Karena Islam menyatakan bahwa Muhammad dan Yesus dari Nazaret kedua-duanya adalah orang-orang Muslim dan mereka berdua adalah nabi yang diutus oleh Allah, maka kedua nabi besar tersebut seharusnya berselaras dalam segala hal dan tidak pernah bertentangan satu sama lain. Kalau memang kedua nabi tersebut diutus oleh Allah yang sama/satu, secara logis dapat diasumsikan bahwa pelayanan dan pesan-pesan yang mereka sampaikan tidak mungkin bertentangan secara prinsipil satu sama lain. Bila tidak demikian halnya, maka Allah pasti bertentangan dengan diriNya sendiri.
Pernyataan bahwa Muhammad dan Yesus dari Nazaret adalah Muslim diterima sebagai prinsip iman oleh umat Muslim ortodoks dan tidak dipertanyakan lagi. Namun masyarakat bebas tidak bisa menerima keimanan otomatis semacam itu tanpa terlebih dulu memperbandingkan kecocokan pelayanan dan pesan-pesan yang disampaikan kedua nabi tersebut.
Bagaimana Melakukannya
Namun bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Orang setuju bahwa kehidupan dan pengajaran Muhammad dapat direkonstruksi dari Alquran. Bagaimana dengan Yesus dari Nazaret?
Orang Muslim berusaha untuk mencegah setiap percobaan membandingkan Yesus yang Alkitabiah dengan Muhammad yang Qurainah. Pencegahan ini dilakukan dengan menuduh bahwa Alkitab itu korup dan salah. Jadi Yesus dalam Alkitab Perjanjian Baru bukanlah Yesus yang benar.
Namun pernyataan tersebut justru membawa mereka pada persoalan lain yang lebih dalam. Karena Alquran menggunakan dan membenarkan Injil dalam Perjanjian Baru sebagai sumber informasi mengenai Yesus (seperti kelahiranNya dari perawan Maria), maka jika hal tersebut salah berarti Alquran juga salah.
Muslim modern mencoba membatasi informasi yang kita punya mengenai Yesus dengan informasi yang dikatakan oleh Alquran mengenai Yesus dan hal tersebut sekali lagi merefleksikan jalan pikiran mereka yang tidak berujung pangkal/berputar-putar.
Dalam perdebatan persahabatan dengan seorang mahasiswa Muslim, terjadilah percakapan berikut ini:
Muslim : Alquran selalu benar dalam segala hal
Non Muslim : Namun Alquran bertentangan dengan Alkitab dalam urusan Yesus
Muslim : Kalau demikian pasti Alkitab yang salah
Non Muslim : Tetapi bagaimana anda tahu bahwa Alkitab salah? Apakah anda memiliki bukti terdokumen?
Muslim : Saya tidak perlu bukti tertulis sebab saya tahu bahwa Alkitab salah
Non Muslim : Tetapi bagaimana anda mengetahuinya?
Muslim : Alquran selalu benar dalam segala hal.
Pembicaraan seperti tersebut di atas tentu tidak akan ada habis-habisnya karena berputar-putar terus seperti itu.
Barangkali cara terbaik dalam menangani kasus tersebut adalah menyingkirkan semua asumsi apriori yang menganggap bahwa Alkitab maupun Alquran itu berasal dari pewahyuan.
Melainkan secara sederhana saja kita bandingkan keduanya sebagai dua dokumen tertulis.
Kami tidak akan menggunakan legenda Muslim yang dikisahkan pada masa-masa kemudian yang dengan mati-matian disusun untuk menaikkan citra Muhammad jauh melebihi kewajaran dan dengan menambahkan pula pelbagai unsur-unsur mujizat.
Nubuat Kedatangan
Pertama, menurut Alkitab Perjanjian Baru, kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dengan jelas telah dinubuatkan dalam Alkitab Perjanjian Lama.
Berikut ini cukup disampaikan beberapa contoh.
Secara menakjubkan, dalam kitab Mikha 5:2 tercantum nama kota yang persis di mana Messiah akan dilahirkan. Dan paling sedikit ada 33 nubuatan dalam Perjanjian Lama mengenai kematian Yesus Kristus, dan semuanya itu tergenapi. Dan kedatangan Yesus Kristus menurut yang dinubuatkan dalam kitab Perjanjian Lama Yesaya 40 dan Maleakhi 4, ternyata betul didahului oleh pengajaran dari Yohanes Pembabtis dalam roh dan kekuatan Elia.
Hal ini berbeda jauh sekali dengan Muhammad, yang tidak pernah diramalkan oleh peramal pagan, juga tidak dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama maupun para rasul dalam Perjanjian Baru. Bahwa peramalan dan nubuatan ini dianggap penting, terlihat dari usaha besar dari umat Muslim untuk mencoba mencari-cari atau merekayasa bukti seolah-olah kedatangan Muhammad memang ada dinubuatkan oleh Alkitab.
Beberapa pernyataan yang mereka buat sungguh aneh/tidak masuk akal sehingga pernyataan-pernyataan tersebut hanya pantas untuk diabaikan saja. Misalnya, seorang Muslim Amerika berkulit hitam mencoba meyakinkan saya bahwa kata “Amen” dalam Alkitab sesungguhnya berarti “Ahmend” yaitu Muhammad.
Ada pula pernyataan orang Muslim bahwa Yesus memprediksikan kedatangan seorang penghibur seperti yang tertulis dalam Yohanes pasal 14, 15, dan 16. Di situ, mereka mengklaim bahwa Yesus sesungguhnya merujuk pada Muhammad.
Pernyataan tersebut sungguh merupakan usaha sia-sia dan tidak berdasar sama sekali kalau mereka membaca Yohanes 14 : 26 dimana dinyatakan bahwa penghibur tersebut berwujud Roh Kudus yang akan dikirim oleh Bapa Surgawi dalam nama Yesus Kristus. Padahal Muhammad sendiri tidak pernah menyatakan dirinya sebagai Roh Kudus, juga tidak datang atas nama Yesus Kristus.
Jelaslah bahwa kedatangan Yesus Kristus telah didahului oleh sederetan nubuatan, sedangkan kedatangan Muhammad tidak pernah diramalkan oleh seorang juapun!
[ Kedatangan Yesus adalah peristiwa mujizat karena dikandung oleh Roh Kudus lewat perawan Maria. Disaksikan oleh para malaikat dan gembala]
Keadaan Berdosa
Menurut Alkitab Perjanjian Baru, Yesus Kristus hidup dalam kesempurnaan dan tanpa dosa (2 Korintus 5 : 21; 1 Yohanes 3:5).
Ketika musuh-musuhNya datang untuk menuduh Yesus di hadapan Pilatus dan Herodes, mereka harus mencari-cari dan menciptakan tuduhan karena tidak seorangpun dapat menemukan kesalahanNya.
Namun kalau kita perhatikan kehidupan Muhammad, kita akan menemukan bahwa dia merupakan manusia biasa yang juga bergelimang dosa seperti halnya dengan kita semua. Dia berbohong; dia menipu; dia dipenuhi nafsu birahi; dia mengingkari janji; dia membunuh; dan lain-lain. Dia tidak sempurna dan dia juga berdosa.
[ Yesus berani menantang kalau-kalau ada orang yang bisa membuktikan diriNya berbuat dosa (Yohanes 8 :46). Bagaimana dengan Muhammad? Lihat hlm 195, “Klaim Tentang Muhammad Tidak Berdosa”].
Muhammad Seorang Berdosa?
Setelah memberi kuliah mengenai Islam di Universitas Texas (Austin) dalam tahun 1991, saya ditantang oleh beberapa mahasiswa Muslim untuk membuktikan bahwa Muhammad adalah orang berdosa.
Jawaban saya yang pertama adalah menyatakan bahwa beban untuk membuktikan hal itu seharusnya bukan dari saya tetapi justru dari mereka. Saya bertanya pada mereka:
“Di manakah ayat dalam Alquran yang menyatakan bahwa Muhammad tidak berdosa?”
Mereka tidak dapat menunjukkan pada saya satu ayatpun yang disarankan maupun yang diajarkan yang menyatakan bahwa Muhammad tidak berdosa. Mereka menuntut saya untuk memperlihatkan ayat dalam Alquran yang menyatakan bahwa Muhammad adalah orang berdosa.
Saya jawab tantangan mereka dengan mengucapkan beberapa ayat dalam Alquran yang dengan jelas menunjukkan pada pembaca yang jujur bahwa Muhammad adalah orang berdosa.
Dalam Surat 18 : 110, Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk berkata:
“Katakan, Aku adalah manusia seperti dirimu”.
Tidak ada satupun ayat di Alquran yang menyatakan bahwa Muhammad adalah orang yang tidak berdosa. Sebaliknya Allah menyatakan pada Muhammad bahwa ia tidak berbeda dengan manusia lainnya.
Orang-orang Muslim yang menyatakan bahwa Muhammad adalah orang tidak berdosa rupa-rupanya telah gagal memahami Surat 40 :55 dimana Allah meminta Muhammad agar bertobat dari dosa-dosanya.
Muhammed Pickthal menterjemahkan Surat 40 : 55 sebagai berikut:
“Mintalah ampun atas dosamu”.
Satu-satunya bantahan untuk meniadakan pernyataan tersebut di atas hanyalah jikalau kita mengatakan bahwa Allahlah yang salah ketika Dia minta Muhammad untuk minta ampun atas dosanya yang tiada!
Terjemahan Pickthal atas Surat 48 :1,2 adalah sebagai berikut: Ketahuilah, Kami telah memberimu (O Muhammad) tanda kemenangan, yaitu bahwa Allah akan mengampuni kamu atas dosamu, yaitu dosa yang kamu perbuat pada masa lampaumu, dosamu yang akan datang, dan akan menyempurnakan nikmatNya padamu, dan akan menuntunmu pada jalan yang benar.
Muhammad tidak hanya diperintahkan untuk bertobat dari dosanya dan minta ampun, tetapi dia juga diingatkan pada dosa-dosa masa lampaunya yang telah diampuni Allah dan juga atas dosa-dosanya yang akan datang yang nantinya harus dimintakan ampun.
Jadi Muhammad bukanlah orang tanpa dosa menurut Alquran. Dia hanyalah seorang manusia biasa yang memerlukan pengampunan dan penebusan.
Keajaiban
Selama hidupNya, Yesus melakukan berbagai macam perbuatan mujizat. Dia menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mengusir roh-roh jahat, bahkan memerintahkan angin dan gelombang.
Namun menurut Alquran dalam belasan ayat seperti halnya Surat 17 : 91-95, Muhammad tidak pernah memperlihatkan satupun perbuatan mujizat.
Satu-satunya tanda yang dapat Muhammad tunjukkan adalah eksistensi dari wahyu yang diterimanya, Surat-surat yang merupakan Alquran (Surat 29 : 47-51).
Alfred Guillaume menyatakan: Kontroversi dengan pihak Kristen mengenai siapa yang “lebih unggul” di antara Yesus dan Muhammad merupakan asal mula munculnya mujizat rekayasa bagi Muhammad. Sebab hal tersebut sangat bertentangan dengan keterangan dari Muhammad sendiri dan juga para pengikut langsung dari Muhammad yang menyatakan berulang-ulang bahwa Muhammad sesungguhnya diutus tidak dengan kuasa untuk membuat mujizat. (Lihat QS 10:20, 13:7, 17:90-93, 29:50. bahkan Allah sendiri memberikan alasanNya kenapa kuasa mujizat ini tidak diberikan kepada Muhammad, baca QS 17:59)
Tidak diketahui dan bukan tujuan kami untuk mengetahui maksud dari rekayasa kemujizatan tersebut; apakah untuk menaikkan gengsi Nabi Muhammad sehingga dapat disetarakan dengan Yesus, atau apakah untuk memuaskan tuntutan hati manusia yang memang merindukan suatu manifestasi kuasa Tuhan yang dapat dilihat, dan ini dilekatkan oleh pemuja-pemuja kepada Sang Idola-nya.
Ada alasan kuat untuk percaya bahwa peniruan mujizat dengan sengaja dilakukan untuk memenuhi salah satu dari tujuan tersebut di atas, dan juga karena alasan ashabu-I-hadis tidak berhenti mentransfer contoh kerja yang dilakukan Yesus Kristus kepada Muhammad.
Kata-kata Yesus dan kata-kata murid-muridNya dengan bebas dinyatakan sebagai kata-kata yang keluar dari mulut Muhammad sendiri.
Muhammad tidak melakukan kemujizatan apapun. Dia tidak pernah menyembuhkan orang sakit, tidak pernah membangkitkan orang mati, tidak pernah mengusir roh-roh jahat, tidak pernah memerintah angin dan gelombang. Dia tidak punya kuasa ilahi apapun yang melebihi orang normal.
Ali Dashti berkomentar: Orang-orang Muslim, dan yang lain-lain, telah mengabaikan fakta-fakta sejarah. Mereka telah secara terus-menerus berusaha dan mengkhayalkan untuk menjadikan Muhammad sebagai manusia yang super, semacam Tuhan dalam pakaian manusia, dan secara umum telah meniadakan bukti-bukti yang sangat banyak yang menunjukkan bahwa dia adalah manusia bisasa. Mereka telah siap…untuk menyatakan khayalan-khayalan ini sebagai mujizat ilahi. Banyak orang Iran haus akan mitos dan mereka siap mempercayai bahwa seorang “emamzada”, dari keturunan manapun, dapat setiap saat memperlihatkan mujizat. Tetapi bila mereka membaca Alquran, mereka akan menjadi heran bahwa tidak ada satupun laporan mujizat Muhammad di dalamnya. Padahal mereka menemukan dalam Quran sebanyak 20 pasal atau lebih di mana nabi Muhammad ditanya/ditantang orang-orang yang meragukan kenabiannya untuk membuat suatu kemukjizatan.
Muhammad ternyata diam atau hanya berkata bahwa dia tidak melakukannya karena dia hanyalah manusia biasa seperti mereka juga, tidak ada fungsi lain kecuali hanya untuk berkomunikasi, menjadi pembawa kabar baik dan pemberi peringatan.
Kasih Tuhan
Menurut Kitab Perjanjian Baru, Yesus berkotbah mengenai kasih Tuhan dan contoh terbesar dari kasih tersebut terungkap dalam Yohanes 3:16 yang berbunyi:
Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebaliknya, secara berlawanan sekali, kita tidak menemukan satupun catatan dalam Alquran yang menunjukkan bahwa Muhammad pernah berkotbah mengenai kasih Tuhan.
Pada kenyataannya, betapa kasih Tuhan kepada manusia atau betapa kasih manusia kepada Tuhan tidaklah memegang peranan penting dalam kotbah-kotbah Muhammad, dalam Alquran, atau dalam agama Islam. Manifestasi kasih Tuhan tidak terbukti pada Islam.
Sementara kekristenan justru menunjukkan bahwa kedatangan Kristus ke dunia merupakan bukti dan contoh yang paling luar biasa dari manifestasi kasih Tuhan kepada umat manusia.
[ Akibatnya, para pakar Islam hanya bisa mendalil-dalilkan udara, sinar matahari, hujan dan embun dan lain-lain sebagai bukti Mahakasih Tuhan kepada manusia, padahal semua ini merupakan bukti tanggung jawab Tuhan – bukan bukti maha-cinta kasih Allah. Mahakasih terbukti jikalau Ia memberikan pengorbanan besar dari diriNya bagi mahluk ciptaanNya].
Sifat Ketuhanan Dan Sifat Kemanusiaan
Menurut Alkitab Perjanjian Baru, Yesus Kristus mempunyai sifat unik yaitu bahwa Dia memiliki sifat Tuhan dan sifat Manusia. Itulah sebabnya mengapa Yesus dipanggil Tuhan “GOD” seperti tertulis dalam Yohanes 1: 1,18; 20:28; Kisah Para Rasul 20: 28; Roma 9: 5; Titus 2: 13; Ibrani 1: 8,10; 2 Petrus 1: 1; dan lain-lain.
Sebaliknya Muhammad hanya dinyatakan sebagai seorang manusia biasa.
Keindahan Ujaran
Ketika anda mempelajari ujaran-ujaran Yesus sebagaimana yang tertulis dalam Injil, misalnya Kotbah di Bukit, anda akan mengetahui bahwa Yesus sesungguhnya merupakan pembicara yang paling hebat yang pernah hidup.
Bahkan musuh-musuhNya pun harus mengakui bahwa tidak ada seorangpun yang pernah berujar seperti Yesus. Tetapi ketika anda memperhatikan ujaran-ujaran yang kacau dan membingungkan dari Muhammad sebagaimana yang tertulis dalam Alquran, anda tidak akan menemukan apapun yang sangat luar biasa. Tidak ada satupun yang sepadan dengan keindahan, kedalaman substansi, atau style bahasa seperti yang Yesus ujarkan dalam Injil selama Dia hidup di dunia.
[ Alquran dengan gaya puitis memang sempat “memukaukan” para muslim awal, khususnya yang belum membandingkannya dengan Injil, namun kritik-format Alquran kini menjadi tidak terhindarkan. Betulkah Allah yang Maha sempurna merancang sendiri Surat-surat yang kacau dalam Kronologi dan urutan. Kenapa setelah Jibril menurunkan ayat-ayat secara kronologis, lalu diacak-acak lagi oleh “Jibril” sehingga urutan Quran jadi berpatokan pada panjangnya Surat-surat, yang tidak ada kaitannya dengan kronologi.
Betulkah Allah sendiri yang mewahyukan QS 6: 84-86 yang sekaligus menunjukkan betapa Dia asing dan kacau tentang urutan datangnya nabi-nabi Tuhan, padahal manusia biasapun telah tahu hal ini ratusan tahun sebelum Muhammad. Orang juga bertanya-tanya: Ujaran Alquran yang manakah yang bisa dianggap begitu unggul ketimbang Ujaran Yesus tentang kasih? (Matius 22: 37-40?)].
Contoh Moral Yang Tinggi
Cara Yesus menjalani hidup dan cara Dia menyerahkan diri untuk mati bagi orang-orang berdosa sungguh telah memberikan suatu keteladanan moral yang amat tinggi untuk diikuti oleh para pengikutnya.
Namun kalau anda memperhatikan teladan yang diperlihatkan oleh Muhammad, anda tidak akan menemukan teladan moral yang tinggi; anda menemukan diri Muhammad terlibat dalam berbagai tindakan yang pantas disebut sebagai tidak bermoral dan tidan adil.
Membunuh Dan Merampok
Yesus tidak pernah membunuh atau merampok siapapun. Jika Yesus melakukan hal-hal tersebut, sudah pasti Dia akan dituduh demikian di hadapan pengadilan selama Dia diadili.
Kalau kita memperhatikan cara hidup Muhammad, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Muhammad memang melakukan pembunuhan dan perampokan terhadap orang-orang atas nama Allah, seperti yang dinyatakan dalam Alquran.
Penggunaan Kekerasan
Yesus tidak pernah menggunakan kekerasan fisik untuk memaksa orang-orang untuk mempercayai pesan-pesanNya, Dia juga tidak pernah memaksa orang untuk menerima Dia sebagai Messias.
Pada suatu saat, ketika Petrus mengambil pedangnya, Yesus mengatakan pada Petrus agar menyarungkan kembali pedangnya, karena memaksa orang dengan kekerasan bukanlah cara yang berlaku dalam KerajaanNya (Matius 26: 51-54).
Sebaliknya contoh yang diperlihatkan oleh Muhammad menunjukkan bahwa Muhammad seringkali menggunakan kekerasan fisik untuk menghukum lawan-lawannya, memaksa orang-orang untuk menyerahkan berhala-berhala mereka dan menerima Islam.
[ Sebagai contoh penghormatan Muhammad kepada seorang pembunuh, adalah darah pertama yang tertumpah di Medinah. Sang korban adalah seorang perempuan yang berani terang-terangan menentang Islam dan Muhammad yang dikenalnya sebagai pembunuh rakyat. Namanya Asma, puteri Merwan.
Kaum muslim merasa dilecehkan oleh seorang perempuan. Dan ‘Umair, seorang buta yang masih sesuku dengan Asma, bersumpah akan membunuh perempuan itu.
Di malam gelap gulita dia merangkak ke dalam rumah di mana Asma tidur bersama anak-anaknya. Dengan diam-diam dia memisahkan anaknya yang menyusu dan menancapkan pedangnya ke dada perempuan itu dan menjepitkannya ke dipan. Pagi berikutnya ketika sembahyang di mesjid, ‘umair memberitahu Muhammad (yang telah mengetahui kejadian itu) tentang apa yang telah dilakukannya. Muhammad berpaling kepada orang-orang yang berdiri dan berkata. “Lihatlah seorang laki-laki yang telah menolong Allah dan nabi-Nya, jangan sebut dia buta, tetapi panggillah dia si ‘umair yang melihat”. (J. Murdoch, “Arabia and Its Prophet”, Madras, india, 1992, p.20)].
Mengarahkan Para Murid Untuk membunuh
Yesus tidak pernah memerintahkan para pengikutNya, misalnya untuk membunuh demi namaNya, atau untuk merampok demi namaNya, atau untuk menaklukkan musuh demi namaNya.
Namun Muhammad memerintahkan demikian. Dia mengajar dan mencontohkan kepada murid-muridnya untuk membunuh dan merampok demi nama Allah, dan memaksa orang-orang masuk Islam.
Masalah Allah Pedang
[ Menurut Islam, orang yang beriman adalah mereka yang percaya kepada Allah sebagai Tuhan, dan Muhammad sebagai rasul-Nya/utusan-Nya. Di luar itu orang-orang disebut kafir.
Perlakuan hukum Islam terhadap orang kafir tidak pernah sebagai sesama ciptaan Allah yang bermartabat, melainkan diposisikan sebagai mahluk yang seyogyanya disingkirkan, dengan kekerasan, teror, bahkan pembunuhan.
Pada waktu Islam masih lemah, mereka menyuarakan ayat-ayat Allah yang lembut sekali.
“Tidak ada paksaan dalam beragama Islam,”
“ bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku (QS. 2: 256 dan 109: 6).
Mereka malahan merangkul orang-orang Nasrani dengan ayat pujian Allah:
“ Dan sesungguhnya akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani” (QS. 5: 82).
Seakan-akan Islam adalah agama yang penuh kasih sayang dan amat bertoleransi dan cinta damai terhadap pemeluk-pemeluk agama non Islam. Tetapi cepat atau lambat, begitu jumlah pemeluk Islam mulai berkembang maka suara merekapun akan menggelegar...Segera tampak mereka tidak mampu lebih lama menyembunyikan kekerasan dan pedang yang ditujukan kepada orang-orang yang dianggap kafir.
QS 47: 4 mewahyukan belangnya:
“ Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir, maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.”
Terhadap orang-orang Nasrani, kini mereka berbalik (mengkontradiksikan dirinya, sesuai dengan kontradiksi ayat Allah) dengan terang-terangan mengkafirkan mereka: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata : “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam’, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” (QS. 5: 72,73, dan lain-lain...dimana ayat ini jelas adalah ayat-ayatan, karena dimanapun Yesus tidak pernah menyebut “AllahNya” sebagai “Tuhan”, melainkan selalu BAPA (istilah mana oleh orang-orang Yahudi, Ia dianggap menghujat Yahweh, dan karenanya ingin dibunuh).
Pengkafiran dan kebencian ini tak pernah surut. Saat ini tidak ada satu gerejapun di Arab Saudi; padahal di zaman Muhammad ketika ia bermusuhan dengan suku Quraisy, dia mencari dukungan dari orang Yahudi dan Nasrani. Tetapi waktu pengikutnya sudah banyak maka mereka tak segan-segan membunuhi orang Yahudi dan Nasrani.
Betapa gawatnya wahyu Allah yang mendorong-dorong pembunuhan terhadap para kafir/musyrikin dapat disaksikan dalam ratusan wahyuNya. Dan untuk menetralkan kegelisahan pembunuhan yang massif itu, Allah mengambil tanggung jawab pembunuhan itu ke dalam tanganNya sendiri: “...maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di aman saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan...” (QS 9: 5).
“Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka...maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka (QS 8: 12; 17). Berpuluh-puluh ayat pedang yang senada bisa ditemukan di Quran, antara lain: QS 8: 60; 9: 14; 5: 33; 9: 73; 9: 29; 48: 29; 4: 74; 2: 154; 2: 190-191; 9: 41; 4: 76 dan lain-lain.]
Rasisme
Islam juga tidak memberi kesempatan kepada pemeluk agama lain menduduki suatu jabatan dunia. Maka tak terhindarkan bahwa Islam menampakkan unsur rasisme:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka…” (QS 5: 51).
Islam jelas-jelas meniupkan permusuhan orang mukmin terhadap orang kafir.
“Di manapun engkau berjumpa dengan orang-orang tidak beriman/orang-orang kafir, bunuhlah mereka, karena barangsiapa membunuh mereka, kepadanya akan diberikan pahala pada hari kiamat/kemudian.” (HSB. IX/4)
Ini senafas dengan Quran yang dikutip di atas QS 9: 5.
“Saya telah diperintahkan oleh Allah untuk memerangi orang-orang sampai mereka mau memberi kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusanNya, dan mereka wajib sembahyang dan membayar zakat. Jika mereka melakukan hal tersebut di atas, nyawa dan harta mereka akan selamat.” (HSB I/13).
Rasisme berlanjut karena dalam pandangan Islam, orang-orang kafir dicap sebagai binatang yang paling jahat, lihat QS. 8: 55: “Sesungguhnya sejahat-jahatnya binatang di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir”.
Itu sebabnya dogma bahwa “tidak ada paksaan dalam beragama Islam” harus disingkirkan guna menghadapi seorang yang murtad Islam. Ia akan dipaksa untuk pilih Islam atau hilang nyawa! Muhammad berkata: “Jika seorang Muslim meninggalkan agama Islam dan masuk agama lain, bunuhlah mereka.” (HSB IX/57).]
Darah orang Msulim juga dibedakan dengan darah orang kafir. Sementara darah seorang non-Muslim yang membunuh Muslim itu dihalalkan, namun seorang Muslim tidak akan dijatuhi hukuman mati ketika mereka membunuh orang non Muslim. (HSB IX/50, dengan ayat-ayat senada HSB IV/196, I/25, dan 35).
Kekerasan Islam sungguh telah dicirikan sendiri oleh Muhammad ketika Ia berkata:
“Ketahuilah bahwa firdaus terletak di bawah bayang-bayang pedang.” (HSB IV/73).
Semuanya ini menjadikan Islam ber-kultur teror dalam arti kata apa adnya!
Tahukan anda bahwa di dalam Quran, ada 3 jenis istilah untk kekerasan yang ditujukan kepada orang-orang kafir, yaitu QITAL, HIRABA, dan FI SABI ALLAH?
QITAL adalah suatu perlawanan dengan “pedang di tangan”, hingga membunuh atau terbunuh sendiri. Istilah ini dengan pelbagai variasinya, disebut sebanyak 33 X dalam Quran.
Sedangkan HIRABA (atau HARB) diartikan sebagai penyerangan terhadap Allah & Muhammad, atau menyatakan peperangan terhadap orang-orang kafir/pelanggar hukum. Ini terdapat dalam Quran sebanyak 6 X.
Dan FI SABIL ALLAH disebut sebayak 45 X dalam pelbagai campuran dengan istilah-istilah di atas.
Tampaklah bahwa tidak ada satu Kitab Suci Allah di dunia ini yang mewahyukan lebih banyak ayat-ayat keras ketimbang Quran. Ini semua belum lagi mengutip Hadis dan Sirat Nabi yang hanya memperkuat legislasi kekerasan dan pembunuhan.
Sementara Allah SWT begitu kental ber-relasi dengan pedang, TUHAN ALKITAB – DALAM MURKANYA SEKALIPUN – masih mampu berkata: “Sebab dalam murkaKu Aku telah menghajar engkau, namun Aku telah berkenan untuk mengasihi engkau (Yes 60:10).
Aneh, namun tragis! Quran mengklaim kebenaran Taurat dan Injil. Namun ratusan ayat-ayat KASIH yang ada di dalam Alkitab telah dihilangkan begitu saja oleh Quran, semata-mata karena “Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang” gagal mengasihi orang yang dimurkaiNya! Bila Allah hanya mampu mengasihi orang baik-baik, maka kasih yang terkondisi demikian itu pastilah amat terbatas, jikalau tidak ingin disebut PALSU!
Masalah Mengambil Istri Orang Lain
Yesus tidak pernah mengambil istri orang lain untuk dijadikan istriNya.
Namun Muhammad berbuat demikian. Inilah salah satu aspek kehidupan Muhammad yang paling hitam.
[ Diperhitam oleh status “istri orang lain” yang nota-bene adalah istri anak angkatnya sendiri].
Anak angkat Muhammad yang bernama Zaid telah menikah dengan seorang wanita cantik yang sangat dicintainya. Kemudian pada suatu hari Muhammad melihat istri Zaid tanpa mengenakan kerudungnya. Kecantikannya sangat mempesona dan membangkitkan nafsu keinginan Muhammad walau disembunyikan pada awalnya.
[ Sehingga Muhammad sempat salah tingkah, lalu mengucapkan kata-kata bersayap: “Terpujilah Tuhan yang mengubah hati manusia”].
Akhirnya Muhammad bersetuju dengan Zaid untuk menceraikan istrinya dan menyerahkannya kepada Muhammad.
[ Baca tradisi Muslim awal seperti yang dinarasikan oleh Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Hayyan, dan pasal tentang istri-istri Muhammad dalam al-Tabaqat al-Kubra dari Ibnu Saad. Atau dari Al bin Zaid bin Jad’an seperti diriwayatkan Sufyan bin Uyayna. Ada banyak versi lain lagi].
Muhammad menyatakan bahwa dia mendapat wahyu dari Allah yang memerintahkan Zaid tidak saja untuk menyerahkan istrinya kepada Muhammad, tetapi juga menyatakan bahwa adalah bukan hal yang jahat kalau seorang ayah mertua mengawini anak mantu perempuan, dari tangan anak angkatnya sendiri!
Zaid dan istrinya diberitahu bahwa mereka patut punya pilihan lain dalam urusan ini. Mereka harus menyerah pada keinginan Allah.
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah sesat, saat yang nyata. Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: “Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah pada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakan dan kamu takut. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia (maksudnya setelah habis ‘iddahnya) supaya tidak ada keberatan bagi orang mu’min untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari pada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. Tidak ada suatu keberatanpun atas nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnahNya pada Nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku. (Surat 33: 36-38).
Tidak mengherankan, bahwa pasal Alquran yang satu ini telah membuat banyak orang-orang Muslim untuk menolak Islam.
Mempelai Wanita Yang Masih Anak-Anak
Yesus tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadap anak-anak, juga tidak pernah terlibat hubungan seksual atau pelecehan seksual dengan anak-anak. Sebaliknya sungguh terjadi istilah-istilah di atas, ketika terjadi perkawinan Muhammad dengan seorang anak perempuan berusia 8 tahun, yang menurut Hadis masih senang bermain dengan bonekanya.
[ lihat “Kehidupan Pribadi Muhammad”, perkawinannya dengan Aisyah. Dan kenapa Allah SWT boleh mengizinkan perkawinan semacam ini? Memperjelas siapa itu Allah SWT dan siapa nabiNYa].
Makanan Najis
Yesus membebaskan para pengikutNya dari semua hukum lahiriah Yahudi mengenai peraturan makan, dan dengan demikian semua makanan menjadi halal. (Mark 7: 14-23).
Muhammad, sebaliknya, mempertahankan peraturan tentang makanan seperti yang berlaku pada zaman itu, dan dengan demikian semua pengikutnya dilarang makan daging babi.
Mengenai Mati Untuk Orang Lain
Ketika Yesus Kristus mati, Dia mati untuk menebus dosa-dosa manusia agar manusia terbebas dari murka Tuhan ( 1 Korintus 15: 3,4). Namun ketika Muhammad mati, dia mati untuk dosa-dosanya sendiri. Dia tidak mati untuk orang lain.
[Dalam sakramatul maut, Muhammad menyoalkan dirinya yang kena racun. Dia berseru: “Wahai Tuhan, ampunilah saya!” (HSB 1573, 1574)].
Kebangkitan
Yesus tidak mati seterusnya. Dia menaklukkan dosa, neraka dan kuburan, dan secara badani bangkit lagi dari kematian pada hari ke tiga. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci Dia mati untuk menebus dosa-dosa kita, demikian juga Dia bangkit untuk membenarkan kita (Roma 4: 25).
Namun ketika Muhammad mati, dia tetap mati. Dia tidak bangkit-bangkit dari kematian. Muhammad mati sementara Yesus Kristus hidup seterusnya.
Kenaikan Ke Surga
Yesus naik ke Surga dalam ujud tubuh manusia baru. Peristiwa tersebut disaksikan oleh murid-murisNya (Kisah para Rasul 1: 9-11). Namun muhammad tidak naik ke Surga. Alquran tidak pernah menyatakan bahwa dia naik ke Surga. [Tersurat Isa Almasih yang diangkat Allah langsung ke Surga (Surat 4: 158)].
Pengantara Surgawi
Yesus sekarang bertahta di Surga sebagai pengantara dan Juruselamat, satu-satunya penghubung antara Tuhan dan manusia. (1 Timotius 2: 5).
Namun Muhammad bukan seorang pengantara atau Juruselamat. Justru Alquran menyatakan bahwa tidak ada satupun pengantara atau Juruselamat (Surat 6: 51,70; 10: 3).
Pada Islam, Anda harus menyelamatkan diri anda sendiri.
[ Namun Muhammad pun butuh Pengantar, tercermin dari detik-detik menjelang kematiannya ia berseru meminta ampun kepada Tuhan DAN minta dihubungkan kepada “temannya yang maha-tinggi”. Siapa itu teman yang maha tinggi yang menjadi Pengantara bagi Muhammad? Malaikat tidak maha Tinggi. Allah bukanlah teman. Cermati HSB 1573, 1574].
Penyembahan
Dalam Alkitab Perjanjian Baru, Yesus disembah sebagai Juruselamat yang hidup (Yohanes 20: 28, Mat 28: 9). Namun Alquran tidak pernah berbicara mengenai menyembah Muhammad. Hal tersebut bila terjadi, akan merupakan suatu hujatan. Umat Muslim akan mengakui bahwa Muhammad tidak boleh disembah oleh siapapun karena dia hanyalah manusia biasa.
Hubungan Pribadi
Menurut Alkitab Perjanjian Baru, manusia dapat berbicara dan berhubungan secara pribadi dengan Yesus Kristus melalui RohNya yang tinggal di dalam hati manusia. Itulah sebabnya mengapa orang-orang Kristen berbicara mengenai kasih mereka kepada Yesus Kristus.
Sebaliknya, apa yang bisa diungkapkan oleh umat Muslim kepada Muhammad tentang cinta mereka? Muhammad sudah mati.
Kembali Ke Dunia
Yesus akan kembali untuk membangkitkan orang-orang mati dan menghakimi semua orang. Bahkan umat Muslim ortodoks juga mengakui bahwa hal tersebut betul adanya. [HSB no. 1090, Hadis Muslim jilid I, hlm.76]. Namun pada saat yang sama perlu dikatakan bahwa Alquran tidak pernah ada menyatakan bahwa Muhammad suatu hari nanti akan kembali atau dia akan membangkitkan orang-orang mati atau dia akan menghakimi manusia.
Mencari Muhammad Yang Sesuai Sejarah
Para ilmuwan Barat sangat menyadari kenyataan bahwa konflik susulan yang terjadi antara Muslim dan Kristen di awal perkembangan Islam, telah memunculkan orang-orang Muslim yang berusaha meningkatkan citra kehidupan Muhammad ke tingkat yang mendekati citra kehidupan Yesus Kristus.
Menurut Ali Dashti, cerita-cerita tersebut adalah “suatu contoh dari pembuatan mitos dan pemalsuan sejarah keislaman.”
Legenda-legenda yang terakhir ini menyatakan bahwa ada ramalan-ramalan tentang kedatangan Muhammad, ada unsur supernatural dalam kelahiran Muhammad, dan Muhammad juga dinyatakan melakukan mujizat-mujizat. Legenda juga mengklaim bahwa Muhammad adalah manusia tanpa dosa, melainkan sempurna, dan dia telah naik ke Surga.
Namun semua pernyataan tersebut tidak bisa anda temukan dalam Alquran maupun dalam tradisi Muslim mula-mula (kuno).
Sebagaimana yang ditunjukkan oleh buku-buku referensi standar, legenda-legenda tersebut merupakan pemalsuan fakta semata, dan ini dilakukan oleh orang-orang Muslim yang merasa malu menghadapi kenyataan bahwa Muhammad lebih rendah dari Yesus Kristus.
Hal ini menyebabkan mereka menyusun kembali kehidupan Muhammad sehingga menjadi setara dengan kehidupan dan kemujizatan Yesus.
Sebagaimana yang diobservasi oleh Profesor Guillaume sebagai berikut:
Para ahli teologia Muslim…meminjam kasus-kasus dari kehidupan Yesus, kemudian mengacukan seolah-olah cerita-cerita tersebut adalah cerita mengenai kehidupan nabi mereka.
Para pembela Muhammad tidak tahan membiarkan nabi/rasul mereka menghadapi keadaan keseharian yang kalah menguntungkan dibandingkan dengan kehidupan Yesus Kristus yang penuh dengan kuasa…. Kenyataan yang cukup menarik dan mengundang rasa ingin tahu adalah bahwa “gambaran sejarah” Muhammad, setelah adanya rekayasa tersebut di atas meningkat hampir menyamai Yesus dalam Injil.
[ Dengan kata lain, Muhammad yang historis berlainan jauh dengan Muhammad yang diimani!].
Satu Kesamaan Dengan Agama Hindu
Sebagai tanggapan atas pengajaran Kristen bahwa Yesus mati disalib untuk menebus dosa-dosa kita, para pengikut Krisna di India pernah menyatakan secara terbuka: “Krisna tentunya Juga mati disalib untuk menebus dosa-dosa kita.”
Pencocok-cocokan yang disesuai-sesuaikan ini tidak berlangsung lama karena dalam semua sumber sastra dan tulisan mengenai Krisna tidak pernah disebutkan mengenai kematian atau penyaliban seperti itu, sampai setelah para pengikut Krisna terlibat dalam argumentasi dengan orang-orang Kristen.
Dengan cara yang sama, bahan-bahan legendaris Muslim mengenai kemujizatan Muhammad hanya muncul sesudah terjadi perdebatan yang sengit antara orang Kristen dengan orang Muslim.
Mitos-mitos dan legenda-legenda tersebut jelas diciptakan sebagai tangapan atas tantangan bahwa Yesus Kristus lebih superior dari pada Muhammad.
Kesimpulan
Setiap orang yang rasional menyelidiki perbedaan antara Yesus dalam Alkitab dan Muhammad dalam Alquran akan sampai pada kesimpulan bahwa Yesus dan Muhammad tidak mewakili Tuhan yang sama. Mereka tidak sama dan jauh berbeda dalam kehidupan maupun dalam ajaran. Dalam semua isu-isu pokok mereka bertengger atas kutub-kutub yang berlawanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar