Menurut Hadis IX/643, Alquran ditulis di Surga. Jadi tidak mungkin isi Alquran berasal dari sumber-sumber duniawi yang terdapat pada zaman pra-Islam. Namun menurut penelitian terdapat banyak sekali bahan-bahan yang diambil dari zaman pra-Islam. Dengan demikian tidaklah mengherankan kalau Alquran ditulis dalam dialek Quraisy (Hadis VI/507). Fakta tersebut sering tidak disadari oleh umat Muslim yang bukan orang Arab.
Bahkan ketika Muhammad telah meninggal pun naskah Alquran masih tercecer dimana-mana (Surat-suratnya belum tersusun rapi), ada yang tertulis di daun-daun palem, di lempeng batu, pada tulang-tulang, dan lain-lain. (Hadis VI/509). Jadi dengan demikian jelaslah bahwa Hadis pun menjadi saksi atas kenyataan bahwa Muhammad sendiri tidak mempersiapkan naskah Alquran sebelum kematiannya.
Menurut catatan, Hadis mengkonfirmasikan bahwa Alquran disusun menjadi satu oleh Kalif Uthman setelah Muhammad meninggal. Hal ini sering disangkal oleh orang-orang Muslim yang tidak memahami mengenai kitab suci mereka sendiri.
Uthman menyusun Alquran dan mengirimkan beberapa salinannya ke tempat-tempat yang jauh (Hadis I/63). Uthman…menulis naskah Alquran yang Suci dalam bentuk sebuah kitab (Hadis IV/709).
Lihat juga Hadis VI/507 dan 510.
Ketika Uthman menyelesaikan himpunan Alquran menurut versinya, Hadis mencatat bahwa dia mencoba membuang semua hal-hal yang menimbulkan pertentangan yang terdapat dalam Alquran (Hadis VI/510).
Hal ini jelas membuktikan bahwa memang benar ada versi-versi Alquran yang saling bertentangan.
Kenyataan bahwa beberapa ayat Alquran telah hilang dan beberapa ayat lain dikeluarkan/dicabut dari Alquran memang diakui dalam Hadis IV/57, 62, 69, 299; Hadis VI/510, 511)
Hadis bahkan mencatat bahwa ketika orang-orang tertentu (penghafal ayat) meninggal, maka bagian-bagian Alquran yang hanya diketahui oleh mereka juga ikut hilang terkubur bersama mereka (Hadis VI/509).
Hadis mencatat bahwa Muhammad pada saat-saat tertentu ditarik oleh “pengaruh halus”, lalu berkata dan melihat hal-hal tertentu di bawah pengaruh inspirasi halus/Setan tersebut (Hadis IV/400, 490).
Pengakuan Hadis tersebut telah merusak prinsip-prinsip yang diyakini umat Muslim bahwa Muhammad memperoleh inspirasi secara sempurna dari Allah.
Karena Hadis mengakui bahwa Muhammad memang pada suatu ketika melakukan dan mengatakan beberapa perkara di bawah inspirasi Setan, maka pada prinsipnya hal tersebut menggiring orang untuk meragukan setiap apa yang dikatakan oleh Muhammad.
Seperti halnya Alquran, Hadis juga mengutip ayat-ayat yang seolah-olah dikatakan oleh nabi Nuh, nabi Musa, Yesus dan lain-lain, padahal sesungguhnya tidak mungkin mereka yang mengatakannya! Kenapa? Karena kosakata yang digunakan dan doktin pengajaran yang disampaikan serta referensi sejarah yang telah dibuat Muhammad itu jauh berbeda dengan yang mereka anut. Jelas bahwa apa yang dikutip Hadis tersebut hanyalah petikan yang tidak benar.
Hadis Jilid I, pasal 1, halaman 16; Hadis I/74, 78, 124. [misalnya kosakata yang menyebut Allah sebagai “Bapa” atau “Yahweh” tidak pernah dikenal di Alquran dan Hadis padahal keberadaannya begitu sentral di dalam Alkitab].
Hadis mengakui bahwa dalam Hadis terdapat teks-teks yang bersifat varian dan bertentangan (Hadis I/42, 47, 74, 78, 80, 81, 86, 102, 107, 112, 159, 160, 161; Hadis III/159-161). Bahkan penerjemah Hadis juga mengakuinya, pengakuan mana tertulis dalam catatan kaki pada Hadis III/159 sebagai berikut: Hadis nomor 159 tersebut bertentangan dengan Hadis Al-Hassan
Seperti halnya Alquran, beberapa Hadis juga dibatalkan atau dihapuskan (Hadis I/179, 180)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar