Pernyataan umat Muslim tentang keaslian, nilai sejarah, komposisi, dan kemurnian teks Alquran begitu mengejutkan sehingga menuntut Alquran perlu diperiksa secara lebih terperinci.
Bahasa Arab Yang Sempurna
Umat Muslim mengklaim bahwa teks Alquran ditulis dengan huruf Arab yang sempurna dalam setiap hal karena Allah sendiri yang menulisnya di Surga.
The Shorter Encyclopedia of Islam menyatakan: “Bagi umat Islam, kesempurnaan mutlak bahasa yang digunakan dalam Alquran adalah merupakan suatu dogma yang tidak terkalahkan”!
Apapun yang dilakukan Allah sempurna adanya, maka penulisan Alquran pasti juga menggunakan bahasa Arab yang sempurna. Pernyataan tersebut dapat ditemukan dalam Surat 41:41, 44; 12: 2; 13: 37; 85: 21,22; 10: 37.
Umat Islam percaya bahwa Allah menulis Alquran di Surga di atas lempengan batu yang seukuran meja sebelum Alquran diturunkan kepada Muhammad.
Tidak Ada Ejaan yang Bervariasi
Klaim berikutnya yaitu pernyataan bahwa Alquran begitu sempurna, sehingga tidak ada teks di dalamnya yang bervariasi dalam ejaannya, tidak ada ayat-ayat yang hilang, dan tidak ada naskah-naskah teks Alquran yang bertentangan satu sama lain. Dalam hal ini para pembela Muslim menunjukkan bahwa Alkitablah yang mengandung banyak teks-teks bacaan yang saling bertentangan, sementara Alquran adalah sempurna jadi tidak ada teks bacaan yang saling bervariasi.
Naskah-Naskah Asli yang Ditemukan
Banyak orang Muslim menceritakan pada kami dengan keyakinan penuh bahwa “naskah asli” Alquran yang dikumpulkan dan disusun sendiri oleh Muhammad masih ada, dan bahwa semua isi Alquran berasal dari naskah asli yang satu-satunya ini.
[ Tetapi tatkala ditanya persisnya di mana naskah asli tersebut, dan dari tahun berapa, mereka tidak yakin dan berselisih pendapat].
Tidak Ada Terjemahannya
Karena Alquran ditulis dalam bahasanya Allah, umat Muslim mengklaim bahwa tida ada seorangpun manusia fana ini mampu menterjemahkannya ke dalam bahasa lain.
[ Dan memang yang boleh disebut sebagai Alquran hanyalah kalau ia tertulis dalam bahasa Arab. Selain dari itu hanyalah tafsir atau Terjemahan Alquran].
Tidak Bisa Dibandingkan dengan Apapun
Menurut Muslim, tidak seorang pun dapat menulis suatu karya seperti yang dapat ditemukan dalam Alquran (Surat 10: 37, 38). Apakah pernyataan dan klaim-klaim tersebut benar adanya? Apakah semua itu sesuai dengan kenyataan-kenyataan? Kami harus mengatakan dengan tanpa ragu-ragu sedikitpun, bahwa pernyataan-pernyataan tersebut salah! Mari kita simak secara seksama.
[ Suatu tantangan Muhammad bahwa apabila ada yang sanggup menuliskan”semisal Quran”, maka dipalsulah Alquran Allah. Dan ternyata tantangan ini mendapat banyak sambutan; sayangnya sanbutan ini tidak disambut dan “di proses” lebih lanjut secara konsekuen oleh umat Islam].
Bukan Bahasa Arab Sempurna
Pertama-tama, Alquran bukanlah bahasa Arab yang sempurna. Alquran mengandung banyak sekali kesalahan gramatika seperti dalam Surat 2: 177, 192; 3: 59; 4: 163; 5: 69; 7:160; 13: 28, 64: 10 dan lain-lain.
Ali Dashti berkomentar bahwa Alquran mengandung:
· Kalimat-kalimat yang tidak lengkap
· Dan tidak sepenuhnya dapat dimengerti tanpa bantuan komentar dan tafsiran;
• Ia mengandung banyak kata-kata asing (non Arab), atau kata-kata Arab yana tidak lazim.
• Dan kata-kata yang digunakan dalam arti berbeda dari arti yang normal;
• Kata-kata sifat, dan kata-kata kerja yang diubah semaunya tanpa mentaati azas gemder dan jumlah;
• Kata-kata ganti yang diterapkan secara tidal logis dan tidak gramatikal yang kadang-kadang tanpa acuan;
• Dan mengandung predikat yang terlepas dari subyeknya terutama dalam perikop-perikop yang bersajak.
Kalau dihitung-hitung, tercatat lebih dari seratus penyelewengan Alquran dari kaidah dan struktur-struktur bahasa Arab yang baku.
Kata-Kata Asing
Sebagai tambahan, ada lagi bagian-bagian dari Alquran yang bahkan bukan dalam bahasa Arab! Dalam bukunya yang berjudul The Foreign Vocabulary of the Quran, Arthur Jeffery mendokumentasikan fakta-fakta bahwa Alquran mengandung lebih dari 100 kata-kata asing (bukan bahasa Arab).
Ada kata-kata dan frasa-frasa dalam Alquran yang merupakan bahasa Mesir, bahasa Ibrani, bahasa Yunani, Siriak, Akkadian, Etiopia, dan bahasa Persia.
Ilmuwan dalam kajian Timur Tengah, Canon Sell mengamati sebagai berikut:
Jumlah kata-kata asing (dalam Quran) ada sangat banyak. Kata-kata tersebut dipinjam dari berbagai bahasa lain (misalnya saja,’FIRDAUS’ adalah bahasa sansekerta, bukan Arab).
Dalam “Mutawakkil” yang ditulis oleh Jalalu’s-Din as –Syuti terdapat 107 kata-kata yang didaftarkan dan dikomentari. Buku berharga tersebut telah diterjemahkan oleh W.Y. Bell dari yale University.
Teks berbahasa Arabnya juga terlampir. Hal tersebut secara kebetulan telah memperlihatkan alangkah banyaknya ide-ide yang dipeinjam dari bahasa lain. (dengan kata lain, Alquran telah kecolongan bahasa-bahasa asing!)
Banyak Teks-Teks Bacaan yang Ejaannya Bervariasi
Umat Muslim mencela Alkitab yang kadang-kadang memuat kata-kata yang berbeda dalam berbagai naskahnya. Padahal sebetulnya yang seperti itu adalah teks-teks Alquran sendiri. Dalam Alquran banyak terdapat teks-teks bacaan yang saling bertentangan sebagaimana yang diperlihatkan nyata-nyata oleh Arthur Jeffrey dalam bukunya yang berjudul Material for the History of the Text of the Quran.
Suatu saat, Jeffrey memperlihatkan 90 halaman dari teks-teks bacaan yang ejaannya berbeda! Contohnya dalam Surat-surat terdapat lebih dari 140 teks-teks bacaan Alquran yang bertentangan dan bervarian.
Semua ilmuwan barat dan Muslim mengakui adanya teks-teks bacaan yang bervarian dalam Alquran. Guillaume menunjukkan bahwa Alquran semula “mengandung banyak sekali varian-varian, yang tidak selalu boleh diremehkan.
Sungguh menarik untuk dicatat bahwa jurnal-jurnal ilmiah dari sarjana-sarjana Muslim mulai mengakui, walaupun dengan enggan, kenyataan bahwa banyak teks-teks bacaan dalam Alquran yang bertentangan dan bervarian.
Usaha Muslim Untuk Menutupi Pekerjaan para ilmuwan Barat seperti Arthur Jeffery dan lain-lainnya telah dihambat oleh umat Muslim dengan tidak mengizinkan para ilmuwan barat untuk melihat naskah-naskah tua dari Alquran yang berdasarkan pada teks-teks sebelum Uthman, Jeffery menghubungkannya dengan suatu peristiwa:
Suatu contoh menarik di zaman modern ini terjadi ketika kunjungan almarhum Profesor Berstrasser yang terakhir kalinya ke kairo. Dia sedang sibuk melakukan pemotretan arsip dan dia telah memotret sejumlah Kufic Codex (kumpulan naskah-naskah Alquran kuno yang menggunakan huruf-huruf Arab yang berlaku zaman kuno) di perpustakaan Mesir ketika saya menunjukkan sesuatu yang ada dalam perpustakaan Azhar tersebut yang mempunyai ciri-ciri yang mengundang rasa ingin tahu.
Dia minta izin untuk memotret benda tersebut pula, tetapi permohonannya ditolak dan bahkan kumpulan naskah-naskah Kufic Codex ditarik kembali, dengan alasan orthodoxy bahwa ilmuwan Barat tidak diizinkan untuk mengetahui teks-teks kuno semacam.
Jeffrey berkomentar: Usaha-usaha untuk melestarikan apa adanya teks-teks Alquran yang bervarian itu telah mendapat tekanan kaum ortodoks secara definitif.
Beberapa Ayat Terhilang
Menurut Profesor Guillaume dalam bukunya yang berjudul Islam (hal 191 ff); beberapa ayat asli Alquran telah hilang. Misalnya, salah satu Surat yang aslinya terdiri dari 200 ayat pada masanya Aisyah. Tetapi sesaat sebelum Uthman membakukan teks Alquran, jumlah ayat tersebut tinggal 73 ayat!
Sejumlah 127 ayat telah hilang, dan tidak pernah ditemukan lagi.
Sekte Muslim Shiah menyatakan bahwa Uthman menghilangkan 25% dari ayat-ayat asli Alquran karena alasan politik.
Adanya ayat-ayat yang dihilangkan dari Alquran versi uthman telah diakui secara universal. Dalam buku yang ditulis oleh John Burton yang berjudul The Collection of the Quran yang diterbitkan oleh Universitas Cambridge, terdokumentasi bagaimana hilangnya ayat-ayat tersebut. Tanggapan Burton atas pernyataan umat Muslim bahwa Alquran itu sempurna adalah sebagai berikut:
Laporan-laporan dari pihak Muslim mengenai sejarah teks-teks Alquran adalah membingungkan yang tak terselesaikan, kontradiktif satu sama lain, dan tidak konsisten.
Perubahan-Perubahan Dalam Alquran
Satu hal yang menarik sehubungan dengan hilangnya beberapa ayat-ayat Alquran yang asli terlihat dari caranya seorang pengikut Muhammad yang bernama Abdollah Sarh menyarankan kepada Muhammad untuk memfrasakan kembali (mengatakan dengan menggunakan kata-kata lain), menambah, atau mengurangi kata-kata yang terdapat dalam Surat-Surat Alquran. Muhammad memang seringkali melakukan apa yang disarankan oleh Abdollah Sarh.
Ali Dashti menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi sebagai berikut:
Abdollah meninggalkan Islam karena alasan keberadaan wahyu yang diperoleh Muhammad tersebut. Jikalau wahyu tersebut berasal dari Tuhan, tentunya tidak dapat diubah hanya semata-mata karena saran dari penulis sebelum dirinya. Setelah kemurtadannya, Abdollah Sarh pergi ke Mekah dan bergabung dengan suku Quraisy.
Jadi tidaklah mengherankan ketika Muhammad menaklukkan Mekah, orang pertama yang dibunuhnya adalah Abdollah, karena Abdollah mengetahui terlalu banyak dan terlalu sering membuka mulut.
Beberapa Ayat Digantikan
Mengenai proses pembatalan seperti yang disebutkan pada bab terdahulu, ayat-ayat yang bertentangan dengan iman dan kebiasaan Muslim telah dihilangkan dari teks Alquran, seperti misalnya “ayat-ayat setan” di mana Muhammad pernah menyetujui penyembahan kepada tiga dewi yang adalah puteri-puteri Allah.
Ilmuwan Arabic yang bernama E. Wherry berkomentar sebagai berikut:
Sehubungan dengan adanya beberapa pasal dalam Alquran yang bertentangan satu sama lain, para pembela Muhgammad menangkal semua keberatan tersebut dengan doktrin penggantian (nasakh), karena menurut mereka tuhan dalam Alquran memang memerintahkan beberapa hal agar ditarik kembali dan digantikan demi kebaikan semua pihak.
Selanjutnya Wherry juga mendokumentasikan banyak contoh ayat-ayat yang dikeluarkan/dicabut dari Alquran.
[Abdallah Abd al-Fadi berkomentar demikian: Nasakh terhadap kata-kata Allah sendiri adalah bertentangan dengan Kemahatahuan Allah terhadap segala rahasia dan motivasi tersembunyi di masa depan. Nasakh hanya pantas untuk kata-kata manusia yang berpenglihatan pendek, yang menarik kata-katanya demi problem solving yang manipulatis. Ini tidak mungkin dijejerkan dengan “Rancangan Agung” dari Tuhan yang Mahasempurna].
Canon Sell dalam bukunya yang berjudul Historical Development of the Quran juga berkomentar mengenai kebiasaan menyingkirkan ayat-ayat dari Alquran tatkala ayat-ayat tersebut dianggap menimbulkan kesulitan/masalah.
Komentarnya sebagai berikut:
Sungguh sangat mengherankan bagaimana mungkin suatu kompromi seperti itu dapat terjadi sampai-sampai suatu prosedur dapat dimasukkan dalam satu sistem pewahyuan oleh para sahabat (atau bukan sahabat).
Beberapa Ayat Ditambahkan
Bukan saja bagian-bagian Alquran dihilangkan, tetapi juga sebaliknya terdapat ayat-ayat maupun bab-bab baru yang ditambahkan. Misalnya, Ubai mempunyai beberapa Surat dalam naskah Alquran yang disingkirkan oleh Uthman dari teks yang dibakukannya. (misalnya Surat al-Khafadh dan al-Khal). Jadi ada naskah-naskah Alquran lain yang beredar sebelum teks baku Uthman. Dalam naskah-naskah Alquran ini terdapat wahyu tambahan dari Muhammad yang tidak dicantumkan dalam teks baku Uthman, entah karena terhilang atau karena tidak disetujui oleh Uthman.
Tidak Ada Naskah Yang Asli
Jadi apakah naskah asli Alquran masih ada? Dan kami telah membuktikan bahwa tidak ada satupun naskah asli Alquran yang masih beredar.
Seperti yang dinyatakan oleh Jeffery sebagai berikut: Hal yang pasti bahwa setelah Nabi Muhammad meninggal, tidak ada naskah wahyu yang terkumpul, tersusun, atau terbundel dalam satu kesatuan. Tradisi yang paling tua yang bisa ditemukan pada masa-masa Muhammad meyakinkan kita bahwa tidak ada satupun naskah utuh Alquran yang diwariskan kepada pengikut-pengikut Nabi. Nabi telah menyatakan pesan pewahyuannya secara lisan.
Tidak diketahui manakah di antara pesan-pesan tersebut yang telah dicatat dan yang tidak. Itu semata-mata masalah kebetulan, kecuali memang diketahui adanya pesan-pesan tersebut dicatat pada masa-masa belakangan dari pelayanannya.
Bagaimana dengan laporan umat Muslim yang menyatakan bahwa Muhammad telah mengumpulkan naskah-naskah Alquran selengkapnya sebelum dia mati?
Jeffery menjawab sebagai berikut: Tidak ada yang bisa dikatakan lain kecuali menyatakan bahwa laporan-laporan tersebut adalah fiktif.
Caesar Farah dalam bukunya mengenai Islam menyatakan: Ketika Muhammad meninggal, tidak ada satupun koleksi naskah asli dari teks ayat-ayat suci.
The Shorter Encyclopedia of Islam berkomentar: Hanya satu hal yang pasti dan diakui secara terbuka dalam Tradisi/Hadis, yaitu bahwa tidak terdapat satupun koleksi dari wahyu-wahyu yang sudah berbentuk seutuhnya, sebab selama Muhammad masih hidup, selalu saja ada wahyu-wahyu yang ditambahkan pada wahyu-wahyu terdahulu.
Menjadi jelas bahwa tulang-tulang, batu-batu, daun-daun palem, kulit pohon, dan lain-lain yang bertuliskan beberapa materi yang diucapkan Muhammad setelah dia mengalami keadaan seperti kerasukan itu, baru dikumpulkan setelah kematian Muhammad!.
Versi naskah-naskah pertama dari Alquran bertentangan satu sama lain. Ada naskah yang kelebihan isi Suratnya (lebih dari 114 Surat), dan ada yang isi Suratnya kurang (kurang dari 114 Surat). Penggunaan kata-kata juga ada yang berbeda di antara versi-versi koleksi yang berbeda. Merupakan suatu kenyataan bahwa tidak ada satupun dari bahan-bahan tersebut yang masih ada sekarang. Mereka telah lama hilang atau rusak.
Kami pernah menantang seorang pembela Muslim untuk menyebutkan di mana tempat disimpannya naskah asli Alquran, yang katanya tersimpan baik. Ternyata dia hanya mampu mengatakan bahwa dia tidak tahu tempatnya, namun dia yakin pasti bahwa naskah tersebut memang ada karena harus ada. Argumentasi semacam itu lebih jelek daripada tidak beragumentasi sama sekali.
Teks-Teks Uthman
[ Dalam usahanya untuk ‘menyatukan’ isi dan bentuk Quran menjadi Mushaf Uthman yang standard, patut disesalkan tindakan Khalif Uthman yang mendekritkan pemusnahan semua himpunan (atau bahkan bagian) dari naskah-naskah lain yang telah ada sebelumnya yang merupakan naskah-naskah Quran yang paling primer: “Uthman mengirim kepada setiap provinsi satu kitab yang telah mereka salin, dan memerintah agar semua naskah-naskah Alquran yang lain, apakah dalam bentuk yang terbagi-bagi, atau yang lengkap, harus dibakar”. (HSB, VI/479)].
Mengenai usaha pembakuan Alquran yang dilakukan oleh Khalif Uthman, pertanyaan sejarah berikut ini patut diajukan:
1. Mengapa Uthman harus membakukan suatu teks lain jikalau sebelumnya memang sudah pernah ada teks yang baku?
2. Kalau memang tidak ada naskah-naskah yang saling bertentangan, mengapa Uthman mencoba menghancurkan semua naskah-naskah lain yang sudah ada? [Atas wewenang siapa Uthman memusnahkan naskah Quran koleksi sahabat-sahabat Muhammad yang lain, yang sebelumnya justru tidak pernah dipersoalkan oleh Muhammad? Yang “kesalahan teksnya” juga tidak pernah dituduhkan oleh uthman sendiri?]
3. Mengapa Uthman harus menggunakan ancaman hukuman mati untuk memaksa orang-orang menerima teks Alquran yang telah dia bakukan kalau setiap orang sebelumnya telah memiliki teks yang sama?
4. Mengapa banyak orang tetap menolak menggunakan teks yang dia bakukan dan tetap mempertahankan teks-teks yang telah mereka miliki sebelumnya? [ Lebih jauh lagi bisa diajukan: siapakah diantara para ahli yang sanggup membuktikan bahwa koleksi naskah dari sahabat-sahabat Nabi yang lain (seperti Ibnu Mas’ud, ubai dan lain-lain) adalah salah atau kalah mutu/keasliannya ketimbang yang dipilih Uthman? Bukankah Muhammad sendiri yang menjagokan 4 orang saja (Ibnu mas’ud dan Ubai, Salim dan Ibnu Jabal) sebagai tempat belajar mengaji Quran? Baca Hadis V/96,97].
Empat pertanyaan tersebut menimbulkan adanya keadaan yang membingungkan dan kontradiktif mengenai teks-teks Alquran pada masa Uthman.
Kenyataan bahwa dia memerintahkan penghancuran semua salinan Alquran yang ada sebelumnya menunjukkan bahwa dia takut kalau-kalau salinan-salinan tersebut akan memperlihakan bahwa teks yang dibakukannya itu mengandung ketidaksempurnaan baik karena ada tambahan atau pengurangan dari apa yang sesungguhnya diucapkan oleh Muhammad.
Sungguh bersyukur, bahwa beberapa dari naskah-naskah yang lebih tua tersebut masih dapat diselamatkan dan ditemukan kembali oleh ilmuwan-ilmuwan seperti Arthur Jeffery.
Ilmuwan-ilmuwan Barat telah menunjukkan dengan penuh kepastian bahwa teks yang dibakukan Uthman tidak mengandung semua isi Alquran yang diterima Muhammad! Juga tidak mengandung kata-kata yang seluruhnya sesuai dengan Alquran yang diterima Muhammd.
[NB. Para Muslim begitu saja percaya bahwa susunan acak seperti apa yang ada pada Quran sekarang ini adalah datang langsung dari Allah. Setelah wahyu-wahyu turun menurut kronologi waktu oleh Muhammad (atas nama Jibril) Quran lalu ditetapkan untuk “disusun acak”. Alasan mereka berdasarkan kata-kata Muhammad: “Tulislah ayat ini dalam surat yang di dalamnya terdapat ayat anu dan ayat anu” (HR Abu Dawud dan Ahmad). Tetapi kenapakah jibril sengaja melakukan perubahan susunan dari kronologi ayat per ayat menjadi acak? Dan acaknya ayat-ayat ini diacakkan lagi dalam urutan Surat yang berpolakan panjangnya tiap Surat? Apakah pengacakan Quran oleh Uthman ini tidak mendapat peringatan Allah? Sulit menjawabnya! Namun sejarah mencatat banyakPerlawanan sengit dari orang-orang beriman terhadap perlakuan Uthman ini. Mereka menolak otoritas Uthman yang menetapkan sewenang-wenang edisi Alquran yang dibukukan. Allah mengizinkan kematiannya terjadi secara tragis ketika beberapa ratus anggota suku-suku Irak dan Mesir menyerbu masuk ke rumahnya dan membunuhnya (Sejarah Islam, Balazuri, Ansab). Al-Tabari menulis dalam bukunya The Historis of nations and Kings, tentang cara kematian Uthman yang aneh, sedemikian sehingga teman-temannya sendiri tidak berhasil mengebumikan jenazahnya selama 2 hari berselang. Dan karena sebagian musuh-musuhnya melarang jenazahnya dimakamkan secara Muslim di makam Muslim, maka jenazah tersebut terpaksa dimakamkan di pekuburan Yahudi! Kematian yang sedemikian aib bagi tokoh sekaliber Uthman agaknya bukan kebetulan].
Banyak Terjemahan
Sebagimana yang diklaim oleh umat Muslim bahwa Alquran tidak dapat diterjemahkan. Namun sungguh mengherankan ketika seorang Muslim Inggris, Mohammed Pickhtal dapat mengatakan, “Alquran tidak dapat diterjemahkan”, sementara kata-kata tersebut ditulisnya pada mukkadimah terjemahan Alquran yang telah dikerjakannya dengan sangat baik. Pernyataan bahwa Alquran tidak dapat diterjemahkan jelas merupakan suatu penyangkalan terhadap keberadaan banyak terjemahan Alquran yang beredar saat ini.
[Sebenarnya bukan masalah terjemahan, melainkan lebih merupakan masalah ibadah, dimana pembacaan Quran dalam bahasa non-Arabik tidaklah termasuk sebagai ibadah yang mendatangkan pahala!].
Surat Semisal Alquran
[Quran diklaim sebagai wahyu Allah. Namun klaim ini tidak disukung oleh saksi-saksi eksternal yang adikodrati (dua atau tiga saksi) seperti yang disyaratkan oleh Taurat (semisal nubuat nabi-nabi terdahulu, mujizat dari kuasa tangan Muhammad, penyaksian Allah/malaikat yang disaksikan orang luar). Quran tidak pernah mencatat bahwa Muhammad pernah berbincang-bincang dengan Allah seperti halnya dengan Musa dan Yesus (QS 4:164; 3:55; 5:11). Dan setiap kali beliau diminta untuk menunjukkan tanda kuasa Allah yang menyertai seorang nabi (“Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad suatu tanda dari Tuhannya” QS 13:7 dan lain-lain), beliau selalu menjawab kabur. Menyadari kelemahan dan kurangnya tanda-tanda kenabian inilah maka Muhammad terpaksa mengeluarkan jurus pembuktian bagi Quran dengan menantang kalau-kalau ada orang kafir (jin dan setan boleh dijadikan penolong-penolong sekalian) yang sanggup mengarang SATU SURAT SEMISAL ALQURAN.
[“Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Quran yang kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang yang memang benar”(QS 2:23, juga 17:18]
Tantangan untuk membuat Surat-surat seprti yang terdapat dalam Alquran telah disambut orang-orang banyak kali.
Ilmuwan kajian Timur Tengah, Canon Sell berkomentar: Manusia dapat menulis seperti seperti surat-surat tersebut bahkan mampu menggunakan bahasa yang lebih menggugah perasaan dan tersusun baik.
Seorang yang bernama Nadir ibn Haritha cukup berani menerima tantangan itu, dan dia menyusun beberapa cerita menganai raja-raja Persia dalam beberapa bab dan Surat, kemudian melantunkannya.
McClintock dan Strong berkomentar: Hamzah bin-Ahed menulis sebuah buku tandingan Alquran dengan menggunakan bahasa yang paling tidak sama indahnya dengan Alquran, dan Maslema menulis buku yang lain yang bahkan lebih indah dari Alquran, dan tulisan tersebut menyebabkan banyak kaum Muslim meninggalkan keimanannya.
[Tantangan ini sebenarnya bukan tantangan adi-kodrati melainkan hanyalah tantangan duniawi dan insani belaka, yaitu sejenis KONTES TULIS SURAT-MENYURAT, yang bisa disamai atau bahkan diungguli orang dengan akibat gugurnya keabsahan Quran sebagai Kitab Allah.
Banyak orang Muslim tidak tahu bahwa Quran koleksi Ubai bin Ka’b (mushaf ubai) sudah memuat dua surat “Semisal Quran” (Quran-nya Utsman), yaitu Surat 115 dan 116 ( Surat al-khafah terdiri 6 ayat, dan Surat al-Khal’ terdiri 3 ayat) yang kini hilang dari Quran standar (yang dibaca oleh para Muslim dewasa ini). Dengan menampilkan kembali kedua surat yang sempat dihilangkan oleh Utsman dari mushafnya, orang sesungguhnya mempunyai alasan yang sah untuk menjadikannya “Surat Semisal Alquran” yang layak dikonteskan terhadap tantangan Alquran versi Utsman.
Dr. W. Cambell juga sudah menyambut tantangan Muhammad yang satu ini. Ia menyodorkan Surat Mazmur 103: 1-22 dan Surat Yesaya 40:1-31 dan khotbah Yesus di Bukit :Surat Matius 6:16-24 dan 7:1-5; Ini memenuhi syarat karena Alkitab telah dianggap korup karena buatan manusia belaka? Bahkan di internet ada satu posting yang menyambut tantangan tersebut yang dipetik dari Surat Hukum Kasih, Matius 22:37-40. Kesemua petikan ini terlalu memenuhi syarat untuk dipertandingkan dengan Surat Alquran yang manapun!
Lalu apa konsekuensinya dengan maksud Muhammad dalam membuktikan keontetikan suatu Kitab Suci? Setiap tantangan harus melahirkan konsekuensi!
HEBOH INTERNET HARI-HARI INI
Terjadi berita hangat di koran-koran dan di internet baru-baru ini, tentang munculnya “The True Furqan” dalam 77 Surat. Ini sesungguhnya bukanlah Quran palsu seperti yang dihebohkan melainkan SURAT SEMISAL QURAN dalam bahasa puitis Arab dan Inggris, style quranic, klasik, dan indah yang merasa amat layak menyambut tantangan Muhammad.
Kita petikkan di sini komentar-komentar di internet, dan juga sekaligus membandingkannya dengan jenis TANTANGAN YESUS yang bersifat adikodrati:
“Setelah penyodoran Surat-surat indah ini, apakah lalu pakar-pakar Islam sanggup melayaninya? Rasanya tidak! Tidak ada panitia Islam manapun yang dapat muncul untuk memfollow up penjuriannya *Apa kriteria-kriterianya? (keindahan Bahasa dan redaksionilnya? Atau substansi religinya?
Paling utama kegunaannya? Paling luas aplikasinya? Relevansinya? Atau apa?)* Siapakah yang bakal dianggap layak menjadi juri terhadap kontes ini? Mahkamah Internasional? Team PBB? Tim Pencari Fakta? Rohaniwan paling saleh?* Apakah hasil penjurian manusia ini sah? (atas masalah yang sangat subyektif ini) tidak akan diprotes oleh otoritas lainnya dengan pelbagai alasan? *Dan yang terpenting, apakah hasil kontes manusia ini mengikat sah di mata Allah?”
Tampak betapa inkonklusif dan sia-sianya tantangan hidup mati nasib Quran Allah yang satu ini! Wahyu yang penjuriannya tidak bisa di actionkan oleh pihak Muslim sendiri, atau Nabi sekalipun. Ia macet tanpa solusi! (Bandingkan tantangan Yesus yang bersifat adikodrati. Tuntas tanpa perlu juri dan wasit, Lihat Yohanes 8:46 dan 2:18-22].
Jejak Sidik Jari Muhammad
Umat Muslim menyatakan bahwa bahwa Alquran “diturunkan” dari surga dan bahwa Muhammad tidak dapat dipandang sebagai manusia penyusunnya. Tetapi menurut Concise Encyclopedia of Islam, bahasa Arab yang dipakai dalam Alquran itu merupakan suatu dialek dan kosakata dari salah seorang anggota suku Quraisy yang tinggal di kota Mekah. Jadi sidik jari Muhammad tercecer di seluruh Alquran.
Jika Alquran ditulis dalam bahasa Arab surgawi yang sempurna, mengapa sampai terungkap dengan telak bahwa bahasa itu adalah logatnya seorang suku Quraisy yang bertempat tinggal di kota Mekah? (alias bahasa Arab Quraisy)
Argumentasi umat Muslim yang menyatakan bahwa Alquran ditulis dalam bahasa Arab surga sungguh tidak berdasar sama sekali.
Dialek, kosakata, dan isi Alquran mencerminkan gaya bahasa dari penulisnya, yaitu Muhammad dan bukan sosok Allah dari surga.
Kesimpulan
Sejarah faktual mengenai pengumpulan dan pengadaan teks Alquran yang benar menunjukkan bahwa klaim Muslim tersebut di atas (bahwa Alquran itu 100% unsur surgawi) adalah fiktif dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Ceceran sidik jari tangan Muhammad dapat dilihat pada setiap halaman Alquran sebagai saksi bahwa asal Alquran tidak murni dari Allah.
[ Allah SWT sempat menyatakan bahwa Alquran itu adalah perkataan rasul belaka: “innahuu qaulu rasuulin kariim-(Surat 69 :40, dan 81:19, Terjemahan Alquran oleh Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam “Al Hikmah” Jakarta).
Bandingkan dengan terjemaham Alquran salinnya, yang menterjemahkannya/mengartikannya berturut-turut sebagai “wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul yang mulia” dan “firman Allah yang dibawa oleh Jibril”. Memang ada ayat-ayat lain di dalam Alquran yang tidak sejalan dengan Surat-surat ini, seperti Surat 6:155, 10:37, 11:17 dan lain-lain, namun hal itulah yang menunjukkan pertentangan internal di aman Alquran yang dipercaya diimlakan secara maha sempurna itu tidak mungkin bisa memikul inconsistency demikian.
“Apakah mereka tidak mendalami Alquran kalau sekiranya (Alquran) itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka dapati banyak pertentangan di dalamnya.” (Surat 4:82)]. –
Bahasa Arab Yang Sempurna
Umat Muslim mengklaim bahwa teks Alquran ditulis dengan huruf Arab yang sempurna dalam setiap hal karena Allah sendiri yang menulisnya di Surga.
The Shorter Encyclopedia of Islam menyatakan: “Bagi umat Islam, kesempurnaan mutlak bahasa yang digunakan dalam Alquran adalah merupakan suatu dogma yang tidak terkalahkan”!
Apapun yang dilakukan Allah sempurna adanya, maka penulisan Alquran pasti juga menggunakan bahasa Arab yang sempurna. Pernyataan tersebut dapat ditemukan dalam Surat 41:41, 44; 12: 2; 13: 37; 85: 21,22; 10: 37.
Umat Islam percaya bahwa Allah menulis Alquran di Surga di atas lempengan batu yang seukuran meja sebelum Alquran diturunkan kepada Muhammad.
Tidak Ada Ejaan yang Bervariasi
Klaim berikutnya yaitu pernyataan bahwa Alquran begitu sempurna, sehingga tidak ada teks di dalamnya yang bervariasi dalam ejaannya, tidak ada ayat-ayat yang hilang, dan tidak ada naskah-naskah teks Alquran yang bertentangan satu sama lain. Dalam hal ini para pembela Muslim menunjukkan bahwa Alkitablah yang mengandung banyak teks-teks bacaan yang saling bertentangan, sementara Alquran adalah sempurna jadi tidak ada teks bacaan yang saling bervariasi.
Naskah-Naskah Asli yang Ditemukan
Banyak orang Muslim menceritakan pada kami dengan keyakinan penuh bahwa “naskah asli” Alquran yang dikumpulkan dan disusun sendiri oleh Muhammad masih ada, dan bahwa semua isi Alquran berasal dari naskah asli yang satu-satunya ini.
[ Tetapi tatkala ditanya persisnya di mana naskah asli tersebut, dan dari tahun berapa, mereka tidak yakin dan berselisih pendapat].
Tidak Ada Terjemahannya
Karena Alquran ditulis dalam bahasanya Allah, umat Muslim mengklaim bahwa tida ada seorangpun manusia fana ini mampu menterjemahkannya ke dalam bahasa lain.
[ Dan memang yang boleh disebut sebagai Alquran hanyalah kalau ia tertulis dalam bahasa Arab. Selain dari itu hanyalah tafsir atau Terjemahan Alquran].
Tidak Bisa Dibandingkan dengan Apapun
Menurut Muslim, tidak seorang pun dapat menulis suatu karya seperti yang dapat ditemukan dalam Alquran (Surat 10: 37, 38). Apakah pernyataan dan klaim-klaim tersebut benar adanya? Apakah semua itu sesuai dengan kenyataan-kenyataan? Kami harus mengatakan dengan tanpa ragu-ragu sedikitpun, bahwa pernyataan-pernyataan tersebut salah! Mari kita simak secara seksama.
[ Suatu tantangan Muhammad bahwa apabila ada yang sanggup menuliskan”semisal Quran”, maka dipalsulah Alquran Allah. Dan ternyata tantangan ini mendapat banyak sambutan; sayangnya sanbutan ini tidak disambut dan “di proses” lebih lanjut secara konsekuen oleh umat Islam].
Bukan Bahasa Arab Sempurna
Pertama-tama, Alquran bukanlah bahasa Arab yang sempurna. Alquran mengandung banyak sekali kesalahan gramatika seperti dalam Surat 2: 177, 192; 3: 59; 4: 163; 5: 69; 7:160; 13: 28, 64: 10 dan lain-lain.
Ali Dashti berkomentar bahwa Alquran mengandung:
· Kalimat-kalimat yang tidak lengkap
· Dan tidak sepenuhnya dapat dimengerti tanpa bantuan komentar dan tafsiran;
• Ia mengandung banyak kata-kata asing (non Arab), atau kata-kata Arab yana tidak lazim.
• Dan kata-kata yang digunakan dalam arti berbeda dari arti yang normal;
• Kata-kata sifat, dan kata-kata kerja yang diubah semaunya tanpa mentaati azas gemder dan jumlah;
• Kata-kata ganti yang diterapkan secara tidal logis dan tidak gramatikal yang kadang-kadang tanpa acuan;
• Dan mengandung predikat yang terlepas dari subyeknya terutama dalam perikop-perikop yang bersajak.
Kalau dihitung-hitung, tercatat lebih dari seratus penyelewengan Alquran dari kaidah dan struktur-struktur bahasa Arab yang baku.
Kata-Kata Asing
Sebagai tambahan, ada lagi bagian-bagian dari Alquran yang bahkan bukan dalam bahasa Arab! Dalam bukunya yang berjudul The Foreign Vocabulary of the Quran, Arthur Jeffery mendokumentasikan fakta-fakta bahwa Alquran mengandung lebih dari 100 kata-kata asing (bukan bahasa Arab).
Ada kata-kata dan frasa-frasa dalam Alquran yang merupakan bahasa Mesir, bahasa Ibrani, bahasa Yunani, Siriak, Akkadian, Etiopia, dan bahasa Persia.
Ilmuwan dalam kajian Timur Tengah, Canon Sell mengamati sebagai berikut:
Jumlah kata-kata asing (dalam Quran) ada sangat banyak. Kata-kata tersebut dipinjam dari berbagai bahasa lain (misalnya saja,’FIRDAUS’ adalah bahasa sansekerta, bukan Arab).
Dalam “Mutawakkil” yang ditulis oleh Jalalu’s-Din as –Syuti terdapat 107 kata-kata yang didaftarkan dan dikomentari. Buku berharga tersebut telah diterjemahkan oleh W.Y. Bell dari yale University.
Teks berbahasa Arabnya juga terlampir. Hal tersebut secara kebetulan telah memperlihatkan alangkah banyaknya ide-ide yang dipeinjam dari bahasa lain. (dengan kata lain, Alquran telah kecolongan bahasa-bahasa asing!)
Banyak Teks-Teks Bacaan yang Ejaannya Bervariasi
Umat Muslim mencela Alkitab yang kadang-kadang memuat kata-kata yang berbeda dalam berbagai naskahnya. Padahal sebetulnya yang seperti itu adalah teks-teks Alquran sendiri. Dalam Alquran banyak terdapat teks-teks bacaan yang saling bertentangan sebagaimana yang diperlihatkan nyata-nyata oleh Arthur Jeffrey dalam bukunya yang berjudul Material for the History of the Text of the Quran.
Suatu saat, Jeffrey memperlihatkan 90 halaman dari teks-teks bacaan yang ejaannya berbeda! Contohnya dalam Surat-surat terdapat lebih dari 140 teks-teks bacaan Alquran yang bertentangan dan bervarian.
Semua ilmuwan barat dan Muslim mengakui adanya teks-teks bacaan yang bervarian dalam Alquran. Guillaume menunjukkan bahwa Alquran semula “mengandung banyak sekali varian-varian, yang tidak selalu boleh diremehkan.
Sungguh menarik untuk dicatat bahwa jurnal-jurnal ilmiah dari sarjana-sarjana Muslim mulai mengakui, walaupun dengan enggan, kenyataan bahwa banyak teks-teks bacaan dalam Alquran yang bertentangan dan bervarian.
Usaha Muslim Untuk Menutupi Pekerjaan para ilmuwan Barat seperti Arthur Jeffery dan lain-lainnya telah dihambat oleh umat Muslim dengan tidak mengizinkan para ilmuwan barat untuk melihat naskah-naskah tua dari Alquran yang berdasarkan pada teks-teks sebelum Uthman, Jeffery menghubungkannya dengan suatu peristiwa:
Suatu contoh menarik di zaman modern ini terjadi ketika kunjungan almarhum Profesor Berstrasser yang terakhir kalinya ke kairo. Dia sedang sibuk melakukan pemotretan arsip dan dia telah memotret sejumlah Kufic Codex (kumpulan naskah-naskah Alquran kuno yang menggunakan huruf-huruf Arab yang berlaku zaman kuno) di perpustakaan Mesir ketika saya menunjukkan sesuatu yang ada dalam perpustakaan Azhar tersebut yang mempunyai ciri-ciri yang mengundang rasa ingin tahu.
Dia minta izin untuk memotret benda tersebut pula, tetapi permohonannya ditolak dan bahkan kumpulan naskah-naskah Kufic Codex ditarik kembali, dengan alasan orthodoxy bahwa ilmuwan Barat tidak diizinkan untuk mengetahui teks-teks kuno semacam.
Jeffrey berkomentar: Usaha-usaha untuk melestarikan apa adanya teks-teks Alquran yang bervarian itu telah mendapat tekanan kaum ortodoks secara definitif.
Beberapa Ayat Terhilang
Menurut Profesor Guillaume dalam bukunya yang berjudul Islam (hal 191 ff); beberapa ayat asli Alquran telah hilang. Misalnya, salah satu Surat yang aslinya terdiri dari 200 ayat pada masanya Aisyah. Tetapi sesaat sebelum Uthman membakukan teks Alquran, jumlah ayat tersebut tinggal 73 ayat!
Sejumlah 127 ayat telah hilang, dan tidak pernah ditemukan lagi.
Sekte Muslim Shiah menyatakan bahwa Uthman menghilangkan 25% dari ayat-ayat asli Alquran karena alasan politik.
Adanya ayat-ayat yang dihilangkan dari Alquran versi uthman telah diakui secara universal. Dalam buku yang ditulis oleh John Burton yang berjudul The Collection of the Quran yang diterbitkan oleh Universitas Cambridge, terdokumentasi bagaimana hilangnya ayat-ayat tersebut. Tanggapan Burton atas pernyataan umat Muslim bahwa Alquran itu sempurna adalah sebagai berikut:
Laporan-laporan dari pihak Muslim mengenai sejarah teks-teks Alquran adalah membingungkan yang tak terselesaikan, kontradiktif satu sama lain, dan tidak konsisten.
Perubahan-Perubahan Dalam Alquran
Satu hal yang menarik sehubungan dengan hilangnya beberapa ayat-ayat Alquran yang asli terlihat dari caranya seorang pengikut Muhammad yang bernama Abdollah Sarh menyarankan kepada Muhammad untuk memfrasakan kembali (mengatakan dengan menggunakan kata-kata lain), menambah, atau mengurangi kata-kata yang terdapat dalam Surat-Surat Alquran. Muhammad memang seringkali melakukan apa yang disarankan oleh Abdollah Sarh.
Ali Dashti menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi sebagai berikut:
Abdollah meninggalkan Islam karena alasan keberadaan wahyu yang diperoleh Muhammad tersebut. Jikalau wahyu tersebut berasal dari Tuhan, tentunya tidak dapat diubah hanya semata-mata karena saran dari penulis sebelum dirinya. Setelah kemurtadannya, Abdollah Sarh pergi ke Mekah dan bergabung dengan suku Quraisy.
Jadi tidaklah mengherankan ketika Muhammad menaklukkan Mekah, orang pertama yang dibunuhnya adalah Abdollah, karena Abdollah mengetahui terlalu banyak dan terlalu sering membuka mulut.
Beberapa Ayat Digantikan
Mengenai proses pembatalan seperti yang disebutkan pada bab terdahulu, ayat-ayat yang bertentangan dengan iman dan kebiasaan Muslim telah dihilangkan dari teks Alquran, seperti misalnya “ayat-ayat setan” di mana Muhammad pernah menyetujui penyembahan kepada tiga dewi yang adalah puteri-puteri Allah.
Ilmuwan Arabic yang bernama E. Wherry berkomentar sebagai berikut:
Sehubungan dengan adanya beberapa pasal dalam Alquran yang bertentangan satu sama lain, para pembela Muhgammad menangkal semua keberatan tersebut dengan doktrin penggantian (nasakh), karena menurut mereka tuhan dalam Alquran memang memerintahkan beberapa hal agar ditarik kembali dan digantikan demi kebaikan semua pihak.
Selanjutnya Wherry juga mendokumentasikan banyak contoh ayat-ayat yang dikeluarkan/dicabut dari Alquran.
[Abdallah Abd al-Fadi berkomentar demikian: Nasakh terhadap kata-kata Allah sendiri adalah bertentangan dengan Kemahatahuan Allah terhadap segala rahasia dan motivasi tersembunyi di masa depan. Nasakh hanya pantas untuk kata-kata manusia yang berpenglihatan pendek, yang menarik kata-katanya demi problem solving yang manipulatis. Ini tidak mungkin dijejerkan dengan “Rancangan Agung” dari Tuhan yang Mahasempurna].
Canon Sell dalam bukunya yang berjudul Historical Development of the Quran juga berkomentar mengenai kebiasaan menyingkirkan ayat-ayat dari Alquran tatkala ayat-ayat tersebut dianggap menimbulkan kesulitan/masalah.
Komentarnya sebagai berikut:
Sungguh sangat mengherankan bagaimana mungkin suatu kompromi seperti itu dapat terjadi sampai-sampai suatu prosedur dapat dimasukkan dalam satu sistem pewahyuan oleh para sahabat (atau bukan sahabat).
Beberapa Ayat Ditambahkan
Bukan saja bagian-bagian Alquran dihilangkan, tetapi juga sebaliknya terdapat ayat-ayat maupun bab-bab baru yang ditambahkan. Misalnya, Ubai mempunyai beberapa Surat dalam naskah Alquran yang disingkirkan oleh Uthman dari teks yang dibakukannya. (misalnya Surat al-Khafadh dan al-Khal). Jadi ada naskah-naskah Alquran lain yang beredar sebelum teks baku Uthman. Dalam naskah-naskah Alquran ini terdapat wahyu tambahan dari Muhammad yang tidak dicantumkan dalam teks baku Uthman, entah karena terhilang atau karena tidak disetujui oleh Uthman.
Tidak Ada Naskah Yang Asli
Jadi apakah naskah asli Alquran masih ada? Dan kami telah membuktikan bahwa tidak ada satupun naskah asli Alquran yang masih beredar.
Seperti yang dinyatakan oleh Jeffery sebagai berikut: Hal yang pasti bahwa setelah Nabi Muhammad meninggal, tidak ada naskah wahyu yang terkumpul, tersusun, atau terbundel dalam satu kesatuan. Tradisi yang paling tua yang bisa ditemukan pada masa-masa Muhammad meyakinkan kita bahwa tidak ada satupun naskah utuh Alquran yang diwariskan kepada pengikut-pengikut Nabi. Nabi telah menyatakan pesan pewahyuannya secara lisan.
Tidak diketahui manakah di antara pesan-pesan tersebut yang telah dicatat dan yang tidak. Itu semata-mata masalah kebetulan, kecuali memang diketahui adanya pesan-pesan tersebut dicatat pada masa-masa belakangan dari pelayanannya.
Bagaimana dengan laporan umat Muslim yang menyatakan bahwa Muhammad telah mengumpulkan naskah-naskah Alquran selengkapnya sebelum dia mati?
Jeffery menjawab sebagai berikut: Tidak ada yang bisa dikatakan lain kecuali menyatakan bahwa laporan-laporan tersebut adalah fiktif.
Caesar Farah dalam bukunya mengenai Islam menyatakan: Ketika Muhammad meninggal, tidak ada satupun koleksi naskah asli dari teks ayat-ayat suci.
The Shorter Encyclopedia of Islam berkomentar: Hanya satu hal yang pasti dan diakui secara terbuka dalam Tradisi/Hadis, yaitu bahwa tidak terdapat satupun koleksi dari wahyu-wahyu yang sudah berbentuk seutuhnya, sebab selama Muhammad masih hidup, selalu saja ada wahyu-wahyu yang ditambahkan pada wahyu-wahyu terdahulu.
Menjadi jelas bahwa tulang-tulang, batu-batu, daun-daun palem, kulit pohon, dan lain-lain yang bertuliskan beberapa materi yang diucapkan Muhammad setelah dia mengalami keadaan seperti kerasukan itu, baru dikumpulkan setelah kematian Muhammad!.
Versi naskah-naskah pertama dari Alquran bertentangan satu sama lain. Ada naskah yang kelebihan isi Suratnya (lebih dari 114 Surat), dan ada yang isi Suratnya kurang (kurang dari 114 Surat). Penggunaan kata-kata juga ada yang berbeda di antara versi-versi koleksi yang berbeda. Merupakan suatu kenyataan bahwa tidak ada satupun dari bahan-bahan tersebut yang masih ada sekarang. Mereka telah lama hilang atau rusak.
Kami pernah menantang seorang pembela Muslim untuk menyebutkan di mana tempat disimpannya naskah asli Alquran, yang katanya tersimpan baik. Ternyata dia hanya mampu mengatakan bahwa dia tidak tahu tempatnya, namun dia yakin pasti bahwa naskah tersebut memang ada karena harus ada. Argumentasi semacam itu lebih jelek daripada tidak beragumentasi sama sekali.
Teks-Teks Uthman
[ Dalam usahanya untuk ‘menyatukan’ isi dan bentuk Quran menjadi Mushaf Uthman yang standard, patut disesalkan tindakan Khalif Uthman yang mendekritkan pemusnahan semua himpunan (atau bahkan bagian) dari naskah-naskah lain yang telah ada sebelumnya yang merupakan naskah-naskah Quran yang paling primer: “Uthman mengirim kepada setiap provinsi satu kitab yang telah mereka salin, dan memerintah agar semua naskah-naskah Alquran yang lain, apakah dalam bentuk yang terbagi-bagi, atau yang lengkap, harus dibakar”. (HSB, VI/479)].
Mengenai usaha pembakuan Alquran yang dilakukan oleh Khalif Uthman, pertanyaan sejarah berikut ini patut diajukan:
1. Mengapa Uthman harus membakukan suatu teks lain jikalau sebelumnya memang sudah pernah ada teks yang baku?
2. Kalau memang tidak ada naskah-naskah yang saling bertentangan, mengapa Uthman mencoba menghancurkan semua naskah-naskah lain yang sudah ada? [Atas wewenang siapa Uthman memusnahkan naskah Quran koleksi sahabat-sahabat Muhammad yang lain, yang sebelumnya justru tidak pernah dipersoalkan oleh Muhammad? Yang “kesalahan teksnya” juga tidak pernah dituduhkan oleh uthman sendiri?]
3. Mengapa Uthman harus menggunakan ancaman hukuman mati untuk memaksa orang-orang menerima teks Alquran yang telah dia bakukan kalau setiap orang sebelumnya telah memiliki teks yang sama?
4. Mengapa banyak orang tetap menolak menggunakan teks yang dia bakukan dan tetap mempertahankan teks-teks yang telah mereka miliki sebelumnya? [ Lebih jauh lagi bisa diajukan: siapakah diantara para ahli yang sanggup membuktikan bahwa koleksi naskah dari sahabat-sahabat Nabi yang lain (seperti Ibnu Mas’ud, ubai dan lain-lain) adalah salah atau kalah mutu/keasliannya ketimbang yang dipilih Uthman? Bukankah Muhammad sendiri yang menjagokan 4 orang saja (Ibnu mas’ud dan Ubai, Salim dan Ibnu Jabal) sebagai tempat belajar mengaji Quran? Baca Hadis V/96,97].
Empat pertanyaan tersebut menimbulkan adanya keadaan yang membingungkan dan kontradiktif mengenai teks-teks Alquran pada masa Uthman.
Kenyataan bahwa dia memerintahkan penghancuran semua salinan Alquran yang ada sebelumnya menunjukkan bahwa dia takut kalau-kalau salinan-salinan tersebut akan memperlihakan bahwa teks yang dibakukannya itu mengandung ketidaksempurnaan baik karena ada tambahan atau pengurangan dari apa yang sesungguhnya diucapkan oleh Muhammad.
Sungguh bersyukur, bahwa beberapa dari naskah-naskah yang lebih tua tersebut masih dapat diselamatkan dan ditemukan kembali oleh ilmuwan-ilmuwan seperti Arthur Jeffery.
Ilmuwan-ilmuwan Barat telah menunjukkan dengan penuh kepastian bahwa teks yang dibakukan Uthman tidak mengandung semua isi Alquran yang diterima Muhammad! Juga tidak mengandung kata-kata yang seluruhnya sesuai dengan Alquran yang diterima Muhammd.
[NB. Para Muslim begitu saja percaya bahwa susunan acak seperti apa yang ada pada Quran sekarang ini adalah datang langsung dari Allah. Setelah wahyu-wahyu turun menurut kronologi waktu oleh Muhammad (atas nama Jibril) Quran lalu ditetapkan untuk “disusun acak”. Alasan mereka berdasarkan kata-kata Muhammad: “Tulislah ayat ini dalam surat yang di dalamnya terdapat ayat anu dan ayat anu” (HR Abu Dawud dan Ahmad). Tetapi kenapakah jibril sengaja melakukan perubahan susunan dari kronologi ayat per ayat menjadi acak? Dan acaknya ayat-ayat ini diacakkan lagi dalam urutan Surat yang berpolakan panjangnya tiap Surat? Apakah pengacakan Quran oleh Uthman ini tidak mendapat peringatan Allah? Sulit menjawabnya! Namun sejarah mencatat banyakPerlawanan sengit dari orang-orang beriman terhadap perlakuan Uthman ini. Mereka menolak otoritas Uthman yang menetapkan sewenang-wenang edisi Alquran yang dibukukan. Allah mengizinkan kematiannya terjadi secara tragis ketika beberapa ratus anggota suku-suku Irak dan Mesir menyerbu masuk ke rumahnya dan membunuhnya (Sejarah Islam, Balazuri, Ansab). Al-Tabari menulis dalam bukunya The Historis of nations and Kings, tentang cara kematian Uthman yang aneh, sedemikian sehingga teman-temannya sendiri tidak berhasil mengebumikan jenazahnya selama 2 hari berselang. Dan karena sebagian musuh-musuhnya melarang jenazahnya dimakamkan secara Muslim di makam Muslim, maka jenazah tersebut terpaksa dimakamkan di pekuburan Yahudi! Kematian yang sedemikian aib bagi tokoh sekaliber Uthman agaknya bukan kebetulan].
Banyak Terjemahan
Sebagimana yang diklaim oleh umat Muslim bahwa Alquran tidak dapat diterjemahkan. Namun sungguh mengherankan ketika seorang Muslim Inggris, Mohammed Pickhtal dapat mengatakan, “Alquran tidak dapat diterjemahkan”, sementara kata-kata tersebut ditulisnya pada mukkadimah terjemahan Alquran yang telah dikerjakannya dengan sangat baik. Pernyataan bahwa Alquran tidak dapat diterjemahkan jelas merupakan suatu penyangkalan terhadap keberadaan banyak terjemahan Alquran yang beredar saat ini.
[Sebenarnya bukan masalah terjemahan, melainkan lebih merupakan masalah ibadah, dimana pembacaan Quran dalam bahasa non-Arabik tidaklah termasuk sebagai ibadah yang mendatangkan pahala!].
Surat Semisal Alquran
[Quran diklaim sebagai wahyu Allah. Namun klaim ini tidak disukung oleh saksi-saksi eksternal yang adikodrati (dua atau tiga saksi) seperti yang disyaratkan oleh Taurat (semisal nubuat nabi-nabi terdahulu, mujizat dari kuasa tangan Muhammad, penyaksian Allah/malaikat yang disaksikan orang luar). Quran tidak pernah mencatat bahwa Muhammad pernah berbincang-bincang dengan Allah seperti halnya dengan Musa dan Yesus (QS 4:164; 3:55; 5:11). Dan setiap kali beliau diminta untuk menunjukkan tanda kuasa Allah yang menyertai seorang nabi (“Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad suatu tanda dari Tuhannya” QS 13:7 dan lain-lain), beliau selalu menjawab kabur. Menyadari kelemahan dan kurangnya tanda-tanda kenabian inilah maka Muhammad terpaksa mengeluarkan jurus pembuktian bagi Quran dengan menantang kalau-kalau ada orang kafir (jin dan setan boleh dijadikan penolong-penolong sekalian) yang sanggup mengarang SATU SURAT SEMISAL ALQURAN.
[“Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Quran yang kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang yang memang benar”(QS 2:23, juga 17:18]
Tantangan untuk membuat Surat-surat seprti yang terdapat dalam Alquran telah disambut orang-orang banyak kali.
Ilmuwan kajian Timur Tengah, Canon Sell berkomentar: Manusia dapat menulis seperti seperti surat-surat tersebut bahkan mampu menggunakan bahasa yang lebih menggugah perasaan dan tersusun baik.
Seorang yang bernama Nadir ibn Haritha cukup berani menerima tantangan itu, dan dia menyusun beberapa cerita menganai raja-raja Persia dalam beberapa bab dan Surat, kemudian melantunkannya.
McClintock dan Strong berkomentar: Hamzah bin-Ahed menulis sebuah buku tandingan Alquran dengan menggunakan bahasa yang paling tidak sama indahnya dengan Alquran, dan Maslema menulis buku yang lain yang bahkan lebih indah dari Alquran, dan tulisan tersebut menyebabkan banyak kaum Muslim meninggalkan keimanannya.
[Tantangan ini sebenarnya bukan tantangan adi-kodrati melainkan hanyalah tantangan duniawi dan insani belaka, yaitu sejenis KONTES TULIS SURAT-MENYURAT, yang bisa disamai atau bahkan diungguli orang dengan akibat gugurnya keabsahan Quran sebagai Kitab Allah.
Banyak orang Muslim tidak tahu bahwa Quran koleksi Ubai bin Ka’b (mushaf ubai) sudah memuat dua surat “Semisal Quran” (Quran-nya Utsman), yaitu Surat 115 dan 116 ( Surat al-khafah terdiri 6 ayat, dan Surat al-Khal’ terdiri 3 ayat) yang kini hilang dari Quran standar (yang dibaca oleh para Muslim dewasa ini). Dengan menampilkan kembali kedua surat yang sempat dihilangkan oleh Utsman dari mushafnya, orang sesungguhnya mempunyai alasan yang sah untuk menjadikannya “Surat Semisal Alquran” yang layak dikonteskan terhadap tantangan Alquran versi Utsman.
Dr. W. Cambell juga sudah menyambut tantangan Muhammad yang satu ini. Ia menyodorkan Surat Mazmur 103: 1-22 dan Surat Yesaya 40:1-31 dan khotbah Yesus di Bukit :Surat Matius 6:16-24 dan 7:1-5; Ini memenuhi syarat karena Alkitab telah dianggap korup karena buatan manusia belaka? Bahkan di internet ada satu posting yang menyambut tantangan tersebut yang dipetik dari Surat Hukum Kasih, Matius 22:37-40. Kesemua petikan ini terlalu memenuhi syarat untuk dipertandingkan dengan Surat Alquran yang manapun!
Lalu apa konsekuensinya dengan maksud Muhammad dalam membuktikan keontetikan suatu Kitab Suci? Setiap tantangan harus melahirkan konsekuensi!
HEBOH INTERNET HARI-HARI INI
Terjadi berita hangat di koran-koran dan di internet baru-baru ini, tentang munculnya “The True Furqan” dalam 77 Surat. Ini sesungguhnya bukanlah Quran palsu seperti yang dihebohkan melainkan SURAT SEMISAL QURAN dalam bahasa puitis Arab dan Inggris, style quranic, klasik, dan indah yang merasa amat layak menyambut tantangan Muhammad.
Kita petikkan di sini komentar-komentar di internet, dan juga sekaligus membandingkannya dengan jenis TANTANGAN YESUS yang bersifat adikodrati:
“Setelah penyodoran Surat-surat indah ini, apakah lalu pakar-pakar Islam sanggup melayaninya? Rasanya tidak! Tidak ada panitia Islam manapun yang dapat muncul untuk memfollow up penjuriannya *Apa kriteria-kriterianya? (keindahan Bahasa dan redaksionilnya? Atau substansi religinya?
Paling utama kegunaannya? Paling luas aplikasinya? Relevansinya? Atau apa?)* Siapakah yang bakal dianggap layak menjadi juri terhadap kontes ini? Mahkamah Internasional? Team PBB? Tim Pencari Fakta? Rohaniwan paling saleh?* Apakah hasil penjurian manusia ini sah? (atas masalah yang sangat subyektif ini) tidak akan diprotes oleh otoritas lainnya dengan pelbagai alasan? *Dan yang terpenting, apakah hasil kontes manusia ini mengikat sah di mata Allah?”
Tampak betapa inkonklusif dan sia-sianya tantangan hidup mati nasib Quran Allah yang satu ini! Wahyu yang penjuriannya tidak bisa di actionkan oleh pihak Muslim sendiri, atau Nabi sekalipun. Ia macet tanpa solusi! (Bandingkan tantangan Yesus yang bersifat adikodrati. Tuntas tanpa perlu juri dan wasit, Lihat Yohanes 8:46 dan 2:18-22].
Jejak Sidik Jari Muhammad
Umat Muslim menyatakan bahwa bahwa Alquran “diturunkan” dari surga dan bahwa Muhammad tidak dapat dipandang sebagai manusia penyusunnya. Tetapi menurut Concise Encyclopedia of Islam, bahasa Arab yang dipakai dalam Alquran itu merupakan suatu dialek dan kosakata dari salah seorang anggota suku Quraisy yang tinggal di kota Mekah. Jadi sidik jari Muhammad tercecer di seluruh Alquran.
Jika Alquran ditulis dalam bahasa Arab surgawi yang sempurna, mengapa sampai terungkap dengan telak bahwa bahasa itu adalah logatnya seorang suku Quraisy yang bertempat tinggal di kota Mekah? (alias bahasa Arab Quraisy)
Argumentasi umat Muslim yang menyatakan bahwa Alquran ditulis dalam bahasa Arab surga sungguh tidak berdasar sama sekali.
Dialek, kosakata, dan isi Alquran mencerminkan gaya bahasa dari penulisnya, yaitu Muhammad dan bukan sosok Allah dari surga.
Kesimpulan
Sejarah faktual mengenai pengumpulan dan pengadaan teks Alquran yang benar menunjukkan bahwa klaim Muslim tersebut di atas (bahwa Alquran itu 100% unsur surgawi) adalah fiktif dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Ceceran sidik jari tangan Muhammad dapat dilihat pada setiap halaman Alquran sebagai saksi bahwa asal Alquran tidak murni dari Allah.
[ Allah SWT sempat menyatakan bahwa Alquran itu adalah perkataan rasul belaka: “innahuu qaulu rasuulin kariim-(Surat 69 :40, dan 81:19, Terjemahan Alquran oleh Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam “Al Hikmah” Jakarta).
Bandingkan dengan terjemaham Alquran salinnya, yang menterjemahkannya/mengartikannya berturut-turut sebagai “wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul yang mulia” dan “firman Allah yang dibawa oleh Jibril”. Memang ada ayat-ayat lain di dalam Alquran yang tidak sejalan dengan Surat-surat ini, seperti Surat 6:155, 10:37, 11:17 dan lain-lain, namun hal itulah yang menunjukkan pertentangan internal di aman Alquran yang dipercaya diimlakan secara maha sempurna itu tidak mungkin bisa memikul inconsistency demikian.
“Apakah mereka tidak mendalami Alquran kalau sekiranya (Alquran) itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka dapati banyak pertentangan di dalamnya.” (Surat 4:82)]. –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar