab.
Kesimpulannya Alquran tidak akan pernah bertentangan dengan Alkitab, karena bagaimana mungkin Allah akan bertentangan dengan dirinya sendiri.
Jikalau Allah bertentangan dengan dirinya sendiri, dia merupakan Allah yang tidak sempurna. Kalau dia tidak sempurna pastilah dia bukan tuhan.
[orang-orang Muslim awam menduga bahwa Alquran yang turun belakangan itu justru yang harus dianggap paling benar bila terjadi kontradiksi antara Alkitab dan Alquran. Mereka mempersamakan hal ini dengan temuan-temuan ilmiah yang paling akhir mengkoreksi yang awal-awal. Persamaan ini jelas salah karena yang bisa dikoreksi adalah hal-hal yang belum pasti kebenarannya (sekalipun ilmiah). Namun Alkitab telah dipastikan kebenarannya oleh semua Nabi-nabi termasuk Muhammad. Alkitab-lah yang menjadi pengukur untuk semua wahyu yang datang kemudian. Prinsip kebenaran adalah “ada kebenaran, baru kemudian ada kepalsuan”. Kepalsuan tidak bisa hadir mendahului kebenaran. Tidak ada kepalsuan bila tidak ada kebenaran. Kepalsuan tidak bisa hadir sendirian dalam kehampaan kebenaran! Jadi kebenaran lama haruslah menjadi acuan bagi setiap ajaran baru yang ingin dibenarkan. Itu sebabnya keshahian setiap HADIS juga dirujukkan pada sistem periwayatan sanad-nya. Di amna para rawi (rantai pemberita hadis) ditujukkan terus ke jenjang belakang hingga bertemu kepada sumber kebenaran Hadis itu sendiri, jenjang paling awal mula yaitu Muhammad. Misalnya jenjang wari ketiga, At ba’al tabi’in, dirujukkan ke jenjang kedua, Tabi’in hingga jenjang sahabat Nabi yang mengklaim sumbernya dari Muhammad sendiri. Jadi yang awal-mula mem-verifikasi yang belakangan!
Demikian juga, Kitab Perjanjian lama adalah otoritas rujukan untuk mem-verifikasi kebenran penggenapan nubuat-nubuat oleh seorang Mesias yang datang belakang, yang bernama Yesus dalam Perjanjian baru].
Jika Alquran tidak sesuai dengan teks dan pengajaran yang ada dalam Alkitab, itu berarti bahwa Alquran berkontradiksi dengan Alkitab, yang mana berarti lebih lanjut bahwa Alquran harus menyerah kepada Alkitab, semata-mata karena Alquran harus selalu mengacu pada Alkitab dalam menguji kebenarannya (lihat perintah Allah kepada Muhammad QS 10:94). Anehnya orang-orang islam tetap bersikukuh menyalahi Alkitab (dengan menyalahi QS 10:94 secara tak langsung), sekalipun tanpa bukti.
Sebagai contoh, Alquran bertentangan dengan Alkitab mengenai masalah penyaliban Yesus yang diingkari Alquran.
Sekarang, apakah ada suatu naskah yang membuktikan bahwa ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai penyaliban Yesus itu bukan asli dari Alkitab? Apakah ada bukti-bukti tertulis dari manapun yang menyatakan bahwa Alitab aslinya tidak mengajarkan mengenai penyaliban? Tidak ada bukti satupun dan dari manapun yang menyatakan bahwa teks Alkitab salah dalam hal penyaliban Yesus Kristus.
Alkitab sejak awal mulanya, dengan jelas telah mengajarkan bahwa Yesus mati di salib. (Apalagi penyaliban ini ternubuatkan dalam Kitab-kitab sebelumnya, Mzm 22:2, 17-19; Zakaria 12:10 dan lain-lain).
Suatu Dilema logika
Umat Muslim terperangkap dalam dilema. Jikalau mereka mengakui bahwa teks Alkitab memang sejak semula menyatakan Yesus mati di atas kayu salib, itu berarti Alquran secara langsung bertentangan dengan Alkitab sebagai wahyu yang tertua. Namun Muhammad berjanji bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Mengapa?
Alquran harus sesuai dengan wahyu tertua (Alkitab) karena baik Alquran maupun Alkitab, diturunkan oleh Tuhan yang sama.
Sebaliknya, kalau umat muslim menolak Alkitab, mereka harus juga menolak Alquran karena Alquran mengacu pada Alkitab sebagai firman Tuhan.
Sebaliknya lagi, kalaupun mereka menerima Alkitab mereka masih tetap harus menolak Alquran karena Alquran nyatanya telah bertentangan dengan Alkitab.
Pilihan mana saja tetap Alquran yang kalah.
[ untuk mengurangi tekanan dilema ini, umat Muslim sampai terpaksa harus menuduh bahwa semua Alkitab yang ada adalah palsu (sesuatu yang tidak dituduhkan Alquran dan tidak dibuktikan oleh siapapun). Dituduhkan bahwa yang asli telah dihilangkan oleh tangan-tangan kotor (padahal Alquran telah mengatakan kebenaran bahwa kalimat Allah tak bisa dirubah manusia (Surat 6:34), apalagi menghilangkannya! Bila bisa dilenyapkan, tentulah itu fana, bukan firman Allah].
Suatu Keimanan Tanpa dasar
Jadi, apa yang dilakukan umat muslim?
Mereka mengimani sesuatu yang tidak berdasar dengan menempatkan diri mereka seolah-olah mengatakan: “Teks Alkitab dalam hal ini pasti salah. Alkitab aslinya tidak mengajarkan bahwa Yesus itu mati di salib. Kami tidak perlu membuktikannya. Kami mengetahuinya begitu, karena kalau tidak, kami akan terperangkap dalam dilema yang mengharuskan kami untuk mengakui kelemahan Alquran karena bagaimanapun Alquran telah mengacu pada Alkitab sebagai dasar otoritasnya sendiri”.
Argumentasi Muslim tanpa dasar seperti itu menimbulkan efek yang tidak sehat pada pola berpikir ilmiah.
Jika tidak ada serangkaian bukti yang menunjukkan bahwa suatu teks tertentu dalam Alkitab telah mengalami penaskahan yang salah, maka sungguh tidak rasional menyatakannya sebagai sesuatu yang salah hanya karena Alkitab tidak sesuai dengan Alquran.
Umat Muslim menanggapi masalah ini dengan menyatakan bahwa Alkitab itu terkorupsi – salah, setelah Alquran terwahyu-benar secara tertulis.
Tetapi bukankah kita mempunyai naskah-naskah dari Kitab Perjanjian Lama yang ditulis 200 tahun sebelum Masehi dan sebagian Kitab Perjanjian Baru yang ditulis pada abad-abad pertama? (Yang sampai kinipun tercatat sama seperti yang ada sekarang ini). Maka kita tahu persis bahwa Alkitab masih mencerminkan keadaan seperti ketika Yesus dan rasul-Rasul hidup pada zaman tersebut.
Kalau kita bandingkan Alkitab yang bersih ini dengan tulisan-tulisan yang kacau dari Alquran, termasuk nama-nama, kejadian-kejadian dan ujaran-ujaran yang acak-acakan yang terdapat dalam Alquran, maka tampaklah Alquran itu merupakan buah kesalahan.
Perlu dikemukakan bahwa umat Muslim membela diri dengan menyatakan bahwa Alquran sudah pasti sempurna, karena Tuhan pasti akan menjaga fitrmanNya bebas dari kesalahan.
Namun demikian, jikalau Tuhan telah gagal menjaga kebenaran Alkitab, sebagaimana yang mereka klaim, mengapakah kini Tuhan harus sukses melakukannya untuk Alquran?
Suatu Pengujian Ilmiah
Secara logis, Alkitab terpilih melebihi Alquran, bukan hanya karena Alkitab terlebih dahulu ada sebelum Alquran, tetapi juga karena Alquran selalu merujukkan keabsahan Alkitab yang sudah ada, yang mempunyai otoritas lebih tinggi sebagai pokok rujukan.
Terlepas dari posisi tersebut, kita sekarang ingin meneruskan pengujian Alquran secara ilmiah. Tetapi karena Alquran mengandung sangat banyak masalah, kami akan membatasi diri hanya untuk membicarakan 100 masalah yang penting-penting saja.
Berapa harikah Karya Penciptaan Terlaksana?
Masalah pertama dalam Alquran yaitu menyangkut berapa harikah karya penciptaan dilakukan oleh Tuhan.
Bila anda menjumlah semua hari yang disebutkan dalam Surat 41: 9, 10,12 anda akan mendapatkan jumlah 8 hari yang diperlukan Tuhan untuk melakukan karya penciptaanNya (4 hari + 2 hari + 2 hari = 8 hari)
Tetapi menurut Alkitab (Kitab kejadian 1:31) hanya 6 hari yang diperlukan tuhan untuk menciptakan alam semesta.
Jadi kesimpulannya Alquran sudah bertentangan dengan Alkitab sejak dimulai bab I dari Alkitab.
Seorang sahabat Muslim berkeberatan atas hal ini dengan menyatakan bahwa teks Alkitab berbahasa Ibrani tidak diragukan lagi pasti salah dalam hal ini dan bahwa yang benar adalah 8 hari.
Saya menyatakan bahwa tidak ada bukti dalam naskah-naskah Alkitab berbahasa Ibrani mengenai adanya kesalahan. Selain itu, ada ayat lain dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari (keluaran 20:11).
Kemudian saya menunjukkan bahwa di Alquran dalam Surat 7:51 dan 10:3 mengakui perhitungan Alkitab bahwa karya penciptaan tuhan dilakukan dalam 6 hari. Kalau 6 hari itu salah, itu berarti Surat 7 dan 10 dalam Alquran juga salah. Tetapi kalau 8 hari salah, Surat 41 juga salah.
Dengan menggunakan penalaran Muslim klasik, teman saya tersebut akhirnya menjawab bahwa Alquran tidak mengatakan 8 hari.
Saya menjumlah hari-hari yang disebut dalam Surat 41 yaitu 4+2+2=8.
Dia kemudian menjumlahnya dengan cara 4+2+2=6” karena 4 dapat dibagi 2 dan oleh karenanya 4 sesungguhnya 2 juga.
Ketika saya menunjukkan bahwa dalam bahasa Arab disebutkan 4, dan bukan 2, hal tersebut tidak membuatnya kecil hati. Dia tetap mempertahankan pendapatnya bahwa 4=2, karena kalau tidak demikian dia akan terjebak bahwa Alquran-lah yang salah. Jadi dia lebih baik membuat pernyataan yang tidak masuk akal, bahwa 4=2, dari pada mengakui kenyataan bahwa Muhammad membuat satu kesalahan dalam hal ini.
[Muslim modern juga membela dengan cara yang memplintir angka-angka yang tidak dimaksudkan oleh Alquran sama sekali. Mereka berdebat bahwa 4 hari yang disebutkan itu sudah mencakup salah satu dari 2 hari yang disebut, jadi terhitung 4+(2=0)+2=6 hari]
Nuh, Air Bah, dan Putera-Putera nuh
Menurut Alkitab, tiga putera Nuh semuanya masuk ke bahtera bersama dengan Nuh dan mereka semua diselamatkan dari air bah (kejadian 7:1,7,13)
Namun, Alquran dalam Surat 11:32-48 menyatakan bahwa salah satu dari putera Nuh menolak masuk bahtera dan akhirnya tenggelam dalam air bah.
[Sementara Surat 21:76,77 mengisyaratkan Nuh beserta seluruh keluarganya seelamat semua]
Surat 11:44 juga menyatakan bahwa bahtera itu bersandar di atas gunung Judi sementara Alkitab mengatakan di atas gunung Ararat. Dalam hal ini sungguh sangat jelas perbedaan antara Alkitab dan Alquran.
[rasul Petrus, salah satu murid-murid yesus yang dibenarkan Alquran (hawariyyun) juga menyaksikan kebenaran penyelamatan Tuhan atas 8 nyawa semuanya, baca 2 Petrus 5. jadi siapa yang korup, Alkitab atau Alquran? Kenapa Alkitab harus mengkorupi kejadian ini? Quran juga tidak mungkin akan mengkorupi apa-apa untuk hal-hal semacam ini, kecuali Muhammad mendengarnya dari sumber-sumber yang membuatnya keliru].
Kesalahan-Kesalahan Berkaitan Dengan Abraham
Alquran membuat banyak sekali kesalahan mengenai Abraham.
1. Alquran menyatakan bahwa nama ayah dari Abraham adalah Azar (Surat 6:740, tetapi Alkitab mengatakan namanya Terah.
[ Tetap tercatat nama Terah turun-temurun dari anak-anak Abraham, yaitu kaum yahudi dan nabi-nabi yahudi. Dan baru setelah lewat 2500 tahun tiba-tiba ada orang lain yang non-Yahudi yang memberi nama yang berbeda, bukan karena mau mengkorupi melainkan karena salah wahyu atau tidak paham saja].
2. Dia tidak tinggal dan menyembah Tuhan di lembah Mekah (Surat 14:37) tetapi di Hebron sesuai Alkitab. [Setting Palestina tiba-tiba digiring menjadi setting Arab].
3. Menurut Alkitab, anaknya yang bernama Ishak yang akan dikorbankan, bukan Ismael seperti yang dianggap dinyatakan oleh Alquran (Surat 37:100-12). [tidak ada nama Ismael disebut di sini, kecuali disebut “seorang anak”. Orang Muslim haruslah amat heran kenapa Quran ragu menyebutkan sesuatu yang harus dikoreksikannya dengan lantang? Para pakar sangat logis menduga Muhammad takut ditertawakan oleh orang yahudi/nasrani yang tahu persis siapa anak tersebut].
4. Abraham mempunyai 8 anak, bukan 2 sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran (seperti yang
“diketahui” oleh Muhammad)
5. Abraham mempunyai 3 istri dan bukan 2 sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran.
6. Dia tidak membangun Kaabah, walaupun Alquran menyatakan demikian (Surat 2:125-127) [Setting
Palestina tiba-tiba menjadi setting Arab]
7. Dia tidak dilemparkan ke dalam api oleh Nimrod sebagaimana yang dinyatakan oleh Alquran dalam Surat 21:68,69 dan 9:69.
Kesalahan terakhir ini (no 7) adalah sangat mencolok seriusnya karena menimbulkan masalah secara kasat mata dalam Alquran. Sebab Nimrod hidup beberapa abad sebelum Abraham!
Bagaimana mungkin Nimrod mendalangi pelemparan Abraham ke dalam api, karena waktu Abraham Nimrod sudah mati beberapa abad sebelumnya?
Waktu Linear
Cerita dan legenda –legenda Arab mencampuradukkan tempat-tempat, orang-orang dan peristiwa-peristiwa dalam satu penampakan yang sama solah-olah mereka semua hidup pada waktu yang sama.
Itulah sebabnya mengapa dalam Alquran, nama-nama seperti Nimrod dan Abraham, Haman dan Musa, Maria dan Harun, dan lain-lain, semuanya digambarkan seolah-olah mereka hidup dan bekerja dalam waktu yang sama.
Hal itu juga menjadi penyebab mengapa Alquran dapat mencampuradukkan air bah dan Musa, menara Babel dan Firaun, dll seolah-olah semuanya itu terjadi pada saat yang sama.
Ini merupakan suatu ancaman serius bagi integritas Alquran karena hal itu merusak kronologis sejarah Alquran, sejarah Alkitab dan sejarah sekuler semuanya.
Kesalahan Mengenai Yusuf
Alquran membuat kesalahan ketika menyatakan bahwa orang yang membeli Yusuf, anak yakub, adalah bernama Aziz (Surat 12:21 ff) padahal namanya adalah Potifar (Kejadian 37:36)
[ Nama Potifar melegenda turun-temurun sejak Taurat Musa. Sejarah mana yang pernah memperkenalkan nama Aziz? Nabi mana yang pernah menyebut nama tersebut, kecuali seorang Nabi dari Arab yang datang sangat terlambat untuk “mengoreksinya”?].
Ciri-Ciri Alkitabiah
Alquran juga membuat kesalahan yang sama ketika ia menamai Goliat sebagai Jalut, Korah sebagai Karun, saul sebagai Talut, Enock sebagai Idris, Yehezkiel sebagai Dhu’l-khifl, Yohanes Pembabtis sebagai Yahya, [ Yesus sebagai Isa] dan lain-lain.
Karena muhammad tidak mempunyai akses ke Alkitab (terjemahan Alkitab dalam bahasa Arab belum ada pada waktu itu), dia sering mendapatkan nama-nama, peristiwa-peristiwa, dan kronologi yang serba salah.
Encyclopedia Britannica menyatakan: Penyimpangan-penyimpangan dari periwayatan Alkitabiah sangatlah kentara, dan dalam banyak hal dapat ditelusuri kembali dalam anekdot dari Haggada yahudi (buku liturgi yahudi) dan Injil-injilan apokrif yang banyak disebut-sebut sebagai sumber dari mana Muhammad merujuk informasi ini. Tidak ada bukti bahwa Muhammad dapat membaca, dan ketergantungannya pada komunikasi lisan mungkin dapat memberi penjelasan mengapa terjadi miskonsepsi pada dirinya, contohnya kerancuan antara Haman (sebagai menteri dari Ahasyweros) dengan menteri dari Firaun (Surat 40:35, 37) dan antara saudara perempuan Musa. Miryam dengan maria ibu Yesus.
Kesalahan pengertian pokok Muhammad mengenai cerita dan doktrin-doktrin Alkitabiah mencerminkan bahwa dia hanya mengetahui cerita-cerita itu berdasarkan desas-desus saja.
Seperti yang dinyatakan oleh seorang ilmuwan besar dalam kajian Arab yang bernama canon Edward Sell mengenai kesalahan nama-nama:
Dia (Muhammad) pasti tidak memperoleh pengetahuan mengenai nama-nama tersebut dari sumber aslinya yaitu Alkitab Perjanjian lama. Kerancuan mengenai nama-nama itu sungguh sangat kentara.
Kesalahan Mengenai Musa
Alquran mengandung banyak kesalahan mengenai Musa:
1. Orang yang mengadopsi Musa bukanlah istri Firaun seperti yang dinyatakan oleh Alquran dalam Surat 28:8,9. Orang yang mengadopsinya adalah puteri Firaun (keluaran 2:5).
[ Siapa yang salah catat di sini? Musa atau Muhammad? Musa sebagai nabi terbesar Yahudi, sebagai
penutur/penulis riwayatnya ini sendiri, akankah mencatat salah, dan diikuti salah oleh seluruh nabi-nabi lain dan umat Israel?
2. Air bah Nuh tidak berlangsung pada zaman Musa sebagaimana yang Alquran katakan (Surat 7:136, 137, 138 bandingkan Surat 7:59ff). Kesalahan ini tidak mudah dapat disingkirkan.
3. Alquran menyatakan bahwa Haman hidup di Mesir pada zaman Musa dan dia bekerja untuk Firaun membangun Menara Babel (Surat 27:4-6; 28:39; 40:23, 24,36,37). Tetapi sesungguhnya Haman hidup di Persia dan melayani raja Ahasyweros.
Untuk lebih terperinci lihat Kitab Ester 8. [ Rupa-rupanya Muhammad mengira Ahasyweros ini salah satu Firaun di Mesir].
Kesalahan ini sungguh sangat serius karena tidak saja bertentangan dengan Alkitab tetapi juga bertentangan dengan sejarah sekuler.
4. Penyaliban tidak digunakan di Mesir pada zaman Firaun, walaupun Alquran menyatakan demikian dakam Surat 7:124.
Kesalahan Mengenai Maria
Alquran mengandung banyak kesalahan mengenai Maria, ibu Yesus:
1. Ayah Maria bukan Imran (Surat 66:12)
2. Maria tidak melahirkan Yesus di bawah pohon palem sendirian (Surat 19: 22-25), tetapi di sebuah kandang diteman oleh Yusuf (Lukas 2: 1-20).
3. Muhammad mengalami kebingungan membedakan ibu Yesus, Maria dengan saudara perempuan Musa dan Harun, Miryam (Surat 19:28). Hal ini merupakan kesalahan serius karena menunjukkan bahwa Muhammad tidak mempunyai pemahaman mengenai perbedaan periode untuk tokoh-tokoh yang tertulis dalam Alkitab.
4. Muhammad dengan jelas mengarang-ngarang cerita dan mujizat bohong-bohongan yang terjadi bagi Maria (Surat 19: 23-26).
5. Zakharia tidak dapat berbicara terus sampai anaknya lahir (Lukas 1:20), bukan hanya selama tiga malam seperti yang dinyatakan oleh Alquran (Surat 19:10).
[NB. Muhammad membuat kekeliruan fatal atas wahyu yang mengisahkan tentang Zakharia:
1). Bisunya Zakharia selama 3 malam?!
Bisu mendadak untuk 3 malam adalah “sepele”, dalam artian bahwa itu bukan berita yang menggemparkan bagi suatu tanda Allah yang ingin dikhususkan bagi penghukuman Zakharia yang menolak percaya bagi kehamilan mujizat Allah. Sebaliknya Alkitab menyebutkan 2 tanda khusus yang langsung berkaitan dengan kehamilan DAN kelahiran mujizat. Yaitu bisu sepanjang kehamilan 9 bulan, DAN mendadak hilang bisu ketika kelahiran Yahya terjadi! Maka tanda-tanda ajaib ini menjadi kegemparan dan ketakutan dan buah tutur bagi seluruh penduduk desanya ketika tiba-tiba Zakharia bisa berkata-kata kembali. Kisah Alkitab ini tidak mungkin bohong-bohongan karena para saksi atas
kejadian ini adalah orang-orang seisi desa dan sekitarnya. Juga termasuk Maria yang sempat mengunjungi keluarga ini (Lukas 1:39-66).
2) Zakharia memelihara perawan Maria?! QS 3:37:”..., dan Allah menjadikan Zakharia pemeliharanya (Maryam). Setiap Zakharia masuk menemui (Maryam) di Mihrab, dia dapati makanan di sisinya, Zakharia berkata, “Hai Marya, dari mana engkau memperolehnya?’ Maryam menjawab, ‘Itu dari Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya dengan tiada terhitung.”
Muhammad terjebak dalam ketidak-tahuan akan tradisi ritual dan kesukuan Yahudi. Zakharia tidak tinggal di Bait Allah di Yerusalem, jadi tak mungkin dia merawat Maria di sana. Dia , sebagai seorang imam, dipilih oleh rakyat untuk melayani (secara bergiliran dengan undi) di bait suci di Yerusalem tersebut hanya untuk sementara waktu! (lukas 1:5-40). Tak seorangpun dalam keadaan apapun boleh tinggal dalam ruang Maha Kudus; hanya imam agung saja yang diperbolehkan memasukinya sekali dalam setahun pada Hari Penebusan Dosa, dengan membawa korban untuk menebus dosa ( 1 raja-raja 8:6, 8, 9; Imamat 16: 2,32,33; Ibrani 9:7). Zakharia tidak memelihara Maria, karena Zakharia berasal dari suku Lewi (Ibrani 7:14) sedangkan Maria dari suku Yehuda.
Terlebih lagi, Zakharia hidup di Yudea sedangkan Maria tinggal di Nazaret dengan selisih jarak sehari penuh perjalanan!
Jadi tampaklah seluruh wahyu Muhammad sungguh tidak lulus fakta-fakta kultural!]
Istilah Dan Kisah Khayalan
Muhammad mengarang-ngarang cerita khayalan mengenai tokoh-tokoh Alkitab dengan menggunakan kata-kata seperti “Muslim” dan “Islam” yaitu istilah-istilah yang tidak dikenal oleh dan tidak muncul dari mulut nabi-nabi manapun di masanya.
Hal ini cukup menggelikan ibarat mengisahkan bahwa Muhammad berkata, “Saya suka sekali ayam goreng Kentucky”.
Sudah jelas istilah “ayam goreng Kentucky” tidak ada pada zaman Muhammad.
[ Istilah “Islam” maupun “Muslim” pada teks-teks “Alkitab” seperti yang di-klaim Muhammad, jelas merupakan usaha penboncengan dan peleburan sosok-sosok Islam ke dalam tubuh Alkitab demi meleburkan memenangkan orang Yahudi/Kristen ke dalam Islam].
Semua cerita-cerita dalam dalam Alquran mengenai Abraham, Ishak, Yakub, Nuh, Musa, Maria, Yesus, dan lain-lain mengandung kata-kata dan frasa-frasa yang dengan jelas menunjukkan kepalsuan belaka (Surat 2:60, 126-128, 132-133, 260; 3:49-52, 67; 6:74-82; 7:59-63, 120-126; 10:71,72; 18:60-70; 19:16-33; dan lain-lain).
Tes Air
[ Kembali setting periwayatan Muhammad diubah secara kasat mata]:
Testing bagaimana cara para tentara minum air dari sebuah sungai bukanlah berlangsung pada waktu Daud mengalahkan Goliat atau pada zamannya Saul (Thalud), tetapi berlangsung pada masa yang jauh sebelumnya, yaitu pada masa Gideon. (Bandingkan Surat 2: 249, 250 dengan Hakim-Hakim 7:1-8).
[Perhatikan betapa Muhammad tidak paham kisah yang sebenarnya, dan tetap mencoba mencomot kisah ini untuk dijadikan bagian “wahyu” dalam Alquran. Anda akan bertanya, apa maksud Allah SWT melakukan testing air itu di kalangan tentara Thalut? Apa kegunaan kisah itu sebagai Firman Allah untuk manusia? Dan anda tidak akan menemui jawabannya! Ini berlainan dengan motif Alkitab yang justru menggambarkan maksud dan kegunaan dari test tersebut bagi rakyat Israel].
Kesalahan Sejarah Sekuler
Alquran mengandung kesalahan historis yang kasat mata:
1. Salah satu contoh tertulis dalam Surat 105 di mana Muhammad mengklaim bahwa pasukan gajah dari Abrah dikalahkan oleh serangan batu yang dijatuhkan oleh burung-burung dari udara. Menurut catatan sejarah, pasukan Abrah membatalkan serangannya ke Mekah setelah berjangkitnya penyakit cacar air di kalangan pasukan tersebut.
2. Kaabah tidak dibangun oleh Adam, dan juga tidak dibangun kembali oleh Abraham. Kaabah dibangun oleh para para penyembah berhala untuk menyembah batu hitam (meteorit) yang jatuh dari langit. Abraham tidak pernah hidup/tinggal di Mekah.
[Buktinya? Tidak ada satupun literatur atau kisah tradisi yang bisa ditemukan sebelum Muhammad mendongengkan sejarah Ibrahim/Ismail di Mekah. Juga tak pernah ditemukan jejak arkeologi Ibrahim di sana]
3. Dalam Surat 20:87, 95 kita diberitahu bahwa orang-orang Yahudi membuat anak lembu emas di padang pasir atas saran dari “orang-orang Samaria”. Hal ini jelas merupakan kesalahan historis karena negara dan orang-orang Samaria belum exist/terbentuk pada peristiwa tersebut.
Eksistensi Samaria baru muncul ratusan tahun kemudian setelah penawanan bangsa Israel yang pertama yang dilakukan oleh orang-orang Assyria, dan berikutnya oleh orang-orang Babilonia.
(Lihat sendiri betapa Penterjemah Alquran, Yusus Ali dll, penterjemah berusaha menjauhkan kesalahan ini dengan mengaburkannya dalam terjemahannya, namun dalam bahasa Arabnya, hal ini tetap jelas).
4. Salah satu kesalahan dalam Alquran yang terbesar menyangkut Alexander yang Agung, yang disebutnya Zulqarnaen. Alquran menyatakan bahwa Alexander yang agung adalah seorang Muslim yang menyembah Allah dan yang hidup sanpai hari tuanya (Surat 18: 89-98).
Kesalahan ini sukar sekali diperbaiki karena bukti sejarah mengenai Alexander menunjukkan bahwa ia bukan seorang Muslim dan dia tidak hidup sampai usia tua.
Encyclopedia Britannica menyatakan: Laporan Muhammad mengenai Alexander, yang diperkenalkan sebagai “orang yang bertanduk dua” (Surat 18:82), diambil dari cerita Roman Alexander, yang sangat beredar di kalangan orang-orang Kristen Nestoria abad ke-7 versi Syriak.
Sehubungan dengan adanya kesalahan historis ini, beberapa orang Muslim modern telah membuat sanggahan dengan menyatakan bahwa Alquran tidak berbicara mengenai Alexander.
Namun berdasarkan pada interpretasi Muslim ortodoks mengenai hal itu, bahkan Yusuf Ali juga mengakui sebagai Berikut:
Saya tidak ragu-ragu sedikitpun bahwa Zul-qarnain yang dimaksud adalah Alexander yang Agung, Alexander historis, dan bukan Alexander khayalan/legendaries.
The Concise Dictionary of Islam juga membenarkan pandangan bahwa Alexander yang Agung adalah subyek yang dimaksud dalam konteks tersebut.
Bahkan Alquran masih juga “menantang keilmuwan” dengan menyatakan bahwa Alexander yang Agung menempuh jalan searah tenggelamnya matahari dan akhirnya sampai kepada sumber air yang berlumpur hitam (Surat 18:85,86)!.
Saling Berkontradiksi
Pertanyataan-pernyataan Alquran saling berkontradiksi dalam banyak hal.
Surat 39:23,28 mengklaim bahwa Alquran bebas dari kontradiksi apapun. Jadi kalau terdapat satu saja kontradiksi di dalamnya, berarti sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Alquran bukan Firman Tuhan.
1. Seperti yang pernah kami perlihatkan, Alquran menawarkan kepada kita laporan mengenai cara Muhammd menerima Alquran yang saling bertentangan satu sama lain. [Terjemahan Alquran mencoba menjerumuskan oknum pewahyu yang sebenarnya banyak itu menjadi seolah-olah hanya satu saja. Namun asli bahasa Arab memperlihatkan banyak oknum yang berbeda satu dengan lainnya, dengan sebutan-sebutan yang berbeda].
a. Pertama kita diberitahu bahwa sosok Allah datang pada Muhammad dalam rupa manusia dan bahwa Muhammad melihat Allah (Surat 53:2-18; 81:19-24).
b. Kemudian kita diberitahu bahwa Rohulqudus-lah yang datang kepada Muhammad (Surat 16:102;
26:192-194).
c. Selanjutnya Alquran menyatakan bahwa para malaikatlah (jamak) yang mendatangi Muhammad
(Surat 15:8).
d. Versi terakhir dan merupakan versi yang paling popular yaitu bahwa malaikat Jibril yang menyerahkan Alquran kepada Muhammad (Surat 2:97).
[Nama spesifik “Jibril” hanya muncul 3 kali di seluruh Alquran yaitu Surat 2:97,98 dan 66:4. Yang lain hanyalah Jibril yang disebut dan ditafsirkan oleh si penterjemah. Muhammad bahkan tidak mengenal nama ini ketika ia masih berada di Mekah. Tidakkah itu amat aneh bahwa sesudah belasan tahun berwahyu, Jibril baru memperkenalkan nama dirinya kepada Muhammad? Para ahli me-nonsens-kan hal ini, dan menyatakan bahwa Muhammad mengetahui nama tersebut belakangan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani].
2. Alquran mengungkapkan 2 hal yang berbeda mengenai lamanya 1 hari di mata Tuhan, yang pertama bahwa 1 hari adalah 1000 tahun di mata Tuhan, dan yang kedua bahwa 1 hari adalah 50.000 tahun (bandingkan Surat 32:5 dengan Surat 70:4).
3. Pertama-tama Muhammad mengatakan kepada para pengikutnya untuk menghadap ke Yerusalem dalam sembahyang mereka. Kemudian dia mengatakan bahwa Mereka boleh menghadap mana saja waktu mereka sembahyang karena Tuhan ada di mana-mana (Surat 2:115).
Kemudian dia berubah pikiran lagi dan mengharuskan para pengikutnya menghadap ke arah Mekah pada waktu mereka sembahyang (Surat 2:144).
Banyak ilmuwan percaya bahwa perubahan-perubahan arah sembahyang tersebut tergantung pada siapa yang akan disenangkan oleh Muhammad pada suatu waktu. Apakah untuk menyenangkan orang-orang Yahudi (dengan kiblat ke Yerusalem, atau untuk para Quraisy penyembah berhala (dengan kiblat ke Mekah).
4. Pertama Muhammad mengatakan bahwa para pengikutnya boleh membela diri kalau diserang (Surat 22:39). Kemudian dia memerintahkan mereka untuk berperang demi dirinya (Surat 2:216-218). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan harta benda dengan menjarah para kafilah.
Tetapi dengan makin meningkatnya kekuatan pasukannya, meningkat pula kehausan akan harta rampasan (Surat 5:33). Maka dia mengumumkan perang untuk menaklukkan pengikut agama lain, menganiayanya, sekaligus untuk memperoleh barang jarahan (Surat 9:5,29). Kehendak Allah kelihatannya berubah-ubah sesuai dengan keberhasilan Muhammad dalam membunuh dan menjarah.
5. Siapa yang pertama-tama beriman? Muhammad atau Musa? (bandingkan Surat 6:14 dengan Surat 7:143) Anda tidak mungkin mempunyai dua orang “pertama” di dua waktu.
6. Kenyataan bahwa agama Yahudi dan Kekristenan pecah menjadi beberapa aliran dimanfaatkan dalam Alquran untuk menjadi bukti bahwa baik agama Yahudi maupun Kekristenan bukanlah berasal dari Tuhan (Surat 30:30-32; Surat 42:13,14)
Namun bahwa Islam sendiri juga pecah menjadi berbagai mazhab/sekte yang saling bertikai tentulah telah mendustakan Alquran itu sendiri.
Wahyu-Wahyu Yang Diatur
Alquran mengandung wahyu-wahyu yang disesuaikan dengan kesenangan dan keinginan pribadi Muhammad:
1. Ketika Muhammad menginginkan istri dari anak angkatnya, dia tiba-tiba mendapatkan wahyu baru dari Allah yang mengizinkan seseorang untuk mengingini istri orang lain, lalu mengambilnya sebagai istri setelah habis masa iddahnya. (Surat 33:36-38).
2. Ketika Muhammad menginginkan lebih banyak istri atau menginginkan para istrinya berhenti bertengkar, dia segera mendapatkan wahyu baru untuk mengatasi masalah tersebut (Surat 33:28-34).
3. Ketika banyak orang mengganggu Muhammad di rumahnya, dia segera menerima wahyu yang sesuai yang menetapkan peraturan mengenai kapan mereka boleh mengunjunginya dan kapan tidak boleh mengganggunya (Surat 33:53-58; 29:62-63; 49:1-5).
[1). Istri-istri Muhammad terbagi atas dua kubu, kubu Ummu Salamah dan kubu Aisyah. Kubu Ummu Salamah sempat memprotes Muhammad agar orang-orang yang berniat memberi hadiah kepada Muhammad jangan hanya dilakukan di rumah Aisyah (istri kesayangan Muhammad) melainkan di rumah istri mana saja ketika beliau berada.Maksudnya agar Muhammad dan orang-orang lain jangan ada pilih kasih di antara para istri. Tetapi apa jawaban Muhammad? Nabi memanfaatkan wahyu Allah untuk meredam kritikan Ummu Salamah. Beliau berkata: ”Jangan saya disakiti berkenaan dengan Aisyah.
Sesungguhnya wahyu hanya datang kepada saya ketika saya dalam selimut seorang perempuan di rumah Aisyah” (HR Bukhari).
2). Aisyah sendiri juga pernah menyindir Muhammad: ”Allah cepat-cepat memenuhi keinginan nafsumu” (As Suyuti dalam Asbab al-Nuzul tentang ayat tersebut)].
Bahan-bahan Legendaris
Muhammad menggunakan banyak materi khayalan dan legendaris sebagai sumber-sumber inspirasi Alquran. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Profesor Jomier, seorang ilmuwan besar bangsa Perancis dalam bidang kajian Timur Tengah sebagai berikut: Umat Muslim menerima materi dan kisah tersebut di atas sebagai Firman Tuhan, tanpa menanyakan terlebih dahulu mengenai apa latar belakang histories dari materi tersebut.
Sesungguhnya di situ kita menemukan legenda-legenda puitis yang popular, variasi-variasi dari tema religius yang diketahui berasal dari sumber-sumber lain.
Alquran Dari Sumber-Sumber Arab
Alquran mengulang fable-fabel Arab khayalan seolah-olah hal itu benar.
. Legenda-legenda Arab mengenai jin-jin yang menakjubkan mengisi lembar-lembar Alquran.
. Cerita mengenai unta betina yang melompat keluar dari sebuah batu, lalu menjadi seorang nabi. Dongeng ini sudah dikenal jauh hari sebelum Muhammad (Surat 7:73-77,85; 91:14; 54:29).
. Kisah mengenai seluruh penduduk desa yang berubah menjadi monyet-monyet karena mereka melanggar hari Sabat (yaitu bekerja mencari ikan di hari Sabat). Kisah ini sudah sangat popular pada zaman Muhammad (Surat 2:64; 7:163-166).
. Cerita mengenai menyemburnya 12 mata air yang ditulis dalam Surat 2:60 sesungguhnya berasal dari legenda-legenda pra-Islam.
. Kisah yang dinamakan “Rip Van Winkle”, dimana 7 orang beserta hewan-hewan mereka telah tidur di sebuah gua selama 309 tahun dan kemudian bangun kembali dalam keadaan sehat walafiat (Surat 18:9-26). Dongeng tersebut dapat ditemukan dalam fabel-fabel Kristen dan Yunani maupun dongeng Arab yang disampaikan secara turun temurun.
. Fabel mengenai potongan-potongan dari 4 ekor burung yang mati yang kemudian dapat hidup kembali dan terbang atas panggilan Ibrahim. Ini merupakan cerita terkenal pada zaman Muhammad (Surat 2:260) (Lihat betapa pelbagai tafsiran dan terjemahan Alquran yang Amat berbeda satu dengan lainnya. Ada yang menterjemahkannya sebagai “jinak” dan bukan “potong” bagi ke 4 merpati tersebut)
Kesimpulannya sudah jelas bahwa Muhammad menggunakan kesusasteraan zaman pra-Islam seperti “Saba Moallaqat Imra’ul Cays” dalam menyusun ceritanya seperti yang tertulis dalam Surat 21:96; 29:31,46; 37:59; 54:1 dan 93:1.
Alquran dari Sumber-Sumber Yahudi
Banyak dari cerita-cerita dalam Alquran yang berasal dari Talmud Yahudi, Midrash, dan hasil karya apokrif.
Hal tersebut dikemukakan oleh Abraham Geiger dalam tahun 1833, dan selanjutnya didokumentasikan oleh ilmuwan Yahudi lainnya yaitu Dr. Abraham Katsh dari Universitas New York dalam tahun 1954.
1. Sumber dari Surat 3:35-37 adalah terambil dari buku cerita khayalan yang disebut “The Protevangelion’s James the Lesser”.
2. Sumber dari Surat 87:19 adalah Perjanjian Abraham.
3. Sumber dari Surat 27:17-44 adalah Targum Ester ke 2 (Targum adalah terjemahan Kitab-kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Aram).
4. Cerita fantastic mengenai Tuhan membuat orang “mati untuk ratusan tahun” tanpa menimbulkan pengaruh buruk atas makanan, minuman, atau keledainya merupakan fable Yahudi (Surat 2: 259 ff).
5. Pendapat yang menyatakan bahwa Musa dibangkitkan kembali dari kematiannya dan bahan-bahan lain, terambil dari Talmud Yahudi (Surat 2: 55, 56, 67).
6. Kisah dalam Surat 5: 30, 31 dapat juga ditemukan dalam karya pra-Islam yang ditulis oleh Pirke Rabbi Eleazar, Targum dari Jonathan ben Uzziah dan Targum Yerusalem.
7. Dongeng mengenai Abraham dilepaskan dari kobaran api Nimrod berasal dari Midrash Rabbah (lihat Surat 21: 51-71; 29: 16, 17; 37: 97,98).
Perlu diketahui bahwa Nimrod dan Abraham tidak hidup pada waktu yang bersamaan. Muhammad selalu mencampuradukkan sosok orang-orang di dalam Alquran, padahal sosok-sosok tersebut tidak hidup pada waktu yang bersamaan.
8. Perincian-perincian yang tidak bersifat Alkitabiah mengenai kunjungan Ratu Sheba (Saba) dalam surat 27: 20-44 berasal dari Targum ke-2 dari Kitab Ester.
9. Sumber dari Surat 2: 102 tidak diragukan lagi berasal dari Midrash Yalkut, Bab 44.
10. Cerita dalam Surat 7:171 mengenai Tuhan mengangkat Gunung Sinai dan mengancam untuk menempatkannya di atas kepala orang-orang yahudi adalah berasal dari buku Yahudi yang berjudul Abodah Sarah.
11. Cerita mengenai pembuatan patung anak lembu emas di padang belantara di mana patung tuangan tersebut begitu keluar dari api sudah dalam bentuk sempurna dan dapat melenguh (Surat 7: 148; 20:88), berasal dari Pirke Rabbi Eleazar.
12. Ada 7 sorga dan neraka seperti yang diungkapkan dalam Alquran berasal dari Zohar (hasil karya intepretasi Kitab Suci Yahudi yang penulisannya berdasarkan pada metode mistik) dan Hagigah.
13. Muhammad menggunakan Perjanjian Abraham untuk mengajarkan bahwa suatu skala atau timbangan akan digunakan pada hari pengadilan akhir untuk menimbang perbuatan baik dan perbuatan jahat agar dapat ditentukan apakah seseorang akan masuk ke Surga atau ke Neraka (Surat 42: 17; 101: 6-9).
Alquran Dari Sumber-Sumber Ajaran Kristen Sesat
Salah satu dari fakta-fakta merusak dan paling banyak didokumentasikan mengenai Alquran adalah bahwa Muhammad menggunakan injil-injil dari ajaran “Kristen” sesat beserta fabel-fabelnya sebagai bahan dalam Alquran.
Encyclopedia Britannica berkomentar: Injil yang dikenal Muhammad terutama berasal dari injil apokrif dan sumber-sumber sesat.
Sebagai contoh, dalam Surat 3: 49 dan 100:110, bayi Yesus berbicara dari palungan! Kemudian, Alquran menyatakan Yesus membuat burung-burung dari tanah liat menjadi hidup.
Padahal Alkitab memberitahu kita bahwa mujizat yang dilakukan Yesus yang pertamam adalah pada pesta perkawinan di Kana (Yohanes 2: 11).
Alquran dari Sumber-Sumber Sabian
Muhammad memasukkan unsur-unsur dari agama kaum Sabian ke dalam Islam.
Ia mengadopsi ritual-ritual para penyembah berhala seperti:
1. Menyembah di Kaabah
2. Sembahyang lima kali sehari berkiblat ke Mekkah (Muhammad memilih sembahyan lima kali sehari sama seperti yang dilakukan oleh masyarakat Sabian)
3. Berpuasa paruh hari sebulan penuh.
Alquran dari Sumber-Sumber Keagamaan Timur
Muhammad memperoleh ide-idenya dari agama-agama Timur seperti Zoroastrianisme (agama Persia) dan Hinduisme. Semuanya ini memang sudah ada jauh-jauh hari sebelum Muhammad lahir.
Alquran mencatat hal-hal berikut ini sebagai berasal dari Muhammad, tetapi sebetulnya kisahnya sudah lama dikenal sebagai cerita rakyat, yang sekarang dikaitkan secara spesifik kepada Muhammad untuk pertama kalinya.
. Cerita mengenai suatu perjalanan layang melintasi 7 Surga.
. Perawan-perawan cantik yang tersedia di Surga.
. Jin-jin yang jadi Setan dan roh-roh lain dari Neraka yang bergentayangan.
. “Cahaya” Muhammad
. Jembatan Sirat
. Surga dengan anggurnya, para perempuan, dan lagu-lagu (dongeng dari orang-orang Persia tentang kenikmatan surga)
. Raja kematian
. Cerita burung merak.
Kesalahan Mengenai Yesus
Alquran bertentangan dengan pengajaran Alkitab mengenai pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus. Menyalahi nubuat-nubuat para nabi sebelumnya, apalagi Injil, dikatakan dalam Surat 4: 157; 5:19, 75; 9:30 bahwa:
1. Yesus bukan Putera Tuhan (Padahal 700 tahun sebelumnya, nabi Yesaya menubuatkan Putera Tuhan ini, Sang Mesias, lihat Kitab Yesaya 9:5-6)
2. Dia tidak mati untuk menanggung dosa-dosa kita (Kembali Yesaya 53:12 menubuatkan kematian Sang Mesias untuk menanggung dosa orang banyak).
3. Dia tidak disalib (Yesus sendiri berkali-kali telah menubuatkan kepada murid-muridNya, bahwa diriNya akan disalib mati, dan dibangkitkan (Matius 20:19). Bisakah dan perlukah seorang Yesus menipu seberat itu kepada para muridNya? Bukankah akan heboh dan ketahuan juga andaikata Yesus berbohong?!)
4. Dia bukan manusia sekaligus Tuhan, melainkan hanya manusia belaka (Kembali baca Yesaya 9:5 bahwa Dia juga disebut “Allah yang Perkasa”)
5. Dia bukan Juruselamat (Bila dia tidak datang untuk menjadi Juruselamat, umat Islam tiak mempunyai jawaban terhadap pertanyaan : “Apa misi dan prestasi Yesus diutus ke dunia?” Bukankah Sang Pengutusnya lalu dipermalukan sendiri karena Yesus yang datang dengan segudang mujizat dan Injil Ilahi, tetapi justru berprestasi nol dan sia-sia, diistilahkan TIGA HILANG, karena
a. Injilnya sendiri yang asli hilang tidak terlacak (begitu yang dipercayai Islam), dan
b. Dia-nya sendiri hilang diraih Allah, ketika hendak disalib (?), dan yang paling parah
c. Seluruh pengikut-pengikutiNya hilang semua tergantikan akhirnya oleh pengikut Paulus yang mengajarkan kristianitas yang sesat yang justru menyembah DiriNya. Mungkinkah Allah dan Yesus dikalahkan Paulus?
Pandangan Alkitabiah mengenai Yesus yang sama sekali bertentangan dengan pandangan Alquran ini tidaklah mudah untuk dihilangkan. Hal ini jelas bukan karena masalah korupsi tetapi masalah pertentangan. Hal ini merupakan salah satu pokok masalah yang tidak terjembatani selamanya memisahan Kekristenan dan Islam.
Kesalahan Mengenai Trinitas
Alquran mengandung banyak kekeliruan mengenai apa yang diimani dan yang dilakukan oleh umat Kristen. Salah satu kekeliruan utama Alquran adalah salah dalam memahami doktrin Trinitas umat Kristen.
Muhammad secara keliru menganggap bahwa umat risten menyembah tiga Tuhan: Bapa, Ibu (Maria), dan Anak (Yesus), (Surat 5: 73-75, 116).
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Richard Bell sebagai berikut:
Muhammad tidak pernah mengerti mengenai doktrin Trinitas.
Encyclopedia Britannica menyatakan: Ada kesalahan konsep mengenai Trinitas di dalam Alquran.
Yusuf Ali dalam terjemahan Alquran yang dilakukannya mencoba menghindari kesalahan tersebut. Dia secara sengaja membuat terjemahan yang keliru terhadap Surat 5: 73.
Teks dalam bahasa Arab mengutuk mereka yang mengatakan bahwa: “Allah salah seorang dari yang tiga”, maksudnya adalah bahwa “Allah hanyalah satu dari tiga Tuhan”.
Baik Arberry maupun Pickthall menerjemahkan teks tersebut dengan benar.
Tetapi Ali sengaja menerjemahkan Surat 5:73 secara salah menjadi berbunyi:
Mereka menghujat barangsiapa berkata bahwa Allah adalah satu dari tiga dalam satu Trinitas. (God is one of three in a Trinity).
Kata-kata “dalam satu Trinitas” tidak pernah ada dalam teks bahasa Arab.
Ali menaruh kata tersebut dalam terjemahannya sebagai suatu usaha untuk menghindari kesalahan ayat Alquran yang merujuk umat Kristen sebagai mengimani tiga Tuhan. Dalam kenyataannya umat Kristen hanya mengimani Satu Tuhan Tri Tunggal: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Umat Kristen sama sekali tidak mengimani 3 Tuhan, dan Maria bukan salah satu oknum dalam Trinitas.
Bahkan Concise Dictionary of Islam mengakui: Dalam beberapa kasus, “materi” yang membentuk substansi narasi Alquran, (seperti pengakuan iman Kristen dan Yudaisme), tidaklah mencerminkan apa yang dipahami oleh umat Kristen atau umat Yahudi itu sendiri!
(Dengan perkataan lain, sinyalemen Alquran terhadap materi ajaran Kristen/Yahudi itu tidaklah tepat sebagaimana mestinya!)
Alquran jelas salah dalam hal ini sampai-sampai seorang Muslim seperti Yusuf Ali, harus secara sengaja membuat suatu terjemahan Alquran yang salah, demi menghindari kesalahan Alquran itu sendiri.
Kesalahan Mengenai ‘Anak’ Tuhan
Contoh Alquran membuat kesalahan dengan menyatakan bahwa umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah “Anak” Tuhan. Istilah “Anak” di sini dipahami Alquran dalam artian bahwa Tuhan “Bapa” mempunyai tubuh laki-laki dan telah melakukan persetubuhan dengan Maria. Itu sebabnya dalam pikiran Muhammad, mengatakan “Tuhan punya Anak” adalah menghujat, sebab hal itu berarti bahwa Tuhan berhubungan seks dengan seorang wanita (Surat 2: 116; 6: 100, 101; 10:68; 16:57; 19: 35; 23:91; 37:149, 157; 43:16-19).
Padahal, umat Kristen percaya bahwa Maria adalah perawan ketika Yesus dikandungkan dalam tubuhnya oleh Roh Kudus (Lukas 1:35). Jadi Yesus adalah “Anak” Tuhan, tetapi bukan dalam pengertian seksual atau fisikal dan biological seperti yang dipahami Muhammad. Tuhan “Bapa” bukanlah manusia dan oleh karenanya tidak mempunyai tubuh laki-laki dan tidak berhubungan seks dengan siapa pun. Jikalau itu yang dimaksudkan dalam Alqiran, dalam hal itu pulalah Alquran salah 100 persen!
Sembahyang Menghadap Yerusalem
Alquran sebagai wahyu lagi-lagi membuat kesalahan pengajaran dengan menyatakkan bahwa umat Kristen sembahyang menghadap Yerusalem (Surat 2: 144, 145) Umat Kristen jelas-kelas tidak berkiblat pada arah tertentu manapun di sunia ketika mereka sembahyang. [Tuhan adalah Roh, penyembahan yang benar kepadaNya tidak ditentukan oleh arah dan tempat tinggal manapun (Yoh 4:21-24). Ruang, waktu, dan bahasa tidak mungkin boleh membatasi ke-MAHA-an diriNya!]
Kesalahan Mengenai Kepercayaan Yahudi
Alquran membuat kesalahan pengajaran dengan menyatakan bahwa umat Yahudi percaya bahwa Uzair adalah Anak Tuhan, seperti halnya umat Kristen menyatakan bahwa Yesus adalah anak Tuhan (Surat 9:30). Hal tersebut sangat jauh dari kebenaran, karena orang-orang Yahudi tidak pernah mentuhan-kan Uzair secara ilahi.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Concise Dictionary of Islam sebagai berikut:
Banyak rincian-rincian mengenai Yudaisme yang ditulis dalam Alquran yang menyimpang dari apa aslinya kepercayaan Yahudi.29
[Walau sering mengenai Yudaisme berulang-ulang, namun pada dasarnya Muhammad tidak memahami dengan benar apa itu Kitab Taurat, apalagi Zabur, Injil].
Rasisme Arab
Menurut terjemahan bahasa Arab secara literal dari Surat 3:106-107, pada Hari Penghakiman, hanya orang-orang dengan wajah putih yang akan diselamatkan. Orang-orang dengan wajah hitam akan dihukum. Ini merupakan rasisme dalam bentuknya yang paling jelek.
Sebagaimana Victor dan Deborah Khalil mengungkapkannya dalam artikel mereka mengenai Islam sebagai berikut: Orang-orang Amerika berkulit hitam telah dibujuk oleh Islam secara luas, tetapi melalui informasi yang salah.
Mereka mendengar, “Kekristenan adalah agama orang kulit putih; Islam adalah agama dari segala bangsa”.
Mereka diberitahu bahwa Allah dan Muhammad adalah hitam. Padahal sesungguhnya orang Muslim di Timur Tengah masih menganggap orang-orang berkulit hitam sebagai budak-budak. Bagi mereka, adalah lebih jelek daripada menghujat kalau mempercayai bahwa Allah atau Muhammad adalah hitam.”
Perlu pula dijelaskan bahwa orang-orang Muslim Arab telah memperbudak orang-orang Afrika berkulit hitam jauh hari sebelum orang-orang barat mulai melibatkan diri di dalamnya.
[Harap dibedakan: Kalau ada praktek perbudakan di kalangan orang-orang Barat, belum tentu mereka Kristen. Dan bila pun mereka Kristen, praktek tersebut bukanlah legitimasi dari ajaran Kristen. Berlainan dengan Islam yang melegitimasikan perbudakan! Bahkan Muhammad sendiri memelihara budak, baca Hadis Shahih Bukhari col. 6 no. 435].
Suatu Surga Kedagingan
Alquran menjanjikan suatu Surga penuh anggur dan seks bebas (Surat 2: 25; 4: 57; 11: 23; 47:15)
Jika mabuk dan perbuatan tidak bermoral merupakan dosa selagi masih di dunia, bagaimana mungkin perbuatan semacam itu dibenarkan di Surga? Apakah hal ini bukan merupakan bukti nyata kesekian kali bahwa Islam sesungguhnya merefleksikan ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan dari budaya Arab abad ke-7?
Gambaran Alquran mengenai keindahan Surga sama persis dengan apa yang dipikirkan oleh para penyembah berhala bangsa Arab abad ke-7.
Konsep kedagingan dan duniawi mengenai harem dengan wanita-wanita dan segala macam anggur yang dapat diminum sungguh bertentangan langsung dengan konsep Alkitab mengenai Surga yang bersifat rohaniah, transcendental dan kudus (Wahyu 22: 12-17). Tak ada yang lebih jelas daripada pertentangan ini. [Quran dengan bahasa surgawi (Arab) mencoba menggambarkan sorga secara nyata. Namun terperosok menggambarkannya secara keduniaan (seperti dongeng Persi). Berlainan dengan penulis-penulis Alkitab yang memang menyadari bahwa bagaimana pun, pikiran dan bahasa dunia tidak akan mampu mendeskripsikan sorga.].
Masalah Riba
Di Arabia abad ke-7, praktek-praktek menetapkan bunga atas uang yang dipinjamkan pada orang lain dikutuk sebagai riba. Jadi tidaklah mengherankan kalau Muhammad juga mengutuk riba dalam Alquran (Surat 2: 275 ff; 3: 130; 4:161; 30:39).
Alasan kami menunjukkan hal ini yaitu bahwa umat Muslim modern saat ini secara terbuka mengingkari ajaran Alquran dalam kaitannya dengan hal ini. Umat Muslim sekarang akan menarik bunga pada uang yang dipinjamkannya dan mereka akan membayar bunga pada uang yang mereka pinjam.
Kalau umat Muslim harus menerapkan kutukan Alquran terhadap riba pada praktek keuangan mereka jaman sekarang, pasti tidak akan ada yang namanya bank-bank Muslim.
Bahkan pemerintah-pemerintah Muslim pun seharusnya tidak akan mengenakan bunga atau menerima bunga atas pinjaman. Itulah sebabnya mengapa beberapa pembela Muslim mencoba dengan segala cara untuk tetap bersih dari isu riba. Sebab kalau tidak, mereka harus mendefinisikan riba sebagai mengambil bunga tidak sah.
Namun sudah jelas, bukan saja dari Alquran, tetapi juga dari konteks sejarah, bahwa Muhammad melarang menarik bunga sama sekali atas semua uang yang dipinjamkan, terutama kepada sesama Muslim.
Diskusi Riba Yang Menarik
Dalam suatu percakapan dengan seorang Muslim, saya menyebutkan larangan Alquran atas penarikan riba pada uang yang dipinjamkan pada orang lain. Dia mengabaikan hal tersebut karena dia berpendapat bahwa Alquran dalam masalah ini hanya merefleksikan dari budaya Arab abad ke-7 dan oleh karena itu larangannya dapat diabaikan pada jaman kini.
Tetapi saya mengatakan bahwa jikalau prinsip seperti ini (pengabaian larangan Islam) diterapkan kepada semua unsur budaya Islam lainnya, misalnya kewajiban melaksanakan kelima rukun Islam, hukum-hukum sipil, hukum mengenai makanan, hukum berbusana, dan lain-lain, maka Islam sendiri akan ambruk seperti rumah kartu-kartuan.
Setelah merenungkan apa yang saya katakan ini, dia kemudian berubah pikiran. Ia mengatakan bahwa larangan Alquran atas riba memang bukan hukum “budaya”, tetapi hukum Allah yang abadi.
Saya terpaksa harus mengatakan bahwa larangan Alquran atas riba bisa merupakan larangan budaya dan karenanya boleh diingkari, atau larangan ini merupakan firman Allah yang abadi dan karenanya orang-orang harus tunduk dan tidak lagi mengambil bunga atas uang yang dia pinjamkan.
Atas kata-kata saya ini teman Muslim di atas tidak memberi tanggapan.
Bagi pemikiran akal sehat, sudah jelas bahwa setiap kali seorang Muslim menerima bunga dari rekening banknya, dari uang yang dipinjamkannya, atau dari hipotek barang, setiap kali itu pula dia mendemonstrasikan bahwa Alquran sungguh merupakan produk dari budaya Arab abad ke-7 dan bukan firman Tuhan yang abadi. .(Kalau dia menganggap itu firman Tuhan yang abadi pasti dia tidak boleh menerima bunga tersebut).
Kesimpulan
Sementara seorang Muslim yang saleh mengimani dengan sepenuh hatinya bahwa ritual-ritual dan doktrin-doktrin Islam seluruhnya berasal dari Surga dan oleh karenanya tidak mungkin mempunyai sumber-sumber duniawi, para ilmuwan kajian Timur Tengah sebaliknya telah menunjukkan dengan tanpa ragu-ragu bahwa setiap ritual kepercayaan dalam Islam dapat ditelusuri kembali sampai pada budaya Arab zaman pra-Islam.
Dengan kata-kata lain, Muhammad tidak mengajarkan sesuatu yang baru. Semua yang dia ajarkan telah dipercaya dan dipraktekkan di Arabia jauh sebelum Muhammad lahir. Bahwa ide dari “satu-satunya Tuhan” telah dipinjamnya dari umat Yahudi dan Kristen. Fakta yang tidak dapat dibantah ini menyirnakan pernyataan Muslim bahwa Islam diwahyukan dari Surga. Karena ritual-ritualnya, kepercayaannya, dan bahkan Alquran sendiri dapat ditelusuri dan dijelaskan dari sumber budaya Arab jaman pra-Islam. Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam bukanlah agama pewahyuan surgawi.
Tidak mengherankan, bahwa para ilmuwan Barat telah menyimpulkan bahwa Allah bukan Tuhan Elohim (YAHWEH), Muhammad bukan nabi Elohim, dan Alquran bukanlah Firman Elohim. –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar